KATA
PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas makalah kami dengan tepat waktu. Berikut ini
penulis mempersembahkan makalah dengan judul “Wawasan Ayat Al-Qur’an Tentang
Organisasi Kurikulum PAI”, yang semoga dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita untuk menambah
ilmu khususnya dalam bidang sistem informasi manajemen.
Melalui kata pengantar ini penulis ingin meminta maaf apabila terdapat
kekurangan dalam isi
makalah maupun dari segi penulisan. Dengan ini saya mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat. Amiin.
.
Padangsidimpuan, Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ........... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ ........... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ........... 1
A.
Latar
Belakang ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... ........... 2
A.
Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam.......................................... ........... 2
B.
Pola Organisasi Kurikulum Pendidikan
Islam.................................. ........... 2
BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 11
A.
Kesimpulan
............................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap kegiatan ilmiah memerlukan suatu perencanaan dan
organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian pula
dalam pendidikan, diperlukan adanya program yang terencana dan dapat menghantar
proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan,
sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum
pendidikan”.
Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat berarti, karena
merupakan operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan
tercapai tanpa keterlibatan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah
satu komponen pokok pendidikan,dan kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang
mempunyai komponen komponen tertentu. Komponen kurikulum tersebut paling tidak
mencakup tujuan, struktur program, strategi pelaksanaan yang menyangkut sistem
penyajian pelajaran, penilaian hasil belajar, bimbingan-penyuluhan,
administrasi, dan supervisi pendidikan. Namun, komponen-komponen tersebut belum
memadai sebagai komponen kurikulum pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kurikulum Pendidikan Islam
Pengertian kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber
pelajarannya saja. Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya
Pembelajaran Agama islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum
Pendidikan Agama Islam adalah rumusan tentang tujuan, materi, metode dan
evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang bersumber pada ajaran agama
Islam.[1]
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mcengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut
agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[2]
Menurut Zakiyah Daradjat pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh.[3]
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan
program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang
studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya
yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
B. Pola
Organisasi Kurikulum Pendidikan Islam
Organisasi kurikulum merupakan pola atau bentuk bahan
pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada peserta didik, atau struktur
program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pendidikan atau
pengajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan
pendidikan atau pengajaran yang hendak dicapai.[4]
Menurut S. Nasution, untuk menentukan materi pelajaran dalam
pengembangan kurikulum, pada hakikatnya ada tiga sumber yaitu:
1)
Masyarakat
dan kebutuhannya
2)
Anak
dengan minat serta kebutuhannya; dan
3)
Pengetahuan
yang telah dikumpulkan oleh umat manusia sebagai hasl pengalamannya dan telah
disusun secara sistematis oleh para ilmuwan dalam sejumlah disiplin ilmu.[5]
Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat
tiga tipe atau bentuk kurikulum, yaitu :
1.
Separated
Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena
segala bahan pelajarn disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang
terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang
lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung
pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik
yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum ini sejak lama diterapkan
pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum
tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Terdiri
atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing
berdiri sendiri
b.
Tiap
mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam
waktu tertentu
c.
Hanya
bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku lainnya
d.
Tidak
didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa
e.
Bentuk
kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam
masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang
f.
Pendekatan
metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan
perbedaan individual di kalangan para siswa
g.
Guru
berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan
unsur belajar aktif di kalangan para siswa
h.
Para
siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif
2.
Correlated
Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk
kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap
mata pelajaran tersebut.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya
adalah sebagai berikut :[6]
a.
Berbagai
mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya
b.
Sudah
dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham
kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan
c.
Sudah
mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa,
meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas
d.
Metode
penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi
kesulitan
e.
Meski
guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated
mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan.
3.
Integrated
Curriculum (Kurikulum Terpadu)[7]
Dalam integrated curriculum mata
pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya
kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta
didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal
yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan
kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum studi
adalah sebagai berikut :
a.
Kurikulum
terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata
pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama
b.
Pelajaran
bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah
pokok bahasan
c.
Berdasarkan
tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan
d.
Sistem
penyampaian bersifat terpadu
e.
Guru
berperan selaku guru bidang studi
f.
Minat,
masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr
penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu
g.
Dikenalkan
berbagai jenis bidang studi.[8]
C. Pola Pengembangan Organisasi Pendidikan
Islam Berdasar Al-Qur’an
Dalam konteks pendidikan islam yang universal selain ilmu
yang terkait dengan ketauhidan dan peribadatan, ada jenis ilmu yang seharusnya
dikaji oleh umat Islam yaitu, ilmu-ilmu
tentang jagad raya ini yang bisa diobservasi, yaitu ilmu alam, ilmu
sosial, dan humaniora. Ilmu-ilmu alam terdiri atas fisika, biologi, kimia dan matematika. Ilmu
sosial meliputi ilmu sosiologi, psikologi, sejarah dan antropologi. Sedangkan
humaniora adalah filsafat, bahasa dan satra dan seni.
Filosof-filosof Islam sepakat bahwa pendidikan akhlaq adalah
jiwa dari materi pendidikan islam. Sebab tujuan pertama dan termulia pendidikan
islam adalah menghaluskan akhlaq dan mendidik jiwa.[9]
Materi pendidikan harus mengacu kepada tujuan, bukan sebaliknya tujuan mengarah
pada suatu materi, oleh karenanya materi pendidikan tidak boleh berdiri sendiri
terlepas dari kontrol tujuannya[10].
Klasifikasi
materi pendidikan islam adalah :
1.
Pengajaran
tradisional (materi pengajaran agama).
2.
Bidang
ilmu pengetahuan, yang meliputi Sosiologi, Psikologi, sejarah dan lain-lain.
Dalam pandangan Al-Faruqi disebut “Ummatic Sciences” atau terminology Qur’an
disebut “Al-Ulumul Insaniyyah”.
3.
Sub
bidang ilmu pengetahuan alam, dikenal dengan “Al-Ulumul Kauniyyah” yang
meliputi astronomi, biologi, botani dan lain-lain.[11]
Mereka semua ( Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu sina, Al-Ghozali,
Nashirudin al-Thusi, Mulla Sadra) sepakat membagi ilmu-ilmu filosofis ke dalam
ilmu-ilmu teoritis (nadzoriyyat) dan ilmu-ilmu praktis (amaliyyat). Kemudian
ilmu-ilmu teoritis dibagi lagi ke dalam kelompok besar : ilmu metafisika,
matematika, dan ilmu-ilmu alam[12].
Penggolongan dalam 2 kelompok materi ilmu oleh para filosof muslim diatas
sebenarnya mengadopsi dari filosof sebelumnya yaitu Aristoteles, sehingga
klasifikasi materi pendidikan islam itu bermadzhab Aristotelian, tentunya
sesudah islamisasi science sesuai dengan kaidah syariah dan kultur masyarakat
muslim saat itu. Al-Farobi misalnya, membuat perubahan sedikit, sedang Ibnu
Sina lebih banyak. Al-Ghozali bukan hanya mengadakan perubahan, tapi membentuk
pengelompokan yang sama sekali lain dari klasifikasi Aristoteles, terutama
klasifikasi yang dibuatnya setelah mengalami krisis dan memilih jalan tasawuf.[13]
Secara umum, sistematika dan materi dalam kurikulum
pendidikan islam harus meliputi ilmu-ilmu bahasa dan agama, ilmu-ilmu kealaman
(natural) serta derivatnya yang membantu ilmu pokoknya seperti : sejarah,
geografi, sastera, syair, nahwu, balaghoh, filsafat dan logika. Materi / mata
pelajaran untuk tingkat rendah adalah Al-qur’an dan agama, membaca, menulis dan
syair. Dalam beberapa kasus lain ditambahkan nahwu, cerita dan berenang (unsur
materi jasmaniah), namun titik tekannya pada membaca Al-Qur’an dan mengajarkan
prinsip-prinsip pokok agama. Khusus materi tingkat dasar bagi peserta didik
dari anak para amir / penguasa agak berbeda sedikit, yaitu ditegaskan
pentingnya pengajran khitobah, ilmu sejarah, cerita epic (perang), cara-cara
pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-qur’an, syair dan fiqih.[14]
Semua jenis ilmu itu mestinya dipelajari oleh umat Islam
dalam arah baru pendidikan islam secara mendalam sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Ilmu tersebut dipelajari untuk mengantarkannya pada ketauhidan
dan kesempurnaan ibadah. Setelah mempelajari fisika, biologi, psikologi,
sejarah dan lain-lain, seseorang akan mengakui dan menyebut atas kebesaran dan
ke-Maha Suci-an Allah swt., dengan bertasbih, bertahmid dan bertahlil.
Pendidikan Islam yang berfalsafah al-Qur’an sebagai sumber
utamanya, menjadikan al-Qur’an sebagai sumber utama penyusunan kurikulumnya.
Muhammad Fadhil al-Jamili mengemukakan bahwa al-Qur’an
al-Karim adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat pendidikan dan
pengajaran bagi umat Islam. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan Islam disusun
sesuai dengan al-Qur’an dan ditambah dengan al-Hadits yang melengkapinya.
Di dalam al-Qur’an dan Hadits ditemukan kerangka dasar dan
dapat dijadikan sebagai pedoman dan penyusunan kurikulum pendidikan Islam.
Kerangka dasar tersebut adalah sebagai berikut :[15]
1.
Sesuai
dengan al-Qur’an bahwa yang menjadi kurikulum ini (intra curiculer) pendidikan
Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan sebagai unsur pokok yang tidak
dapat dirubah. Pemantapan kalimat tauhid sudah dimulai semenjak bayi dilahirkan
dengan memperdengarkan adzan dan iqomah terhadap bayi yang dilahirkan.
2.
Kurikulum
inti (Intra Curiculer) selanjutnya adalah perintah ‘Membaca’ ayat-ayat Allah
yang meliputi 3 macam ayat yaitu : (1) ayat Allah yang berdasarkan wahyu. (2)
ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan (3) ayat Allah yang terdapat di
dalam alam semesta di luar diri manusia.
Firman
Allah SWT:
ù&tø%$#
ÉOó$$Î/
y7În/u
Ï%©!$#
t,n=y{
ÇÊÈ t,n=y{
z`»|¡SM}$#
ô`ÏB
@,n=tã
ÇËÈ ù&tø%$#
y7/uur
ãPtø.F{$#
ÇÌÈ Ï%©!$#
zO¯=tæ
ÉOn=s)ø9$$Î/
ÇÍÈ zO¯=tæ
z`»|¡SM}$#
$tB
óOs9
÷Ls>÷èt
ÇÎÈ
Artinya : “Bacalah! Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah yang maha Pemurah yang mengajarkan
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (Q.S. al-Alaq : 1-5).
Ditinjau dari segi kurikulum sebenarnya firman Allah SWT itu
merupakan bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh Ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan oleh manusia.[16]
Membaca selain melibatkan proses mental yang tinggi, pengenalan (cognition),
ingatan (memory), pengamatan (perception), pengucapan (verbalization),
pemikiran (reasoning), daya cipta (creativity),[17]
juga sekaligus merupakan bahan pendidikan itu sendiri. Mungkin taka ada satu
kurikulum pendidikan di dunia ini yang tidak mencantumkan membaca sebagai
materinya, bahkan umumnya membaca ini ditempatkan dari sekolah dasar, perguruan
tinggi dengan berbagai variasi.
Kelima ayat tersebut pada dasarnya telah mencakup kerangka
kurikulum pendidikan Islam yang wajib dijabarkan sebagai berikut :
1.
Bacalah!
Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Tekanan yang terkandung dalam
ayat ini adalah kemampuan membaca yang dihubungkan dengan nama Tuhan sebagai
Pencipta. Hal ini erat hubungannya dengan ilmu naqli (perennial knowledge).
2.
Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Ayat tersebut mendorong manusia untuk
mengintropeksi menyelidiki tentang dirinya dimulai dari proses kejadian
dirinya. Manusia ditantang dan dirangsang untuk mengungkapkan hal itu mulai
imaginasi maupun pengalamannya (acquired knowledge).
3.
Bacalah!
Dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantara
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Motifasi
yang terkandung dalam ayat ini adalah agar manusia terdorong untuk mengadakan
eksplorasi alam dan sekitarnya dengan kemampuan membaca dan menulisnya.[18]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam
mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum
sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola
pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan,
bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru
dan murid dalam rangkaian pembelajaran.
Cara pengembangan kurikulum
mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model
kurikulum yang dianutnya.
Karena kurikulum dapat diumpamakan
sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi
tertentu. Jadi, komponen kurikulum merupakan bagian-bagian atau unsur-unsur
kurikulum yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai
suatu organisme manusia ataupun binatang, yang memiliki susunan anatomi
tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama
adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta
evaluasi. Komponen-komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Majid, dan Dian Andayani, 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Remaja
Rosda Karya, Bandung.
Abdullah,
Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,
PT Rineka Cipta, Jakarta.
Langgulung,
Hasan. 2008. Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna Baru, Jakarta.
Ma’arif,
Syamsul. 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Joko,
Susilo, Muhammad, 2010 Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran. Jakarta:Liberty.
Muslihah,
Eneng, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Diadit Media.
Sanjaya, Wina,
2011, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana
Pradana Group.
Rabamo, Ahmad,
2003. Pengembangan dan inovesi Kurikulum,
(Yogyakarta : Azza Grafika.
Asfiati, 2009.
Manajemen Pembelajaran PAI, Bandung:Pustaka:Media.
[1]
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. (Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006),
hal. 74
[2]
Ibid., hal.130
[3]
Ibid. hal.130
[4]
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran.
(Jakarta:Kencana Pradana Group, 2011), Hal. 76
[5]
M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta:Bumi
Aksara,2009), hlm.258
[6]
Ahmad Rabamo, Pengembangan dan inovesi
Kurikulum, (Yogyakarta : Azza Grafika, 2003), hal. 102
[7]
Wina Sanjaya, Op. Cit., hal. 89
[8]
S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (jakarta: Bumi
aksara,2011),hlm.176-180
[9]
Hasan Langgulung,. Asas-Asas Pendidikan Islam, (Pustaka Al-Husna Baru: Jakarta,
2008), hal. 113
[10]
Saleh Abdurrahman Abdullah, Teori-Teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hal. 159
[11]
Ibid., hal. 161-162
[12]
Syamsul Ma’arif,. Revitalisasi Pendidikan Islam, (Graha Ilmu:
Yogyakarta, 2007.), hal. 25
[13]
Hasan Langgulung, Op. Cit., hal. 134
[14]
Hasan langgulung, Op. Cit., hal. 114
[15]
Asfiati, Manajemen Pembelajaran PAI,
(Bandung:Pustaka:Media, 2009), hal. 46
[16]
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Diadit Media,
2010), hal. 79.
[17]
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, (Jakarta : PT.
Pustaka al-Husna), hal. 166
[18]
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, Op-Cit, hal. 80-81.
ijin copas gan
BalasHapus