IMPLEMENTASI METODE KARYA WISATA DAN BERMAIN PERAN
DALAM PEMBELAJARAN PAI
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA : MAULIDA RAHMI
NIM : 1420100142
Dosen Pengampu:
Drs. SAMSUDDIN, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas Ridho-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Dalam
makalah ini kami menjelaskan mengenai “Implementasi Metode Pembelajaran Karya
Wisata dan Bermain Peran Pada Mata Pelajaran PAI” yang telah kami susun secara
sistematis dan materi yang di sajikan kami ambil dari sumber-sumber terpercaya.
Makalah
ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai
pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Besar
harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi belajar mahasiswa
dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya dalam masalah disajikan
dalam makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa
mendatang. Terima kasih.
Padangsidimpuan, Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATAR
PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................ 2
A. Pendidikan Islam Berkarkter ................................................. 2
B. Implementasi Metode Karya Wisata
Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................................ 5
C. Implementasi Bermain Peran dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam................................. 11
BAB
III PENUTUP ........................................................................ 15
A. Kesimpulan.............................................................................
15
DAFTAR
PUSTAKA ..................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos”
yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno
Surakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut
Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan
suatu alat untuk mencapai tujuan .
Menurut S Hamid
Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan
kesempatan seluas – luasnya kepada siswa dalam belajar.
Dari dua
pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa metode pengajaran IPS itu adalah
suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas – luasnya
dalam rangka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Didalam proses belajar
mengajara di perlukan suatu metode yang sesuaidengan situasi dan kondisi yang
ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna yaitu mampu memfunfsikan si anak
didik untuk belajar sendiri sesuai dengan Student Active Learning (SAL).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Islam Berkarkter
Pada dasarnya, pendidikan merupakan rangkaian peroses
kegiatan yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis, berksinambungan,
terpola, dan struktur dalam rangka membentuk suatu sosok manusia yang berkualitas secara nalar-intelektual dan moral-spiritual. Jadi, secara esensial
merupakan bentuk usaha sadar dalam peroses pematangan dan pendewasaan . Sebagai
pendewasaan, pendidikan menurut perubahan dan perkembangan sejalan dengan
tuntunan pertumbuhan manusia itu sendiri baik dalam segi fisik mauun psikis
untuk dapat memnuhi tuntunan perkembangan zamannya. Pendidikan, dengan
demikian, bisa dipahami sebagai tuntunan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan
dan kelengkapan fungsi kemanusiaan dalam arti sesungguhya. Disinilah tempat
adanya perbedaan mendasar pendidikan dengan pengajaran, dimana yang terakhir
dikatakan sebagai peroses teransfer ilmu. Beda lagi dengan pembelajaran yang
merupakan peroses menyeting untuk
terjadinya peroses belajar itu sendiri . Sedangkan penekanan pendidikan
terletak pada pembentukan kesadaran dan transformasi nilai kepribadian dengan
segala aspek yang meligkupinya, disamping
teransfer ilmu dan keahlian. Dengan peroses seperti itu, suatu masyarakat dapat
mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran, dan keahlian, serta
sebagai hal lainnya diperlukan kepada generasi mudanya sehingga siap
menyongsong kehidupan.
Adapun Pendidikan Islam
pada dasarnya bisa dipandang merupakan upaya penigkatan
(trains/pelatihan) kepekaan (sensibility/sensibilitas) jiwa untuk dapat mewujudkan nilai-nilai islami dalam sikap
hidup secara keseluruhan. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang
menyeluruh, intgral, dan seimbang yang meliputi seluruh aspek keislaman.
Pendidikan Islam berkesinambungan
sejalan dengan kontinuitas kehidupan manusia yang dengan terbentuk
masyarakat muslim melalui pembentukan
peribadi-peribadi atas dasar keimanan dan ketaatan. Hal tersebut menggambarkan
bangunan ruang lingkup Pendidikan Islam yang mencakup keseluruhan ruang lingkup
nilai itu sendiri, yang dapat membentuk aspek-aspek kepriadian muslim.
Kepribadian Muslim terdiri dari perpaduan sinergis berbagai kerangka
perkembangan, ada aspek fisik, psikis, rasio, sosial, dan lain-lain dalam pase
pertumbuhan yang beragam. Setiap kumpulan dan satuan tersebut melaksanakan
fungsinya mempengaruhi sisi-sisi perubanahan ke ararah perubahan yang
terintegrasi secara umum dengan peroses
pembentukan kepribadian itu sendiri . Aspek-aspek yang diperhatikan Pendidikan
dalam al-qur’an adalah aspek jasmani, pemikiran, keyakinan, akhlaq, estetika,
sosial, dan lain sebagainya.[1]
Jadi menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny al-syaebani,
Pendidikan Islam diartikan ‘’sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribdainya atau dalam kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui peroses
kependidikannya.’’[2]
B.
Implementasi
Metode Karya Wisata Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian
karyawisata
Kata
karyawisata berasal dari kata karya dan wisata, karya yang artinya kerja dan
wisata yang artinya pergi. Dengan demikian karyawisata berarti pergi bekerja.
Didalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian karya wisata
ialah bahwa murid-murid akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu
terdapat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja sebenarnya yang
dimaksud ialah mempelajari sesuatu
Wisata
adalah metode pengejaran yang dilakukan dengan mengajak para siswa untuk
mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya dengan sesuatu yang
dibahas. Metode karya wisata ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
membawa murid langsung kepada objek yang dipelajari, dan objek itu terdapat
diluar kelas. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja sebenarnya yang
dimaksud ialah mempelajari sesuatu.[3]
Karya
wisata sering pula disebut dengan nama-nama seperti metode field trip, metode study tour,
metode study trip. Sebenarnya apapun
nama yang diberikan pada metode ini, yang perlu ialah isi pengertian yang
diberikan kepada metode dengan nama seperti karya wisata lebih penting daripada
namanya sendiri. Penggunaan suatu metode tertentu pastilah berdasarkan
alasan-alasan pertimbangan dimana guru yang bersangkutan harus lebih
mengetahuinya.
Pada
umumnya alasan menggunakan metode karya
wisata adalah karena objek
yang akan dipelajari tidak dapat
dibawa kedalam kelas dan hanya dapat dipelajari ditempat
dimana objek itu berada, karena
mempunyai sebab-sebab tertentu, antara lain:[4]
1) Objeknya
terlampau besar : misalnya didekat sekolah sedang diadakan perbaikan jalan
dimana digunakan sebuah mesin giling. Tentunya mesin giling ini tidak dapat
dibawa kedalam kelas karena terlampau besar. Walaupun
demikian murid-murid harus mengetahui
bagaimana kerja sebuah mesin giling yang tugasnya meratakan jalan yang tekah
ditaburi batu-batu dan dilapisi aspal serta pasir itu, guru membawa murid-murid keluar kelas,
ketempat dimana mesin giling itu dipergunakan.
2) Objeknya
terlampau berat, Hal ini sama dengan
yang telah diuraikan dalam
contoh pertama yaitu mengenai mesin giling, karena beratnya tentu saja mesin giling itu tidak dapat diminta untuk di
masukkan di halaman sekolah
karena halaman sekolah tantu akan
rusak. Apabila dibawa kedalam kelas
tentu tidak mungkin dikerjakan. Dengan demikian tentunya lebih
baik membawa murid-murid
ke mesin giling tadi dari pada membawa mesin giling itu ke sekolah.
3) Objeknya
akan mengalami perubahan jika
dipindahkan dari tempatnya. Misalnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam
dimana guru akan memperlihatkan dan mengajarkan tanaman yang dinamai
putri malu . tanaman ini jika tersentuh sedikit saja maka akan tertutup
atau mengatupkan daun-daunnya sehingga tidak dapat lagi dilihat bagaimana
tanaman itu sesungguhnya jika daun-daunnya dibuka. Oleh karena itu, agar
keasliannya dapat diamati dengan baik, murid-murd harus dibawa ke kebun, tegalan
atau lapangan dimana putri malu
itu tumbuh. Guru menggunakan
metode karya wisata untuk mengajarkan
tanaman tersebut.
4) Objeknya
hanya berbahaya jika dibawa ke kelas. Misalnya guru akan mengajarkan jenis-jenis binatang
buas. Tentunya guru tidak
akan dapat membawa
harimau dan singa ke kelas,
karena seandainya hal
itu dapat dilakukan, tetapi faktor
keamanannya tidak dapat dipertanggung-jawabkan. Binatang-binatang itu
terlalu buas untuk
dibawa begitu saja
ke tempat-tempat umum.
b. Pertimbangan
dan penetapan objek karya wisata
Dalam pertimbangan
dan penetapan objek karya wisata seorang
guru perlu alasan-alasan
seperti isi bahan
pelajaran yang telah atau
belum tercantum di dalam kurikulum jika bahan pelajaran
itu memang telah dicantumkan dalam
kurikulum untuk diajarkan
dan metode ini
sebaiknya dilakukan. Tetapi seandainya bahan pelajaran itu tidak
tercantum dalam kurikulum maka dapat digunakan pertimbangan
dari segi didaktik
yaitu prinsip lingkungan,
misalnya dimana murid-murid harus mengenal alam lingkungannya dengan sebaik-baiknya.
Alasan
pertimbangan dan penetapan objek dapat
dipilih guru berdasarkan mengajar harus memperhatikan
misalnya prinsip keperagaan dan lingkungan untuk menghindarkan timbulnya verbalisme.
(mengetahui kata akan
tetapi tidak mengetahui
isi pengertian kata tersebut).
Penetapan lamanya
karya wisata harus dipertimbangkan berdasarkan:
-
Banyaknya waktu
yang akan di
ambil dari mata pelajaran lainnya
tanpa menghambat kemajuan mata-mata pelajaran tersebut dalam keseluruan rencana
pembelajaran.
-
Mudah
atau sulitnya bahan yang harus diteliti pada objek tersebut.
-
Mudah
atau sulitnya transport pergi
dan pulang.
-
Luas
atau sempitnya, banyak atau
sedikitnya bahan yang
harus diteliti pada
objek yang akan di kunjungi.
-
Jauh atau dekatnya letak objek yang akan di pelajari.
a) Penetapan
teknik-teknik untuk mempelajari objek.
Sebelum
melakukan teknik karya wisata, perlu menetapkan cara-cara meneliti atau
mempelajari obyek yang akan dikunjungi. Teknik-tekniknya antara lain ialah:
-
Observasi.
Meneliti atau
mempelajari suatu objek melalalui observasi merupakan tahapan yang
paling penting dalam keseluruhan proses
belajar selama suatu karya wisata dilakukan. Teknik observasi merupakn cara pemahaman yang paliang alamiah
dalam usaha mamperoleh penjelasan mengenai objek-objek dan kejadian-kejadian
kehidupan nyata.
Walaupun
observasi itu bersifat ilmiah, teknik meneliti dengan jalan seperti ini hanya
akan berhasil jika guru dapat membimbingnya dan mengajarnya untuk mengamati
dengan baik. Observasi langsung tidak boleh hanya dibatasi pada hal-hal
tertentu saja, atau hanya menggunakan
mata saja tanpa alat pembantu. Kalau perlu observasi itu harus dibantu
dengan mikroskop, teleskop ataupun stetoskop. (alat yang digunakan dokter untuk
mendengarkan detak jantung). Observasi
merupakan cara untuk mendapatkan data atau pengetahuan melalui
alat indra, melalui alat indra penerima yang disebut mata, anak mengenal dan
memahami jenis-jenis bentuk, warna, jarak, kedalaman dan perbandingan besar
kecilnya suatu objek. Melalui telinga anak mengenal berbagai janis bunyi suara.
Demikian pula dengan indra lainnya. Oleh karena itu teknik observasi merupakan
teknik yang paling penting dalam pelaksanaan karya wisata.
-
Wawancara (interview) dan tanya jawab.
Pada
pelaksanaan observasi, sering pula harus
dilengkapi dengan teknik pengumpulan data dan informasi berupa informasi
dan tanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran maupun pengetahuan umum.[5]
Mengamati saja sering tidak cukup memberikan kejelasan
yang memuaskan si pengamat. Hal itu mungkin saja timbul karena memang tidak
memahami apa yang sedang diamati atau karena penjelasan yang diberikan tidak
cukup menjelaskan objeknya. Ketidak jelasan mengenai apa yang sedangkan
diterangkangkan mungkin disebabkan karena objeknya terlalu asing atau kompleks,
menerangkannya terlalu cepat, maka di perlukan wawancara atau tanya jawab dalam
hal ini.
-
Diskusi
Dalam
diskusi itu biasanya sebagai penyempurnaan dari pada pengunaan teknik pengumpulan data
berupa observasi dan tanya jawab, dapat digunakan teknik diskusi. Melalui
diskusi, yang dapat dilakukan ditempat objek guna mematanngkan, memperjelas
segala sesuatu yang telah diamati murid-murid selama karya wisata dilakukan.
b) Manfaat
karya wisata sebagai media pembelajaran.
-
Memberikan pengertian yang lebih jelas
terhadap pokok masalah atau pembahasan dengan melihat atau mengunjungi benda
atau lokasi yang sebenarnya.
-
Membangkitkan dan menumbuhkan rasa cinta
dan kesadaran yang tinggi dalam diri pribadi anak terhadap lingkungan dan tanah
air sebagai ciptaan Allah.
-
Mempercapat pemahaman siswa, karena
langsung datang langsung ke objeknya.
-
Mendorong siswa agar lebih mengenal
lingkungan secara baik.
-
Melatih siswa bersikap lebih terbuka,
objektif, dan luas pandangan mereka terhadap pandangan luar.
-
Menambah pengalaman, baik itu siswa
maupun guru mempunyai kesempatan untuk mempelajari objek dengan jelas.
c. Kelebihan
dan kekurangan karya wisata sebagai media pembelajaran
a) Kelebihan
karyawisata sebagai media pembelajaran:
1) Menghindarkan
terjadinya verbalisme. (Mengetahui katanya tapi tidak mengetahui makna yang
terkandung didalamnya).
2) Memperkaya
pengalaman siswa, terutama mengenai objek-objek disekitarnya atau alam sekitar.
3) Pengubahan
situasi mengajar-belajar yang sehari-hari dibatasi empat buah dinding kepada
suatu tempat atau situasi yang terdapat dialam terbuka dapat mengembangkan
kegairahan belajar dan menyegarkan.
4) Siswa
dapat mengganti pengalaman-pengalaman dengan mencoba turut serta dalam
kegiatan.
5) Siswa
dapat mengamati objek ditempat dimana objek itu berada, dalam situasi yang
asli.
6) Siswa
dapat mengetahui bagaimana cara mengobservasi suatu objek dengan baik, memupuk
kebiasaan mengamati dengan teliti.
7) Mengembangkan,
menanamkan dan memupuk rasa cinta pada
alam dan tanah air.
8) Menanamkan,
mengembangkan dan memupuk keyakinan akan ke-Agungan Allah SWT.
9) Memiliki
prinsip pengajaran modern yang memenfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.[6]
b) Kelemahan
karyawisata sebagai media pembelajaran.
1) Menghabiskan
waktu yang banyak. Padahal jadwal mata pelajaran sudah ditetapkan, sehingga
dengan demikian mata-mata pelajaran lain akan dirugikan.
2) Mengajar
murid-murid di alam terbuka lebih sukar dibandingkan dengan di kelas.
3) Sukar
memegang ketertiban dan disiplin mengingat bahwa murid-murid lebih bebas
bergerak kesana kemari.
4) Kemungkinan
terjadinya hal-hal yang tidak di inginkan mengingat murid-murid bebas bergerak
dan berkeliaran.
5) Adanya
tambahan pengeluaran uang.
6) Unsur
rekreasi sering menjadi lebih di prioritaskan daripada tujuan utamanya.
7) Memerlukan
koordinasi dengan guru serta bidang
studi lain karena menggunakan waktu yang cukup lama.[7]
C.
Implementasi
Bermain Peran dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian
Metode Bermain Peran
Metode
bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam
metode simulasi. Dawson mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah
umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang
mereplikasi proses-proses perilaku.
Sedangkan
menurut Ali mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran
dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Pada
dasarnya, bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan. Bermain menurut
pengertian yang pertama dapat bermakna sebagai sebuah aktifitas bermain yang
murni mencari kesenangan tanpa mencari “menangkalah”(play). Sedangkan yang
kedua disebut sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari
kesenanga dan kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian”menang-kalah” (game). Dengan demikian, pada dasarnya
setiap aktifitas bermain selalu didasarkan pada perolehan kesenangan dan
kepuasan. Sebab, fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan (refreshing) kondisi fisik dan mental
yang berada di ambang ketegangan.[8]
Peran
(role) bisa diartikan sebagai cara
seseorang berperilaku dalam posisi dan situasi tertentu. Dalam ilmu manajerial,
ketidaksesuaian dalam pengenalan peran ditunjukkan sebagai "role
conflict" (konflik peran) saran yang tidak konsisten, yang diberikan
kepada seseorang oleh dirinya sendiri atau orang lain. Role playing sebagai
suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan
diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan
secara singkat sehingga murid-murid bisa mengenali tokohnya.
Bermain
peran memiliki empat macam arti, yaitu:
(1) sesuatu
yang besifat sandiwara, dimana pemain memainkan peranan tertentu, sesuai dengan
lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya untuk tujuan hiburan;
(2) sesuatu
yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh
norma-norma sosial;
(3) suatu
perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang berusaha memperbodoh
orang lain dengan jalan berperilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya
diharapkan, dirasakan dan diinginkan;
(4) sesuatu
yang berhubungan dengan pendidikan dimana individu memerankan situasi yang
imajinatif.[9]
b. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Bermain Peran
Role
playing bisa dipakai untuk murid segala usia. Bila role play digunakan pada
anak-anak, maka kerumitan situasi dalam peran harus diminimalisir. Tetapi bila
kita tetap memertahankan kesederhanaannya karena rentang perhatian mereka
terbatas, maka permainan peran juga bisa digunakan dalam mengajar anak-anak
prasekolah.
Kesalahan-kesalahan
itu bisa menguji beberapa solusi untuk masalah-masalah yang sangat nyata, dan
penerapannya bisa segera dilakukan. Permainan peran juga memenuhi beberapa
prinsip yang sangat mendasar dalam proses belajar mengajar, misalnya
keterlibatan murid dan motivasi yang hakiki. Suasana yang positif sering kali
menyebabkan seseorang bisa melihat dirinya sendiri seperti orang lain melihat
dirinya.
Keterlibatan
para peserta permainan peran bisa menciptakan baik perlengkapan emosional
maupun intelektual pada masalah yang dibahas. Bila seorang guru yang terampil bisa dengan tepat
menggabungkan masalah yang dihadapi dengan kebutuhan dalam kelompok, maka kita
bisa mengharapkan penyelesaian dari masalah-masalah hidup yang realistis.
Permainan
peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam kelas. Meskipun pada
awalnya permainan peran itu tampak tidak menyenangkan, namun ketika kelas mulai
belajar saling percaya dan belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka
"sharing" mengenai analisa seputar situasi yang dimainkan akan
membangun persahabatan yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti
dalam pelajaran.
Walaupun
metode ini banyak member keuntungan dalam penggunaannya namun sebagaiman juga
metode-metode mengajar lainnya metode ini mengandung beberapa kelemahan
diantaranya:
1)
Jika siswa tidak dipersiapkan dengan
baik ada kemungkinan tidak akan melakukan dengan sungguh-sumgguh.
2)
Bermain peran mungkin tidak akan
berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung.
3)
Bermain peran tidak selamanya menujub
pada arah yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan
berlawanan dengan apa yang diharapkannya.
4)
Siswa sering mengalami kesulitan untuk
memerankan peran secara baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau
ditugasi dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan
diperankan.
5)
Bermain memakan waktu yang banyak.
6)
Untuk berjalan baiknya sebuah bermain
peran, diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, saling mengenal
sehingga dapat bekerja sama dengan baik.[10]
c. Langkah-Langkah
Metode Bermain Peran
1) Guru
menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan.
2) Menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar..
3) Guru
membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
4) Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5) Memanggil
para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan.
6) Masing-masing
siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7) Setelah
selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing kelompok.
8) Masing-masing
kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
9) Guru
memberikan kesimpulan secara umum.
10) Evaluasi.
11) Penutup.[11]
d. Perencanaan
Penggunaan Metode Pembelajaran
Persiapan untuk bermain
peran
1)
Memilih permasalahan yang mengandung
pandangan-pandangan yang berbedadan kemungkinan pemecahannya.
2)
Mengarahkan siswa pada situasi dan
masalah yang dihadapi.
3)
Memilih pemain
4)
Pilih secara sukarela, jangan dipaksa
5)
Sebisa mungkin pilih pemain yang dapat
mengenali peran yang akan dibawakannya.
6)
Hindari pemain yang ditunjuk sendiri
oleh siswa.
7)
Pilih beberapa pemain agar seseorang
tidak memerankan dua peran sekaligus.
8)
Setiap kelompok pemain paling banyak 5
orang.
9)
Hindari siswa membawakan peran yang dekat
dengan kehidupan sebenarnya.
10)
Mempersiapkan penonton
11)
Harus yakin bahwa pemirsa mengetahui
keadaan dan tujuan bermain peran.
12)
Arahkan mereka bagaiman seharusnya
mereka berperilaku.
13)
Persiapan para pemain
14)
Biarkan siswa mempersiapkannya dengan
sedikit mungkin campur tangan guru.
15)
Sebelum bermain setiap pemain harus
memahami betul apa yang harus dilakukan.
16)
Permainan harus lancar, dan sebaiknya
ada kata pembukaan, tapi hindari melatih kembali saat sudah siap bermain.
17)
Siapkan tempat dengan baik.
18)
Kadang-kadang “kelompok kecil bermain
peran” merupakan cara yang baik untuk bermain peran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode
karya wisata ialah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan membawa murid
langsung kepada objek yang dipelajari, dan objek itu terdapat diluar kelas,
agar siswa bisa langsung mengetahui langsung bentuk riilnya sebuah objek yang
dipelajari.
Karyawisata
berarti pergi bekerja. Hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, pengertian
karyawisata ialah siswa akan mempelajari suatu objek ditempat mana objek itu
terdapat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja sebenarnya yang
dimaksut ialah mempelajari sesuatu. Karya wisata disebut juga metode field
trip, metode study tour, metode study trip.
Model
pembelajaran role playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk
digunakan dalam rangka meningkatkan kemampuan bahasa dan sastra Indonesia bagi
peserta didik. Selain itu, model pembelajaran ini bisa digunakan mata pelajaran
lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan model pembelajaran role
playing ini sebagai model pembelajaran alternatif yang layak dikembangkan untuk
mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode
dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, .Bandung: Refika
Aditama Ismail, Andang, 2006, Education Games; Menjadi Cerdas Dan Ceria
Dengan Permainan Edukatif, Yogyakarta: Pilar Media.
Hanafiyah dan Cucu Suhana, 2009. Konsep Srategi
Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama.
Tupik, Muhammad, 2012. Kereativitas Jalan Baru
Pendidikan Islam. Mataram: LEEPPIM,
Kunia Salam Semesta.
Umar Muhammad Al-Touny al-syaebani , 2008. falsafah pendidikan
islam, terjemahan Dr. Hasan Langgulung.
Jusuf Djajadisastra, 1982. Metode-Metode Mengajar. Bandung: Angkasa.
Roestiyah, 2008.
Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudjana, Nana dkk, 1997.
Media Pengajaran, Bandung: CV Sinar Baru.
Saiful
Bahri dkk, 2010. Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Wahab, Aziz, Abdul, 2008. Metode dan Model
Mengajar ; Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung: Alfabeta.
[1]
Tupik Muhammad, Kereativitas Jalan Baru Pendidikan Islam ( Mataram: LEEPPIM, Kunia Salam Semesta, 2012). Hlm.171-172
[2]
Umar Muhammad Al-Touny al-syaebani , falsafah
pendidikan islam, terjemahan Dr. Hasan Langgulung. (Bandung : Lentera,
2008), Hlm.15
[3]
Jusuf Djajadisastra, Metode-Metode Mengajar,
( Bandung: ANGKASA, 1982 ), hlm. 10
[4]
Ibid., hal. 15
[5]
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), hlm. 86
[6]
Usman dkk, Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 53
[7]Saiful Bahri dkk, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 94
[8]
Andang Ismail, Education Games; Menjadi Cerdas Dan Ceria Dengan Permainan
Edukatif, (Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hal. 15
[9]
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 77
[10]
Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model Mengajar ; Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hlm. 109-110
[11]
Hanafiyah dan Cucu Suhana, Konsep Srategi Pembelajaran, (Bandung: Refika
Aditama,2009), hlm. 47-48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar