PENGENALAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING RUMAH SAKIT DAN
KONSELING KLINIK
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA
|
NIM
|
1. Yaser Arafat
|
14
302 00
|
2. Fitri Melia
|
14
302 00049
|
Dosen Pengampu:
DARWIN HARAHAP, S.Sos.I, M.Pd.I
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016/2017
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
saya ucapkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmatnya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi judul“ Pengenalan Manajemen
Bimbingan Konseling Rumah Sakit dan Konseling Klinik”. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi kepada siapa pun yang membaca makalah ini.
Makalah ini ditulis
guna untuk menyelesaikan tugas hukum bisnis dan juga sebagai bahan informasi
bagi siapa saja yang membaca. Dalam hal ini izinkan saya mengucapkan terimah
kasih kepada dosen pembimbing Bapak Darwin Harahap, S.Sos.I, M.Pd.I dan seluruh
pihak-pihak yang telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami pun menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya tulis ini, maka saya
selaku penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Saya selaku
manusia biasa tentu tidak akan luput dari kesalahan karena yang memiliki
kesempurnaan itu hanya Allah S.W.T.
Akhirnya saya ucapkan
selamat membaca dan semoga makalah yang saya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca. Aamiin
Padangsidimpuan, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C.
Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.
Pengertian
Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT......................... 2
B.
Nama-Nama
Kitab Allah SWT dan Rasul yang
menerimannya
................................................................................... 2
C.
Cara
mengimani Kitab Suci Allah SWT............................................ 5
D.
Fungsi
beriman kapada Kitab-Kitab Allah SWT ............................. 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 7
A.
Kesimpulan......................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Layanan
bimbingan dan konseling bukan hal baru, karena bimbingan konseling tidak hanya
berada di insitusi pendidikan saja namun juga diberbagai institusi seperti
halnya rumah sakit, pengadilan agama, dan lembaga-lembaga lainnya. Bimbingan
dan konseling di rumah sakit rasanya menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Hal tersebut dikarenakan pasien di rumah sakit terutama pasien rawat inap bukan
hanya menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai
tekanan dan gangguan mental yang ringan sampai berat akibat penyakit yang
dideritanya.
Gangguan
tersebut misalnya ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan berbagai bentuk
gangguan-gangguan lain yang sekiranya kondisi tersebut memerlukan pendampingan,
layanan, dan bimbingan-bimbingan. Dalam makalah ini, pemakalah mencoba
menguraikan bagimana bentuk konseling dirumah sakit dengan membatasi penjelasan
berkenaan dengan hakikat penyakit dalam pandangan psikologi, kondisi psikologis
di rumah sakit, pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit, dan
model-model konseling untuk pasien di rumah sakit.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Manajemen Konseling di Rumah Sakit
dan Klinik
1.
Hakikat Penyakit Dalam Pandangan
Psikologi
Sejak
lama para ahli psikologi menduga bahwa di dalam jiwa manusia itu terdapat
perasaan, kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkan dengan
emosionalitas, aktifitas dan fungsi sekunder. Emosionalitas bersumber dari
hati, sedangkan aktifitas bersumber dari hawa nafsu keduanya merupakan inti
jiwa. Adapun akal merupakan kulit jiwa dan disebut fungsi sekunder. Muatan
kekuatan ketiga macam potensi kejiwaan ini tidak sama. subur sekali bagi
timbulnya bermacam-macam penyakit mental.
Apabila
jiwa terguncang, pikiran menjadi tidak setabil, akibatnya mempengaruhi fisik
manusia dan dapat menimbulkan penyakit yang disebut psikosomatik. Penderita
psikosomatik bukan hanya membutuhkan terapi medis atau terapi fisik semata,
tetapi juga membutuhkan terapi sufistik dengan salah satu metodenya, yaitu
tobat. Uraian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber penyakit psikosomatik
dapat disebabkan oleh konflik-konflik psikis atau dapat juga disebabkan oleh
gangguan yang sifatnya organis. Beberapa pendapat ahli tentang defenisi
penyakit:[1]
a.
Kathleen Meehan Arias; Penyakit adalah suatu kesakitan
yang biasanya memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen atiologik
telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat diidentifikasi, atau
perubahan anatomi yang konsisten.
b.
DR. Beate Jacob; Penyakit adalah suatu penyimpangan
dari keadaan tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa.
c.
Wahyudin Rajab, M. Epid; Penyakit adalah keadaan yang
bersifat objektif dan rasa sakit bersifat subjektif.
2.
Kondisi Psikologis Pasien Di Rumah
Sakit
Problematika
yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang dialaminya, misalnya
ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali sangat kecil atau ketika
pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah
akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:
a.
Shock
b.
Kecemasan dan ketakutan
c.
Penolakan
d.
Keputusasaan
e.
Kejenuhan dan kebosanan menjalani
perawatan
f.
Stress dll.
secara umum pasien di rumah sakit mengalami penyakit
fisik yaitu menurut pemeriksaan medis adanya gangguan atau kelainan pada organ
fisik (faal) seperti jantung, lambung, hati dan lain sebagainya. Dimana keadaan
ini berpengaruh sigifikan terhadap perubahan hidup yang harus dijalani. Selain
menderita sakit fisik, pasien menghadapi berbagai masalah seperti :
1. Penyesuaian Diri
Apalagi kata ”rumah sakit” tidak bisa dilepaskan dengan
berbagai label yang berkaitan dengan sesuatu yang mengerikan dan menakutkan.
Seperti adanya pertanyaan besar dalam diri pasien tentang apakah penyakitnya
sedemikian parah sehingga mebutuhkan perawatan disana, adanya ketakutan dengan
tindakan operasi/pembedahan, pasien yang dirawat di rumah sakit biasanya adalah
mereka yang sakit keras dan berujung pada kematian, dan rumah sakit dipenuhi
dengan roh atau syaitan karena banyak orang meninggal disana. Berbagai kondisi
yang digambarkan tersebut, menambah beban pasien untuk mampu menyesuaikan diri
selama menjalani perawatan di rumah sakit, belum lagi pasien harus membiasakan
diri mengikuti aturan-aturan mulai minum obat, istirahat, pola makan dan
melepaskan diri untuk sementara waktu dengan kebiasaan hidup sehari-hari
seperti berkumpul dengan keluarga, bekerja dan aktivitas sosial lainnya.[2]
2. Rasa Takut dan Khawatir
Perasaan ini merupakan perasaan yang kerap kali
mengiringi manusia hidup, tak terkecuali para pasien di rumah sakit. Pasien
umumnya mengalami rasa takut dan khawatir disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain pertama, ketakutan terhadap berbagai tindakan medis
(operasi, CD Scan dll). Kedua, ketakutan akan kematian. Hal ini umumnya dialami
mereka menderita jenis penyakit kronis.[3]
3. Penerimaan Diri Terhadap Penyakit
Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit terkadang
belum mengetahui secara pasti penyakit yang derita. Biasanya dokter menyarankan
perawatan karena dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut agar diketahui secara
pasti apa sebenarnya penyakit yang bersarang ditubuhnya. Siklus ini merupakan
salah satu dinamika yang harus dilewati pasien sebelum adanya diagnosa jelas
dari dokter.
4. Stres dan Depresi
Depresi
yang sering kali dialami sebagian besar pasien memiliki penyakit kronis berawal
dari perubahan psikis yang agak serius setelah mengetahui hasil pemeriksaan
medis. Perubahan psikis ini dipicu pula oleh pengujian medis yang harus
dihadapi secara berulang-ulang, treatment yang harus dijalani dan menunggu
hasil pengobatan penyakitnya dalam ketidakpastian. Kondisi seperti ini
cenderung membuat pasien mengalami kegelisahan yang tinggi, kecemasan setiap
saat, dan ketidakmampuan menghadapi kenyataan hidup akibat penyakit yang
diderita. [4]
3.
Pola konseling yang dilakukan
rohaniawan di rumah sakit
a. Konsep
Dasar Konseling Di Rumah Sakit
Banyak
para ahli yang mengistilahkan bimbingan rohani dengan konseling, kedua istilah
tersebut memang terlihat sama tapi sebenarnya memiliki arti yang berbeda.
Menurut darminta bimbingan rohani dan konseling kelihatannya sama, keduanya
terjadi dengan adanya dua orang yang saling berbicara dan mewawancara pada
waktu tertentu, kedua-duanya berkisar pada masalah hidup dan mencari bagaimana
mengubah sikap untuk mencari pemecahan masalahnya. Kedua-duanya menghargai
pekembangan dan proses, mungkin juga adanya perubahan. Namun pada dasarnya
perubahan itu adalah pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah dengan
kata lain hidup religius yang lebih diperhatikan oleh bimbingan rohani.[5]
Sedangkan
dalam konseling, banyak membicarakan tentang kehidupan pribadi, hasil-hasil
yang sudah dicapai, ketakutan-ketakutan, harapan-harapan, dan ambisi pribadi.
Pembicaraan hal tersebut dalam bimbingan rohani hanya sejauh membantu orang
untuk membuka diri kepada hubungan yang bersifat personal dengan Allah.
Bimbingan
penyuluhan islam yang diberikan tersebut sangat diperlukan dalam upaya
memebrikan nasihat untuk mengikuti petunjuk agama Islam yakni agar manusia
selalu mengingat Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Sasaran
dari konseling itu bukan pada penyakit fisik melainkan pada problema psikologis
dan berbagai disabilitas pasien dibalik penyakit yang nampak untuk mengetahui
bagaimana pemahaman dan pemaknaan pasien terhadap penyakitnya. Robert Bor et.al
mendefenisikan konseing rumah sakit adalah proses interaksi dalam situasi
terapeutik dengan fokus utama percakapan tentang hubungan, kepercayaan, prilaku
(perasaan)melalui masalah yang dirasakan pasien, kemudian masalah tersebut
ditafsir ulang dan dipahami kembalai dengan cara yang baru bagi pasien.
Dileep
Kumar berpendapat bahwa konseling rumah sakit adalah interaksi antara konselor,
pasien, dan keluarga pasien dimana konselor mengambil sikap tertentu dengan
menggunakan pengetahuan-pengetahuan, keterangan untuk memperkenalkan pasien
dalam proses menuju pemahaman diri yang mengarah pada tindakan sehingga terjadi
perubahan prilaku pasien untuk memecahkan masalahnya. Tujuan utama konseling di
rumah sakit:[6]
1) Terjadinya
serangkaian perubahan pemahaman pada diri pasien terhadap sakit yang
dihadapinya.
2) Membaantu
pasien menemukan berbagai makna dari sakit dan proses peawatan yang dijalani.
3) Membantu
pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan yang sangat membantu dalam
proses penyembuhan.
4) Salah
satu sumberrujukan untuk menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan dari sisi
spiritualitas dan keagamaan yang dianut pasien.
Tugas konselor dengan tim
1) Memetakan
proses, berbagai tahapan perawatan dan terapi yang akan dijalani pasien bersama
tim.
2) Menjajagi
proses penyampaian hasil diagnosa dengan berbagai kemungkinan mengenai
penyakit, pengaruhnya terhadap pasien, keluarga, dan pihak-pihak terkait.
3) Menjaga
lalulintas komunikasi dan mekanisme kolaborasi selama proses perawatan berlangsung.
Tugas
konselor dengan pasien
1) Menjalin
komunikasi dengan pasien dengan suasana terapeutik.
2) Memulai
konseling dari sejarah dan pengalaman pasien
3) Mendorong
dan membangkitkan semangat pasien untuk dapat bekerja sama dan berpartisipasi
aktif dalam semua proses dan sesi terapi
4) Mengeplorasi
sistem kepercayaan untuk mengetahuisejauh mana pasien memiliki pemahaman
tentang makna-makna dari sakit yang ia hadapi
5) Mencegah
pasien dari sikap pasif dalam pengobatan, tidak berdaya terhadap segala macam
protokoler terapi, dan menjga agar pasien terhindar dari berbagai
kesalahpahaman tentang sakit untuk menghindari sikap “wrong doing” dan berbagai
tindakan yang merugikan pasien.
6) Senantiasa
memperhatikan hal-hal khusus dari pasien diantaranya; suasana dan keadaan, berbagai
keterikatan, tipologi pemahaman sakit-sehat, perkembangan dan siklus hidup
pasien, rasa ingin tahu, berbagai ungkapan perasaan, tutur cerita, dan berbagai
penekanan, kesadaran, pola prilaku, pengaturan dan disiplin waktu, serta sistem
kepercaayaan.
Tugas
konselor dengan keluarga
1) Menjaga
support keluaraga terhadap pasien
2)
Menjalani komunikasi dengan keluarga
untuk mempermudah menggali informasi tentnag pasien.
B.
Model-Model Konseling Untuk Pasien
Di Rumah Sakit dan Klinik
a.
Metode Dan Teknik Untuk Pasien Di
Rumah Sakit[7]
Metode
konseling dan psikoterapi yang sudah ada memiliki kemungkinan untuk diterapkan
sejauh memiliki relevansi dengan berbagai kebutuhan pasien dirumah sakit,
setidaknya ada empat bentuk pelayanan:
1)
Bimbingan
2)
Konseling
3)
Kolaborasi dan konsultasi
4)
Psikoterapi
Dalam
bimbingan dan konseling, dapat digunakan pendekatan CBT karena memiliki
relevansi untuk setting rumah sakit. Misalnya dalam menangani pasien yang
mengalami gangguan mental seperti deprese dan antasitas yang umumnya terdapat pada
pasien.
Penggunaan
metode dan teknik harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berkenaan
dnegan tingkatan konseling yaitu:
1)
Informating giving
Hanya bersifat pemberian informasi mengenai
beberapa hal seperti, rencana pengobatan, hasil tes laboratorium, perawatan dan
percobaan obat, pengehan penyakit dan lain-lain. Hal ini biasanya untuk
penderita penyakit HIV, kanker, dll.
2)
Implication counseling
Merupakan tindak lanjut dari pemberian
informasi jika terjadi hal-hal yang harus dirundingkan dengan pihak keluarga
pasien atau pihak terkait.
3)
Supportuve cuonseling
Merupakan
tahapan konseling selanjutnya jika terjadi berbagai reaksi emosional atas berbagai
informasi yang diterima pasien atau keluarga atau mendorong agar memiliki
kesiapan menerima kenyataan dan memasuki proses berikutnya.
4)
Psycotherapeutic cunseling
Merupakan
tahapan lebih lanjut yang difokuskan pada pennyembuhan, penyesuaian, kemampuan
mengatasi dan berbagai hal yang terkait dengan penyelesaian masalah yang
dihadapi pasien
Pertimbangan
terakhir adalah penggunaan teknik brief focussed counseling, yaitu konseling
dirumah sakit yang dilakukan konselor secara singkat, efektif, dan tepat sasaran
dengan pertimbangan; 1) dilaksanakan dalam setting medis yang sibuk dan
terbatas waktu, 2) karena ada tekanan dan keterbatasan waktu, 3) karena banyak
perubahan yang terjadi pada diri pasien sehubungan penyakit yang diderita, 4)
dituntuk fokus pada masalah psikologis utama yang dialami pasien.
b.
Langkah-Langkah Pelaksanaan
Konseling
Berdasarkan
teknik brief focussed counseling, terdapat 4 langkah dalam konseling di rumah
sakit:[8]
1)
Forming and therapeutik
relationship
Yaitu
menjalin komunikasi dengan pasien sebagai konseli, membuka komunikasi dan
percakapan.
2)
Making assesment
Pada
tahap ini konselor harus sudah mendapatkan gambaran mengenai kondisi psikologis
pasien, latar belakang, pemahaman, makna, kepercayaan pasien mengenai sakitnya.
3)
Intervening all the same session
Pada
tahah ini konselor sudah harus dapat melakukanberbagai intervensi, penanganan,
pemecahan masalah yang dihadapi sambil memantau berbagai kemungkinan masalah
baru yang muncul sepanjang sesi konseling dan sesi keperawatan medis untuk
dicariakan solusinya secara kolaboratif.
4)
Closing
Merupakan
penutupan internal agar dapat melakukan evaluasi terhadap segala bentuk
intervensi dan terapi yang dilakukan.
Untuk
penanganan kasus khusus yang mengalami ansietas, dapat diilustrasikan dnegan
langkah-langkah berikut:[9]
1)
Pastikan pasien dapat dan mau
berkomunikasi
2)
Pastikan masalah psikologis yang inti
dari pasien
3)
Lakukan konseling dengan kehadiran tim
medis dan perawat secar lengkap
4)
Bangun hubungansecara cepat agar pasien
dapat segera mengepresikan apa yang paling dikhawatirkan atau menjadi
permasalahan.
5)
Dorong pasien untuk memberi informasi
secara ringkas, dan efektif
6)
Gali terus pembicaraan pasien untuk
mendapatkan masalahpokok pasien, tujuan, dan ekspektasi pasien dan bagaimana
muncul pemahaman itu.
7)
Bicarakan bersama pasien renacana dan
keinginan yang tepat untuk mencari solusi bagi permasalahan yang dihadapi.
c.
Metode Dalam Melakukan Bimbingan
Rohani
Metode-metode
yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan rohani diantaranya adalah:[10]
1)
Metode interview
Merupakan
salah satu cara memperoleh fakta kejiwaan yang dapat dijadikan pemetaan,
dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
2)
Metode kelompok (group guidance)
Dengan
metode ini pembimbing dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak
bimbing dalam lingkungan, ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya
dengan orang lain.
3)
Metode yang dipusatkan pada keadaan
klien (centered method)
Dalam
metode ini terdapat dasar pemikiran klien sebagai makhluk yang bulat yang
mempunyai kemampuan lebih memahami keadaan klien yang bersumber dari perasaan
dosa yang menimbulkan perasaan-perasaan cemas, konflik kejiwaan, dan lain-lain.
4)
Directive counseling
Dalam
metode ini, konselor langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problema yang
oleh klien menjadi sumber kecemasannya.
5)
Metode educative
Metode
ini menekankan pada usaha mengorek sumber-sumber perasaan yang dirasa menjadi
beban tekanan batin klien atau mengaktifkan kekuatan potensinya.
6)
Metode bimbingan agama
a) Metode
individual
Metode
ini pembimbing melakukan komunikasi langsung secar individual dengan puhak yang
dibimbingnya.
b) Metode
kelompok
Metode
ini sama dngan group guidance, tapi dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing
mengarahkan pembicaraan dan diskusi pada masalah keagamaan dan sasarannya pada
klien yang mempunyai masalah yang sama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ketegangan
serta ketakutan yang dialami manusia menjadi persemaian yang subur sekali bagi
timbulnya bermacam-macam penyakit mental.
Problematika
yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang dialaminya, misalnya
ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali sangat kecil atau ketika
pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah
akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:
a. Shock
b.
Kecemasan dan ketakutan
c.
Penolakan
d.
Keputusasaan
e.
Kejenuhan dan kebosanan menjalani
perawatan
f. Stress
dll.
DAFTAR PUSTAKA
Andrew,
Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany. 1996. Penerapan
Psikologi dalam Keperawatan, Yogyakarta : Andi
Agus,
Taufiq, 2005. Konseling Kelompok bagi
Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press.
Prayitno dan Erman Amti.(1994) Dasar-Dasar Bimbingan
dan Konseling, Jakarta; Dirjen Dikti
Depdikbud.
[1]
Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta;
Dirjen Dikti Depdikbud, 1994), hal. 251
[2]
Andrew,
Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany, Penerapan
Psikologi dalam Keperawatan, (Yogyakarta : Andi, 1996), h. 351
[3] ibid 351
[4]
Agus, Taufiq, Konseling Kelompok bagi
Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press, 2005), h. 335
[5]
Amril, Studi Kebutuhan Layanan Informasi bagi Pasien akan di Operasi di RSUD Pariaman, skripsi
, 2001 Padang :FIP UNP, , hal
1
[6]
Ibid., hal. 8
[7]
Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), Hal. 170
[8]
Ibid., hal. 170
[9]
Ibid., hal. 171
[10]
Prayitno dan Erman Amti. Op. Cit.,
hal. 98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar