AKHLAK TASAWUF
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA
1.
SOPIA MARSADA
2.
KHUSNUL KHOTIMAH
DOSEN PEMBIMBING :
SYLVIA KURNIA RITONGA, Lc., M.Sy
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang menyayangi tanpa
pernah meminta imbalan dari mahluk-Nya, yang atas berkat rahmat, inayah serta
hidayah-Nya lah kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, serta, umatnya yang membela risalahnya sampai
akhir jaman.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan benar, yang merupakan salah satu tugas mata kuliah, dalam memenuhi tugas
tersebut maka kami menyusun makalah yang berjudul “Akhlak tasawuf” kami telah
mendapatkan bantuan dari beberapa sumber yang telah di lampirkan di halaman pada Daftar Pustaka.
Kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan kepada pihak yang membacanya. Kami
sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Apabila terdapat
kesalahan yang kecil ataupun yang fatal kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak yang
membaca makalah ini. Dan kami juga menerima kritik dan saran terhadap makalah
yang kami buat ini, mudah-mudahan dengan adanya kritik dan saran kami dapat
membuat makalah yang lebih bagus lagi di hari kemudian.
Padangsidimpuan, Nopember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Pengertian Akhlak Tasawuf............................................................. 2
B. Sumber Ajaran Akhlak..................................................................... 5
C. Tujuan Kajian Akhlak...................................................................... 7
D. Pentingnya Akhlak........................................................................... 9
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
Kata
akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan
baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika
timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan
tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering
diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Kepada
umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu
dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi
permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di
dunia dan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak Tasawuf
1.
Pengertian
Akhlak
Secara
etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, jama’nya khuluqun
yang berarti perangai (al-sajiyah),
adat kebiasaan (al’adat), budi
pekerti, tingkah laku atau tabiat (ath-thabi’ah),
perbedaan yang baik (al-maru’ah), dan
agama (ad-din).[1]
Akhlak
adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu
baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama
islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana
cara berbuat kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:[2]
a.
Perbuatan baik
termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.
b.
Perbuatan itu
sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena membicarakan
ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.
Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S.
al-ahzab,33:21)
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Sedangkan pengertian
akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :[3]
a.
Ibnu Maskawaih
Menyebutkan bahwa akhlak
yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak melakukan sesuatu perbuatan
tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih dahulu.
b.
Prof. Dr. Ahmad Amin
Akhlak menurut
Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan
yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan menunjukkan apa
yang harus di perbuat.
c.
Didalam buku akhlak
dalam
berbagai dimensi, akhlak yaitu
sifat-sifat
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.
yang berurat berakar dalam diri manusia, serta berdasarkan dorongan dan pertimbangan sifat tersebut, dapat dikatakan bahwa perbuatan tersebut baik atau buruknya dalam pandangan manusia.
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak
adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan
tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur
paksaan.
2.
Pengertian
Tasawuf
Tasawuf
secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan jiwa sesuci
mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran-Nya
senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan.
Secara
etimologi, tasawuf berasal dari kata “beranda” atau suffa. Dan pelakunya
disebut dengan ahli al-suffa, mereka dianggap sebagai penanam benih paham
tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad SAW. Kemudian menurut
catatan sejarah, diantara sekian sahabat nabi, yang pertama kali memfilsafatkan
ibadah dan dan menjadikan ibadah secara satu yang khusus adalah sahabat Nabi
yang bernama Huzaifa bin Al Yamani, beliau adalah salah satu sahabat Nabi yang
mulia dan terhormat. Beliaulah yang pertama kali menyampaikan ilmu-ilmu yang
kemudian hari kita kenal dengan “Tasawuf” dan beliaulah yang membuka jalan
serta teori-teori untuk tasawuf itu.[4]
Secara
terminologi, tasawuf memiliki tiga sudut pandang pengertian. Pertama, sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Kedua, sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang. Sebagai makhluk yang harus berjuang, manusia harus
berupaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam
rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ketiga, sudut pandang manusia
sebagai makhluk bertuhan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah ajaran-ajaran
mengenahi keidupan keruhanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari
berbagai penyakit hati, godaan nafsu, kehidupan duniawi dan bagaimana cara-cara
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedangkan sufi adalah orang yang menjalankan
tasawuf.[5]
Hubungan antara akhlak dan tasawuf dapat kita
ketahui dari uraian yang disampaikan Harun Nasution. Menurutnya, ketika
mempelajari tasawuf ternyata pula al-Qur’an dan Hadits mementingkan akhlak.
Al-Qur’an dan Hadits menekankkan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan,
persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-menolong, murah hati, dan
berbagai akhlak terpuji lainnya.[6]
Nilai-nilai ini harus dimiliki oleh seorang muslim, dan dimasukkan ke dalam
dirinya dari semasa ia kecil. Secara sederhana, hubungan keduanya dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah, mencakup dua aspek berikut:
a.
Etika Horizontal الأخلاق الإنسانية
b.
Etika Vertikal الأخلاق باالله
Kedua aspek ini menjadi semacam media untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam implementasinya, kedua aspek ini
dilakukan dengan cara :
a.
Dengan akhlak,
kita berusaha menghias diri, dengan sifat-sifat terpuji, dan menjahui
sifat-sifat tercela.
b.
Dengan Tasawuf,
kita selalu berusaha membersihkan hati dari dosa-dosa atau kotoran-kotoran
rohaniyah.
B.
Sumber Ajaran Akhlak
Yang
di maksud sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia
dan tercela. Sebagaimana keseluruhan ajaran islam, sumber akhlak adalah Al-
Qur’an dan Sunnah bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada
konsep etika dan moral. Dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaimana pandangan Mu’tazilah.
Adapun
penjelasan mengenai sumber ajaran Akhlak Islam yaitu:[7]
1.
Al-Qur’an
Al-Qur’an
merupakan sumber akhlak yang sangat akurat, sebagaimana tercantum dalam QS.
Al-Ahzab 21 Artinya
:
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: “sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah
dan Kedatangan Hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
Al-qur’an juga sebagai sumber utama dan pertama bagi agama islam mengandung
bimbingan, petunjuk penjelas dan pembeda antara yang hak dan yang batil.
Al-qur’an mengandung bimbingan tentang hubungan manusia dengan SWT., Tuhan Maha
Pencipta, maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sebagai contoh, Allah mengemukakan
dalam Al-Qur’an tentang seseorang yang ingin memohon pertolongan, sebagaimana
dalam QS. Al Baqarah : 45
(#qãZÏètFó$#ur Îö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouÎ7s3s9 wÎ) n?tã tûüÏèϱ»sø:$# ÇÍÎÈ
Artinya : “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu'”
Allah juga menegaskan, bahwa manusia dalam kehidupannya mempunyai kedudukan
yang sangat mulia, serta bentuk yang amat indah. Tetapi kelak akan dikembalikan
pada keadaan yang amak buruk, kecuali orang yang beriman kepada Allah
SWT. dan beramal shaleh.
Al-Qur’an juga sebagai sumber akhlak yang berkaitan dengan hubungan
antara manusia dengan manusia. Sebagai contoh ayat yang berkenaan dengan
hubungan antar sesama manusia antara lain (QS. Muhammad :22) :
ö@ygsù óOçFø|¡tã bÎ) ÷Läêø©9uqs? br& (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# (#þqãèÏeÜs)è?ur öNä3tB$ymör& ÇËËÈ
Artinya :“Maka apakah kiranya jika
kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan?”
Tentang hubungan manusia dengan alam lingkungan, Al-Qur’an juga memuat
bimbingannya. Sebagaimana disebutkan dalam salah satu ayat(QS. Ar Rum: 41) :
tygsß ß$|¡xÿø9$# Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷r& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt ÇÍÊÈ
Artinya :“Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Berdasarkan ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak dalam islam
yang menyangkut hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam adalah sumber dari Al-Qur’anul Karim.
2.
Sunnah
Istilah akhlak
yang dikaitkan dengan al-Hadits memang ada dasarnya. Di sini akan dikutipkan
beberapa hadits yang secara eksplisit menyinggung istilah akhlak tersebut sebagai
berikut:
Nabi berkata:
انما بعثت لاتمم مكارم الأخلاق
Artinya:
Bahwasannya aku dibangkitkan (diutus)
adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. (HR. Baihaqy).
Hadits lain menyebutkan:
اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلق
Artinya :Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya (H.R.Tirmidzi).
Pesan yang dimuat oleh
kedua hadits di atas adalah searah, yaitu bahwa masalah akhlak sangat
dipentingkan berkaitan dengan masalah kerisalahan (keutusan) Nabi Muhammad Saw
dan juga berkaitan dengan masalah keimanan (keyakinan teguh bagi seluruh
manusia Islam).
C.
Tujuan Kajian Akhlak
Tujuan mempelajari kajian Akhlak dan permasalahannya
menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik
dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik,
sedangkan berbuat dzalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik,
sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.[8]
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan
perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima Nur cahaya Tuhan.[9]
Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa kajian
akhlak berfungsi memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan
menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan
tersebut termasuk perbuatan baik atau yang buruk.
Selanjutnya karena kajian akhlak menentukan kriteria
perbuatan yang baik dan yang buruk,serta perbuatan apa saja yang termasuk
perbuatan yang baik dan yang buruk itu, maka seseorang yang mempelajari kajian ini akan memiliki
pengetahuan tentang kriteria perbuatan yang baik dan buruk itu,dan selanjutnya
ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk
melakukannya dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan
mengetahui yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkannya dan ia akan
terhindar dari bahaya yang menyesatkan.
Selain itu kajian akhlak juga akan berguna secara
efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat.
Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan
secara lahiriah melalui fikih. Sedangkan
rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak.
Jika tujuan Kajian Akhlak tersebut dapat tercapai,
maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya
melahirkan perbuatan yang terpuji. Dari
perbuatan yang terpuji ini akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai,
harmonis, rukun, sejahtera lahir dan bathin, yang memungkinkan ia dapat
beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di
akhirat.
Kajian Akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna
dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktifitas kehidupan manusia disegala
bidang. Seseorang yang memiliki kajian pengetahuan dan teknologi yang maju yang
disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya kajian pengetahuan dan teknologi
modern yang ia milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan
hidup manusia. Sebaliknya orang yang memiliki kajian pengetahuan dan teknologi
modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai
dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya
akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk
serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan
untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada
akhirnya akan terhindar dari berbagai
perbuatan yang dapat membahayakan dirinya.
Tujuan akhlak dalam ajaran Islam yaitu “agar setiap
orang berbudipekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabiat), berperangai atau
beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam . [10]
Barmawie Umary Barmawie Umary dalam bukunya Materia
Akhlak menyebutkan tujuan berakhlak adalah "supaya hubungan kita (umat
Islam) dengan Allah dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan
harmonis . Footnote.[11]
Sementara itu, Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa
"perbuatan akhlak itu mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga
diri dan tujuan jauh ialah ridha Allah melalui amal shaleh dan jaminan
kebahagiaan dunia dan akherat.
Lebih terperinci lagi Asy-Syaibani merumuskan tujuan
tertinggi akhlak dalam Islam yaitu : “Menciptakan kebahagiaan dua kampung
(dunia dan akherat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan
kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Agama
Islam atau akhlak Islam tidak terbatas tujuannya untuk akherat yang tergambar
dalam mendapatkan keridhaan, keampunan, pahala dan rahmat-Nya dan juga
mendapatkan kenikmatan akherat yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang
yang bertaqwa yang telah banyak ditunjukkan oleh banyak ayat Al-Quran dan
Hadits-hadist Nabi.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa
kajian Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia
dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang
baik ia berusaha melakukannya, dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha
untuk menghindarinya.
D.
Pentingnya Akhlak
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan
derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan
baiknya akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan
indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah.[12]
Akhlak adalah buah dari ibadah. “Paling
sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akidahnya.”
(H.R.Tirmidi). Alloh SWT berfirman:
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) ÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
Artinya: “Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
munkar dan sesungguhnya mengingat Alloh (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. Al’ankabuut[29]:45)
Akhlak
merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah
akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Alloh
SWT. Sabda Rosululloh SAW: “Sesungguhnya
termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.”
(H.R. Muttafaq ‘alaih).
Baginda menyambut
seseorang dengan sambutan yang baik yang tidak lepas dari senyuman di wajahnya,
berkata dengan baik, membalas kejahatan dengan kebaikan, mengelakkan
perkara-perkara yang tidak perlu.
Baginda mengajar
umatnya bahwa sebaik-baik orang adalah mereka yang paling bagus akhlaknya,
Baginda bersabda: “Sesungguhnya orang
yang paling baik di antara kamu adalah
yang paling baik akhlaknya.”
Bahkan Baginda
mengajarkan pengikutnya bahwa yang paling dekat tempatnya dengan Baginda nanti
pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya. Baginda bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling daku sukai di
antara kamu dan yang paling dekat tempatnya dengan daku nanti di hari kiamat
adalah yang paling bagus akhlaknya.”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhlak adalah Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran
terlebih dahulu.
Tasawuf adalah suatu kehidupan rohani yang merupakan
fitrah manusia dengan tujuan untuk mencapai hakikat yang tinggi, berada dekat
atau sedekat mungkin dengan Allah dengan jalan menyucikan jiwanya, dengan
melepaskan jiwanya dari noda-noda sifat dan perbuatan tercela.
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam
pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan
tasawwuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya.
Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawwuf, sehingga dalam prakteknya
tasawwuf mementingkan akhlak.
Sumber-sumber akhlak
1.
Al-qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber akhlak yang sangat
akurat, sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Ahzab 21 Artinya :“sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah
dan Kedatangan Hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.”
2.
Al-hadits
Bahwasannya aku dibangkitkan (diutus) adalah untuk
menyempurnakan keluhuran akhlak. (HR. Baihaqy). Orang mukmin yang paling
sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya (H.R.Tirmidzi).
Kajian
Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap
perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya, dan
terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya Tujuan akhlak menuju kepada kebahagian hidup individu dan
masyarakat, baik didunia maupun di akherat.
Akhlak ialah salah
satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak
yang baik adalah cerminan baiknya akidah dan syariah
yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman
seseorang terhadap akidah dan syariah. Akhlak adalah buah dari ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. tt. kitab Al-Akhlak. kairo: Darul Kutub
Al-Mishiriyah.
Hajjaj, Muhammad Fauqi.
2011. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta:
Amzah.
Hasan, M. Ali. 1979. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Mahjuddin. 2009. “Akhlak Tasawuf” . Jakarta:Kalam
Mulia.
Nasution, Harun. 1983. Filsafat
dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Rifai, Moh, dkk.
1997. Aqidah Akhlak. Semarang: CV Wicaksana.
Tiswarni. 2007. “Akhlak Tasawuf”. Jakarta: Bina Pratama.
Umary , Barmawie. 1993.
Materia Akhlak . cet. Ke-11,
hal. Solo: CV. Ramadhani.
Zahri, Mustafa. 1995. Kunci Memahami Kajian Tasawuf. Surabaya: Bina
Kajian.
[4]
Mustafa Zahri,Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hal.155
[5]
Ibid, hal. 156
[7]
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak, (Jakarta: Amzah,
2011), hal. 27-28
[11]
Barmawie Umary, Materia Akhlak ,
(Solo: CV. Ramadhani, 1993), cet. Ke-11, hal. 2
[12]
Moh Rifai, dkk, Aqidah Akhlak,
(Semarang: CV Wicaksana, 1997), hal. 79
Tidak ada komentar:
Posting Komentar