PANDANGAN ISLAM TERHADAP
REHABILITASI SOSIAL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA :
IDA RAHMI SIREGAR
NIM :
1430200062
DOSEN PEMBIMBING :
SYAHRAN, S.A.P, MM
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya bagi Allah atas segala
berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Pandangan Daakwah Terhadap Rehabilitasi Sosial”.
Dalam
penyusunan dan penulisannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan kepercayaan yang begitu
besar.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Padangsidimpuan, Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Rehabilitasi
Sosial............................................................................ 2
B. Rehabilitsi
Sosial dalam Pandangan Dakwah.................................. 2
C. Pola
Perubahan Sosial dari Dakwa.................................................. 6
BAB III PENUTUP.................................................................................... 9
A. Kesimpulan...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Profil Indonesia
yang cukup rawan bagi terjadinya bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, tanah
longsor dan semakin banyaknya bencana sosial berupa kerusuhan dan terorisme
yang mengakibatkan korban jiwa maupun disabilitas raga menjadi salah satu
trigger bagi tumbuh kembangnya peminatan kebutuhan jasa profesional psikologi
di bidang rehabilitasi terutama bagi survivor. Fenomena ini menunjukkan semakin
pentingnya keberadaan jasa layanan dari Psikolog rehabilitasi dalam penanganan
psikologis maupun fisik bagi penyandang disabilitas fisik, psikis, dan sosial
secara individual maupun komunitas.
Prinsip
rehabilitasi yang dilakukan ahli psikologi kesehatan maupun Psikolog dapat
mengacu pada rencana aksi WHO dibidang rehabilitasi untuk tahun 2006-2011 yaitu
semua penyandang disabilitas dapat hidup dalam kesamaan hak dan kesempatan.
Oleh karena itu orientasi kerja yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran
tentang konsekuensi dari disabilitas; memfasilitasi pengumpulan dan analisa data
terkait dengan disabilitas dan informasinya; mendukung, mempromosikan dan
memperkuat layanan kesehatan dan rehabilitasi pada individu dengan disabilitas
dan keluarganya; mendukung pengembangan dan penggunaan pemanfaatan teknologi
pada penyandang disabilitas; mendukung pengembangan , penerapan, dan pemantauan
kebijakan terkait dengan hak dan kesempatan penyandang disabilitas; serta
membangun kapasitas kesehatan dan rehabilitiasi para pembuat kebijakan dan
penyedia layanan .
Tidak terlepas
dari itu, dakwah juga memiliki peranan penting dalam membantu para penyandang
rehanilitasi social. Dahwah dalam hal ini sangat ditekankan oleh Rasulullah
dengan tujuan menimbulkan kembali semangat hidup penyandang rehabilitasi social
tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Rehabilitasi
Sosial
Rehabilitasi
mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu
(semula) atau perbaikan anggota tubuh yg
cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yg berguna dan
memiliki tempat di masyarakat.[1]
Jadi apabila
kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial bisa
diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalamai
permasalahan sosial kembali seperti semula. Rehabilitasi sosial merupakan upaya
yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan
masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga,
masyarakat, dan pekerjaan.
Seseorang dapat
berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan
sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Semisal terdapat
seseorang yang mengalami permasalahan sosial seperti gelandangan atau pengemis,
maka mereka akan dicoba untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal
seperti orang pada umumnya. Mereka diberi pelatihan atau keterampilan sehingga
mereka tidak kembali lagi menjadi gelandangan atau pengemis dan bisa mencari
nafkah dari keterampilan yang ia miliki tadi.
Dijaman sekarang
ini sudah banyak panti-panti rehabilitasi sosial yang banyak menampung berbagai
orang yang mengalami gangguan sosial seperti panti rehabilitasi anak jalanan,
gelandangan dan pengemis(gepeng), tuna wisma, tuna susila, panti rehabilitasi
narkoba dll.
B.
Rehabilitsi
Sosial dalam Pandangan Dakwah
a. Sasaran
Rehabiitasi
Sasaran
rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari aspek
jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup
luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada
petugas-petugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat,
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta serta organisasi sosial yang terkait.
Yang
menjadi sasaran dan obyek penyembuhan, pembinaan, rehabilitasi dan psikoterapi
adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan pada:
a) Membina
Jiwa/Mental
Yaitu
sesuatu yang menyangkut batin dan watak manusia, yang bukan bersifat
badan/tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang di perhatikan, melainkan juga
pembangunan psikis. Disini mental dihubungkan dengan akal, fikiran, dan
ingatan, maka akal haruslah dijaga dan dipelihara olah karena itu dibutuhkan
mental yang sehat agar tambah sehat. Sesungguhnya ketenangan hidup,
ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup tidak hanya tergantung pada faktor luar
saja, seperti ekonomi, jabatan, status sosial dimasyarakat, kekayaan dan
lain-lain, melainkan lebih bergantung pada sikap dan cara menghadapi
faktor-faktor tersebut. Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup
adalah kesehatan mental/jiwa, kesehatan mental dan kemampuan menyesuaikan diri.[2]
Dalam
dakwah islam, ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan
dan pemeliharaan kesehatan mental: Pertama, metode tahalli, takhalli, dan
tajalli; Kedua, metode syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat; dan ketiga,
metode iman, islam, dan ihsan. Di sini, kita lebih cenderung memilih pola yang
ketiga.
1) Metode
Imaniah[3]
Iman secara
harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang
yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam
menghadapi problem hidup.
2) Metode
Islamiah
Islam secara
etimologi memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm),
perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah). Realisasi
metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim (syakhshiyah al-muslim) yang
mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam
setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya
kesehatan mental. Kepribadian muslim menimbulkan lima karakter ideal.
3) Metode
Ihsaniah
Ihsan secara
bahasa berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang mengetahui akan
hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan
niatan baik pula. Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian
muhsin (syakhshiyah al-muhsin) yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. [4]
b) Membina
Spiritual
Yaitu
yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa religius, yang
berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan, seperti syirik, fasik dan
kufur, penyakit ini sulit disembuhkan karena berada dalam diri setiap individu,
oleh karena itu ada bimbingan serta petunjuk dari Allah, Rasul, dan
hamba-hambanya yang berhak, maka penyakit itu tidak akan pernah disembuhkan
dengan mudah, dan faktor penentu penyembuhan tetap ada pada diri dan tekad
seseorang untuk sembuh.[5]
Sebagaimana
disebutkan bahwa ranah spiritual esensinya bukanlah materi atau jasadiah akan
tetapi ia merupakan konsep metafisika yang pengkajiannya melalui pendalaman
kejiwaan yang seringkali disandarkan pada wilayah agama. Islam sebagai salah
satu agama yang diturunkan oleh Allah SWT juga tidak terlepas dari ajaran
spiritual yang melambangkan kesalahenan pribadi seorang muslim.
Dalam
hal ini, Allah SWT menjelaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10 sebagai berikut:
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
Artinya
: 7. Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10.
Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Menjaga dan membina jiwa hanya dapat dengan tunduk kepada
semua aturan Allah, beribadah kepada-Nya, selalu ingat dan bertaqarrub
kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dengan itulah jiwa terbina membentuk pribadi yang teguh memegang kebenaran dan
keadilan untuk mencapai kesempurnaan hidup, kebahagiaan di dunia dan akhirat
kelak, Insya Allah. Jiwa inilah yang akan mencapai ketenangan dan ketentraman
dan jiwa inilah yang akan mendapatkan penghormatan yang tinggi dan agung
mendapatkan panggilan yang penuh rindu dan kasih sayang-Nya.[6]
c) Membina
Fisik (Jasmani)
Tidak
semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi kecuali jika Allah
SWT menghendaki kesembuhan, terapi sering dilakukan secara kombinasi dengan
terapi medis, seperti lumpuh, jantung, dan lain-lain. Terapi ini dilakukan jika
seseorang tidak kunjung sembuh dari sakitnya disebabkan karena dosa-dosa yang
telah dilakukan, seperti kulit kehitam-hitaman bahkan lebih kotor lagi(borok
yang sangat menjijikkan) padahal mereka sudah mencoba berbagai macam upaya agar
bisa sembuh dari penyakit itu.[7]
C.
Pola
Perubahan Sosial dari Dakwah
Perubahan sosial
dapat terjadi dalam segala bidang yang wujudnya dapat dibagi menjadi beberapa
bentuk. Berikut ini Soekanto mengemukakan beberapa bentuk perubahan sosial,
yaitu:[8]
1.
Perubahan yang terjadi secara lambat dan
perubahan yang terjadi secara cepat. Apabila perubahan terjadi secara lambat,
maka akan mengalami rentetan perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam
jangka waktu yang cukup lama, perkembangan perubahan ini termasuk ke dalam
evolusi. Perubahan secara evolusi ini dapat diamati berdasarkan batas waktu
yang lalu sebagai patokan atau tahap awal sampai masa sekarang yang sedang
berjalan. Sedangkan penentuan kapan perubahan itu terjadi, tergantung pada kita
sendiri menentukan tahap awal atau patokan waktu tertentu. Perubahan sosial
yang terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, umumnya disebut revolusi. Seperti yang terjadi di Eropa yaitu
revolusi industri yang menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses
prosuksi barang-barang industri. Akibatnya mengubah sendi-sendi kehidupan.
Seperti juga isi Proklamsi 17 Agustus 1945 merupakan perubahan yang mendasar
mengenai pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2.
Perubahan yang pengaruhnya kecil dan
perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah
perubahan yang mempengaruhi unsur-unsur kehidupan masyarakat. Akan tetapi
perubahan ini dianggap tidak memiliki arti yang penting dalam struktur.
Seperti perubahan mode pakaian. Perubahan yang
pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat mempengaruhi
lembaga-lembaga masyarakat, misalnya perubahan jam kerja bagi pegawai negeri
sipil yaitu dari jam 08.00 sampai jam 16.00 dan hari Sabtu merupakan hari
libur. Perubahan membawa pengaruh terhadap pendidikan keluarga di rumah apalagi
bagi suami istri yang bekerja, maka pendidikan anak diserahkan pada orang lain.
3.
Perubahan yang dikehendaki dan perubahan
yang tidak dikehendaki. Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang
memang telah direncanakan sebelumnya terutama oleh pihak yang memiliki wewenang
untuk mengeluarkan kebijaksanaan. Misalnya penerapan program Keluarga Berencana
untuk membentuk keluarga kecil yang sejahtera. Selain itu, di samping
menurunkan angka pertumbuhan penduduk.
Perubahan yang tidak dikehendaki umumnya beriringan dengan perubahan yang
dikehendaki. Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka
sumber alam desa akan mudah dipasarkan ke kota, sehingga tingkat kesejahteraan
penduduk desa menjadi terangkat. Tetapi lancarnya hubungan desa dengan kota
menyebabkan mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan masuknya budaya
kota terutama yang bersifat negatif, seperti mode yang dipaksakan, minuman keras. VCD porno, dan keinginan penduduk desa
untuk memiliki barang-barang yang besifat konsumtif bertambah besar, dll.
Perubahan sosial
dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat atau perubahan menjadi
kemajuan/kemunduran masyarakat, tergantung keadaan masyarakat itu sendiri yang
mengalami perubahan. Berdasarkan hal itu, maka perubahan sosial terbagi atas
dua wujud sebagai berikut.
a. Perubahan
dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan, dan
b. Perubahan
dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang
menguntungkan bagi masyarakat.
Secara garis
besar, ada dua pola pengertian yang selama ini hidup dalam pemikiran dakwah,
Pertama, bahwa dakwah diberi pengertian tabligh/penyiaran/penerangan agama.
Kedua, bahwa dakwah diberi pengertian semua usaha untuk merealisir ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan agama.
Aktualisasi
sistem dakwah disertai dengan serangkaian
masalah yang kompleks. Pertama, ketika dakwah Islam diccanangkan dalam
masyarakat yang belum Islam oesan Islam oleh masyarakat setempat dipandang
asing/pendatang. Penerimaan terhadap pesan dakwah dibarengi dengan sikap kritis
berupa penilaian : apakah Islam “sejalan dengan apa yang elah dimiliki atau
bahkan bertentangan secara diametral. Disini dakwah dihadapkan dengan pilihhan
yang kadangkala dapat mengaburkan pesan itu sendiri. Sinkritisme baik dalam
bentuk lama maupun yang baru menyangkut kebijaksanaan da’i dalam mengatasi
pilihan ini.
Kedua, bahwa
pemilikan Islam sebagai hasil kegiatan dakwah berjalan secara lambat atau
secara cepat. Ketika Islam mulai dipeluk dan kenyataan sosial baru menampakkan
diri, penghayatan terhadap aaran Islam oleh para pemelukmua mulai mendapat
tantangan baruyaitu adanya keterbatasan untuk menangkap dan kemampuan
memberikan kerangka terhadap kenyataan baru berdasarkan ajaran Islam dapat
melahirkan sikap atau anggapan bahwa Islam tidak memiliki relevansi dengan
kenyataan. Disini dakwah Islam dihadapkan dengan kemampuan menterjemahkan
kembali ajaran Islam agar tetap memiliki kesinambungan dengan kenyataan baru.
Ketiga, ketika
perubaan sosio-kultural semakn kompleks menyebabkan masalah kemanusiaan semakin
meluas, dakwah Islam dihadapkan dengan keharusan memberikan jawaban yang elas
menyangkut kepentingan manusia dalam berbagai segi kehidupan. Penataan lembaga
dakwah dimulai kembali, perumusan pesan ditinjau kembali, penanganan masalah
secara kongkrit harus dikedepankan, secara keseluruhan sistem dakwah harus
ditinjau kembali baik efektivitas, efisiensi maupun jangkauan penanganan
masalah yang dihadapi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rehabilitasi
mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu
(semula) atau perbaikan anggota tubuh yg
cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yg berguna dan
memiliki tempat di masyarakat.
Dakwah sebagai
suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses
pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang
bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni
memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai
sosial, namun hal yang paling terpenting adalah bagaimana menjaga tingkat
kereligiusan sebagai modal utama dalam setiap aspek kehidupan.
Sasaran
rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari aspek
jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup
luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada
petugas-petugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat,
lembaga-lembaga pemerintah dan swasta serta organisasi sosial yang terkait.
DAFTAR
PUSTAKA
Bastaman, H. D. 1995. Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islami. Daradjat,
Zakiah. 1982. Islam Dan Kesehatan Mental.
Jakarta: PT Gunung Agung.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Hamdan Bakran Adz-Dzaky,
2001. Konseling Dan Psikoterapi Islam,
Fajar Pustaka, Yogyakarta.
Ruslan,H.M, 2008. Menyingkap Rahasia Spiritualitas
Ibnu ‘Arabi . Cet.I; Makassar:Al-Zikra.
[1]
Departemen KBBI, 1998:92).
[2]
Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan
Psikoterapi Islam, (Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2001), hal. 87
[3]
Bastaman, H. D. Integrasi psikologi
dengan Islam, menuju psikologi Islami. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995),
hal. 76
[4]
Zakiah Daradjat. Islam Dan Kesehatan
Mental. (Jakarta: PT Gunung Agung. 1982), hal. 102
[5]
Hamdan Bakran Adz-Dzaky, op. Cit.,
hal. 76
[6]
Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I;
Makassar:Al-Zikra,2008), hal.16
[7]
H. D Bastaman, Op. Cit, hal. 65
[8]
H. D Bastaman, Op. Cit, hal. 69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar