SISTEM KETATANEGARAAN ISLAM
DI ASIA SELATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.
NUR CAHAYA
SIMAMORA 1410300054
2.
HALIMAH
TUSSAKDIYAH 14103000
DOSEN PENGAMPU
AGUSTINA DAMANIK, S.Sos, M.Ag
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmad
dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis beserta bisa menyusun makalah
ini dengan judul ” Sistem
Ketatanegaraan Islam di Asia Selatan”.
Sholawat dan salam kita hadiahkan ke arwah
Nabi besar Muhammad SAW, seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi
semua umat, yang telah membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan
bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang perpajakan yang ada
di Indonesia. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur
(daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa fakultas Syariah dan Ilmu Hukum.
Namun
demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini penulis
mempersembahkan makalah dengan judul ” Sistem Ketatanegaraan Islam di Asia
Selatan” kehadapan para pembaca
Padangsidimpuan, Nopember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. India................................................................................................ 2
B. Pakistan........................................................................................... 5
C. Maladewa........................................................................................ 8
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Asia Selatan merupakan sebuah wilayah yang di tempati
oleh negara yang sering mengalami konflik yang berkepanjangan baik konflik
dalam bidang politik sampai kepada konflik akibat campur tangan negara lain,
Perkembangan sosial, politik, dan ekonomi di Asia Selatan telah secara serius
sering diganggu konflik intra-negara. Wilayah ini satu dari yang paling berbeda
secara etnis, kultural, dan linguistik, maupun yang paling banyak penduduknya,
di dunia. Namun, wilayah itu juga merupakan tuan rumah bagi permusuhan etnis
yang rusak secara mendalam, kekerasan komunal, dan banyak peperangan, baik
inter dan intra-negara. Beberapa konflik tersebut, seperti di Kashmir dan Sri
Lanka, didokumentasikan dengan baik, sementara banyak yang lain menerima
perhatian yang minimal.
Problematika yang terjadi di kawasan tersebut merupakan
problem keamanan dan konflik penting, dan pada pendekatan dan metodologi yang
diadopsi studi ini. Bagian 2 melaporkan status sekarang tentang konflik
internal di wilayah tersebut, dan berusaha mengidentifikasi pola yang luas dan
tema yang mungkin memberikan wawasan ke dalam kemungkinan untuk manajemen
konflik. Bagian tersebut juga mendiskusikan pengaruh konflik internal kepada
komunitas yang secara langsung dipengaruhi dan masyarakat yang lebih luas.
Bagian 3 menggariskan sebuah kerangka-kerja konseptual untuk analisis tentang
konflik. Kerangka-kerja tersebut berdasarkan pada pemahaman tentang konflik
sebagai sebuah kegagalan institusi yang ada dan sebuah identifikasi yang jelas
tentang pihak-pihak utama yang menantang. Bagian 4 mendiskusikan bagaimana
kerangka-kerja konseptual diuraikan pada bagian 3 itu mungkin digunakan untuk
tujuan manajemen konflik. Bagian tersebut menawarkan mekanisme Komisi
Perdamaian sebagai sebuah instrumen manajemen konflik di Asia Selatan, lalu
mendiskusikan wacana dalam rancangan mereka dan mengusulkan bagaimana Komisi
demikian dapat didirikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
India
a. Bendera
Bendera India
diadopsi oleh Majelis Konstitusi India pada tanggal 22 Juli 1947, 24 hari
sebelum hari kemerdekaan India dari Britania Raya. Di India, istilah
"triwarna" (Tirangā – तिरंगा)
hampir selalu menunjuk pada bendera India. Bendera ini merupakan bendera
triwarna horisontal: saffron, putih, dan hijau dengan sebuah Ashoka Chakra
bewarna biru di tengah-tengah garis putih.[1]
b. Bahasa
Bahasa resmi
yang digunakan di India adalah Bahasa Hindi dan Inggris.Bahasa utama India
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Bahasa di India utara, barat, dan
timur berasal dari bahasa Sansekerta kuno, bahasa Indo-Eropa dan bahasa suci
agama Hindu. Bahasa-bahasa itu meliputi Hindi, Assamese, Bengali, Gujarati,
Kashmir, Marathi, Oriya, Punjabi, Sindhi, Urdu, dan Hindustan. Bahasa selatan
-Kannada, Malayalam, Tamil, dan Telugu- adalah anggota keluarga bahasa Dravida.
Tapi bahasa-bahasa itu telah dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta. Bahasa Kashmir
dan Urdu juga mengandung banyak kosakata dari bahasa Arab dan Persia.[2]
Bahasa Hindi,
bahasa nasional, dituturkan oleh sekitar 40 persen dari populasi. Orang India
yang paling terdidik berbahasa Inggris, sebagaimana bahasa Hindi dan bahasa
daerah mereka. Anak-anak India diajarkan bahasa daerah mereka dan bahasa Hindi
di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama. Kemudian mereka juga dapat
belajar bahasa Inggris, Sansekerta, atau Persia.
c. Islam
Di India
Posisi
muslim yang bertahan sebagai warga India sangatlah berbeda. Di bawah
kepemimpinan Abul Kalam Azad dan Jami’at al-Ulama’-i Hindi, Muslim India
menerima sebuah nasionalitas ganda: identitas sebagai warga Muslim dan
sekaligus sebagai warga India. Meskipun demikian, problem mengenai kedudukan
mereka di India sangat menonjol. Selain bekerja sama dengan partai kongres dan
promosi muslim India ke dalam beberapa posisi nasional yang penting, muslim
India juga memandang diri mereka sebagai pihak minoritas yang selalu dimusuhi.
Posisi muslim India menjadi defensif, oleh sebab itu mereka mencari
perlindungan kepentingan kultural dan politik mereka, termasuk perlindungan
atas hukum keluarga muslim, penggunaan bahasa Urdu, pekerjaan khusus dan
beberapa kesempatan ekonomi lainnya, dan perwakilan yang proporsional di
lembaga legislatif, dan birokrasi pemerintahan.[3]
Dalam
posisi mereka dimusuhi, secara keagamaan dan sosial pihak muslim India
mempertahankan sikap konservatif mereka. Pembentukan muslim di India dapatlah
dipahami dari sisi kompleksitas warisal negara Mughal yang legitimasinya
dibangun berdasarkan term Islam, kosmopolitan, dan term bangsa India, dan
kompleksitas warisan keagamaan muslim yang sangat berpengaruh baik ketika masa
kemerdekaan maupun ketika masa perpecahan. Struktur masyarakat Mughal yang
pluralistik memungkinkan berkembangnya sebagai alternatif identitas muslim yang
diwujudkan dalam term kesukuan, kasta, pekerjaan atau term etnis.[4]
Peradaban
islam di India tidak bisa dipisahkan dari keberadaan dinasti mughal. Kerajaan
mughal didirikan oleh zahiruddin babur (1526-1530 M). penguasa mughal setelah
babur adalah nasyiruddin humayan (1530-1540 dan 1555-15 M). putranya sendiri. Sepanjang
pemerintaqhan kondisi Negara tidak tidak stabil, banyak terjadi perlawanan dari
musuh-musuhnya. Dalam pertempuran ini humayan kalah dan melarikan diri ke
qandahar dan Persia. Atas bantuan raja Persia humayan dapat kembali merebut
mughal.
Kekuasaaan
humayan dilanjutkan oleh anaknya, Akbar Khan. Gelarnya Sultan Abdul Fath
Jalaluddin Akbar Khan. Sewaktu naik tahta berumur 15 tahun memerintah India
selama 50 tahun (1556-1605 M). Karena Usia masih muda, pemerintahan diserahkan
kepada Bairam Khan. Masa pemerintahan Akbar penuh dengan ekspansi, sehingga
wilayh dinastiMughal semakin luas.daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan
adalah Chundar, Ghand, Khasmir, Chitar, Bihar, Gujarat, Orissa, Deccan, Gawilganj,
Ahmad Nagar dan Ashgar.[5]
Periode ini merupakan puncak kejayaan kerajaan Mughal. Hal ini didukung oleh
stabilitas dan kemajuan pemerintahan. Sistem pemerintahan Akbar adalah
militeristik. Sedang bidang agama akbar menciptakan din-illahi, tujuannya untuk
kepentingan stabilitas politik. Penguasa mughal ke-3 adalah jahangir, kurang
lebih 23 tahun. Pemerintahan ini diwarnai pemberontakan dari istana oleh kurram
akan tetapi didamaikan, kurram menggantikan jahangir menjadi penguasa dan dia
memerintah selam 30 tahun banyak terjadi pemberontakan yang kerajaan mughal
tidak berdaya dan lenyap dari India.
Kemajuan
yang dicapai mughal pada islam di India diantaranya :
1. Bidang
politik dan militer. Bidang politik adalah toleransi universal. Bidang militer
adalah adanya pasukan gajah, berkuda dan meriam
2. Bidang
ekonomi adalah memajukan pertanian dan industri tenun.
3. Bidang
seni adalah banyak bangunan yang bercorak warna-warni.
4. Bidang
ilmu pengetahuan adalah pusat kegiatan kebudayaan dan hukum islam.
d. Sistim
Pemerintahan
Sistem
pemerintahannya merupakan sistem pemerintahan parlementer, dengan Presiden
sebagai Kepala Negara/simbol negara dan Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan. Perdana Menteri diangkat oleh parlemen sedangkan Presiden
diangkat melalui Pemilu.
Pembentukan
sistem politik dan pemerintahan India tentunya memperoleh inspirasi dari
Amerika Serikat yang menganut politik liberal dan praktek-praktek konstitusi
Inggris yang dulunya sebagai penjajah India. Konstitusi India menetapkan India
sebagai Uni Negara Bagian dan beberapa wilayah administrasi federal. India
merupakan negara dengan sistem pemerintahan republik parlementer dan menganut
demokrasi parlementer dua kamar dengan sistem politik multipartai. Konstitusi
India adalah Constitution of India yang merupakan konstitusi terpanjang di
dunia dan memuat 395 pasal dan 8 lampiran.
B.
Pakistan
a. Bendera
Bendera Pakistan
dirancang oleh Ameer-ud-Din Khidwai dan diresmikan saat Pakistan merdeka pada
14 Agustus 1947. Bagian hijau melambangkan rakyat yang beragama Islam dan putih
melambangkan kaum minoritas bukan Islam. Bulan sabit melambangkan kemajuan dan
bintang melambangkan cahaya dan ilmu.[6]
Sebutan rakyat
setempat untuk bendera ini adalah subz hilali parcham (Urdu) untuk
"bendera hijau dan bulan sabit".
b. Bahasa
Perdana Menteri
(PM) Pakistan, Nawaz Sharif, akan menghadapi kecaman serius menyusul
kebijakannya yang mengganti bahasa resmi Pakistan dari Bahasa Inggris menjadi
Bahasa Urdu. Wacana pergantian bahasa resmi Pakistan sudah berlangsung dalam 15
tahun terakhir. Barisan garis keras nasional Pakistan memuji langkah berani
Sharif ini. Mereka menyatakan Bahasa Urdu merupakan bahasa asli Pakistan dan
wajib dilestarikan.
"Pakistan
merdeka 68 tahun silam dan kami masih belum memiliki bahasa resmi sebagai
identitas nasional. Namun pada akhirnya perdana menteri membuat keputusan yang
sangat bijak," jelas Haleem Asghar seorang guru Bahasa Urdu di Islamabad.
Ia menambahkan Pakistan sudah tidak bisa lagi memakai warisan kolonial.
c. Islam
di Pakistan
Pakistan
merupakan sebuah negara yang berada di anak Benua India di sebelah selatan
benua Asia. Dalam perjalanan sejarahnya, negeri ini pernah mengalami sejumlah
kudeta militer dan juga kekacauan politik. Sejak kemerdekaannya telah berkuasa
sejumlah pemimpin, diantaranya adalah Muhammad Ali Jinah, Khwajah Nizhamuddin,
Ghulam Muhammad, Jenderal Yahya Khan, dan Fadlullah Chuodry. Pada masa
Fadlullah, Dzulfikar Ali Bhutto diangkat sebagai Perdana Menteri.[7]
Pakistan
terbentuk berdasarkan keyakinan kuat bahwasanya ummat muslim di India
membutuhkan sebuah negara sendiri untuk mengamankan kelangsungan politik mereka
dan kesempatan mengembangkan sebuah pola kehidupan muslim, tetapi semenjak
pendirian negara tersebut, seruan terhadap Islam sendiri belum mampu mengatasi
permasalahan mengenai bentuk konstitusi Islam yang harus dikembangkan.[8]
Pakistan terdiri dari wilayah Sind, Baluchistan, propinsi perbatasan Barat
Laut, dan sebagian wilayah Punjab dan Bengal terdiri dari masyarakat yang belum
pernah membentuk sebuah bangsa dan mereka memiliki keragaman etnik dan bahasa,
sebuah bangsa yang terdiri dari 80 juta penduduk yang tinggal di dua wilayah
besar yang terpisah sekitar seribu mile oleh India.
Problem
utama yang dihadapi Pakistan adalah menciptakan sebuah identitas nasional yang
serasi dengan realitas perbatsan wilayah politik yang baru dan menciptakan
sebuah rezim yang mantap dan diakui oleh penduduknya yang memiliki perbedaan
etnis, ideologis, linguistik bahkan perbedaan agama yang sangat tajam.[9]
Banyak
terjadi kekacauan di Pakistan selama muh ali jinnah menjadi presiden kurangnya
tenaga alhi administrasi pemerintahan dan belum ada organisasi pemerintahan
yang terbina. Setelah melalui perdebatan selama 9 tahun, badan konstituante
menyusun konstitusi 1956 hasil kompromi antara kaum modernis dan tradisionalis.
Krisis
terbesar yang diderita Pakistan sejak kemerdekaannya, diantaranya adalah
pertikaian dan peperangan melawan India dalam memperebutkan wilayah Kashmir.
Dalam sejarahnya, telah terjadi 3 kali perang antara dua negeri ini, yakni pada
tahun 1949 M, 1965 M, dan 1997 M. Dua negeri ini mempunyai senjata nuklir.
Sehingga pertikaian di antara mereka mengancam dunia seluruhnya. Pada tahun
1420 H/1999 M berkobar peperangan sengit diantara kedua kelompok ini di Kashmir
yang mengakibatkan ratusan orang terbunuh disana.
d. Sistem
Pemerintahan
Pakistan
merupakan negara federal dengan sistem parlemen yang terdiri dari 4 provinsi
dan 4 daerah federal. Dengan penduduk lebih dari 170 juta orang, Pakistan
menjadi salah satu negara terpadat di dunia dan memiliki penduduk Muslim
terbanyak di dunia setelah Indonesia.[10]
Pakistan juga merupakan negara yang memiliki multi-etnis dan memiliki variasi
dari segi geografis. Pada masa setelah kemerdekaan, Pakistan mengalami
ketidakstabilan dalam pemerintah dan konflik yang terus terjadi dengan negara
tetangga terdekatnya, India. Negara ini memiliki berbagai tantangan dan
masalah, seperti kemiskinan, buta aksara, korupsi serta serangan teroris.
C.
Maladewa
a. Bahasa Maladewa
Bendera Maladewa
diadopsi pada tanggal 25 Juli 1965. Bendera ini berlatar belakang merah dengan
sebuah bendera yang lebih kecil bewarna hijau di tengah-tengah dan sebuah bulan
sabit putih di tengah-tengahnya.[11]
b. Bahasa
Resmi
Masyarakat
Maladewa memiliki sebutan Maldivian. Dari pendataan penduduk di Maladewa,
diperkirakan jumlahnya telah melebihi 338.442 jiwa. Dalam kesehariannya
penduduk menggunakan bahasa tradisional yang disebut Dhivehi. Kata Dhivehi
terdiri dari dua kata yakni Dhiv dan vehi yang mempunyai arti bahasa kepulauan.
Menurut sejarahnya, bahasa tradisional ini merupakan warisan dari masyarakat
keturunan Indo-Arya yang berasal dari daratan India. Seorang ahli bahasa
berkebangsaan Jerman bernama Wilhelm Geiger mengatakan pada awal abad ke 20
perkembangan bahasa tradisional Maldives ini terkena pengaruh dari negara lain
yakni Arab, Perancis, Persia, Portugis, dan Urdu. Maldivian menulis dengan
huruf Divehi Hakuru, tetapi semenjak abad ke 16 mengalami perpaduan huruf Arab
yang disebut Thaanaa.
c. Islam
di Maladewa
Dalam
sejarahnya, Islam masuk ke sana lewat jalur perdagangan dan dakwah, juga
melalui kontak pribadi dengan orang-orang Arab. Pada masa dahulu Maladewa
mengikuti kepulauan Srilangka. Seorang dai Islam bernama Syaikh Hafizh bin
Barakat yang berasal dari Maroko berhasil mengajak raja negeri ini Ahmad
Sanurazih masuk Islam pada tahun 548 H/1153 M. Kemudian diikuti oleh sebagian
besar penduduknya.[12]
Pada
tahun 744 H/ 1343 M seorang pengelana terkenal, Ibnu Batutah pernah menjadi
hakim di negeri ini. portugis menguasai negeri ini pada tahun 931 H/1553 M.
Kemudian wilayah ini tunduk kepada
orang-orang Malabar. Lalu dijajah oleh Inggris pada tahun 1305 H/1887 M, dan
menggabungkannya ke dalam Srilangka. Maladewa memisahkan diri pada tahun 1385
H/1965 M. Ibrahim Muhammad kemudian menjadi perdana menterinya. Setelah itu,
kedudukannya digantikan oleh Ma’mun Abdul Qayyum pada tahun 1398 H/1978 M yang
terpilh sampai lima kali (1978-1983-1988-1993-1998 M). Kekuasaanya yang baru
akan terus berjalan hingga tahun 2003 M/1423 H. Maladewa memperoleh kemerdekaan
dari inggris pada tahun 1965.
Penduduk
srilanka adalah buruh imigran yang dibawa oleh inggris dari India selatan.
Kebanyakan keturuan pedagang arab dan islamisasi dilakukan dengan menikahi
wanita pribumi komunitas muslim yang lain berasal dari Malaya.
d. Sistem
pemerintahan
Republik
Maladewa adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol (suatu
pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna) di Samudra Hindia. Maladewa
terletak di sebelah selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya
Sri Lanka. Negara ini memiliki 26 atol yang terbagi menjadi 20 atol
administratif dan 1 kota. Negara ini merupakan negara dengan populasi dan luas
wilayah terkecil di kawasan Asia.
Tinggi rata-rata permukaan tanah di Maladewa
adalah 1.5 meter di atas permukaan laut, hal ini menjadikannya negara dengan
permukaan terendah di seluruh dunia. Puncak tertinggi Maladewa hanya 2.3 meter
di atas permukaan laut sehingga negara ini juga dikenal sebagai negara yang
memiliki puncak tertinggi paling rendah di dunia. Keadaan ekonomi Maladewa
bergantung pada dua sektor utama, yaitu pariwisata dan perikanan. Negara ini
sangat dikenal memiliki banyak pantai yang indah dan pemandangan bawah laut
yang menarik ± 700.000 turis setiap tahunnya. Penangkapan dan pengolahan ikan
menjadikan Maladewa salah satu ekportir ikan ke beberapa negara Asia dan Eropa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam
diperkenalkan di Asia Selatan dalam bentuk sebuah peradaban yang telah
berkembang yang diwarnai dengan budaya pertanian, urbanisasi, dan keagamaan
yang terorganisir secara mapan. Negara-negara yang termasuk Asia Selatan
biasanya secara budaya terpengaruh dengan budaya India dan sering pula daerah
ini disebut anak benua India atau Hindia.Sementara itu peradaban di India
diwarnai dengan sistem kasta,Hinduisme Brahmanik dan keyakinan Budha, dan
diwarnai dengan dominasi elite Rajput dan elite politik Hindu lainnya. Pasa
masa silam di India terdapat beberapa Imperium besar, tetapi menjelang invasi
Muslim India terpecah-pecah menjadi sejumlah pemerintahan lokal. Penaklukkan
Muslim melahirkan sebuah elite baru dan sebuah tingkat integrasi politik, dan
menandai awal proses berkembangnya sebuah peradaban Muslim yang khas. Kultur
negara dan elite politik menjadi model percampuran antara konsep-konsep universal
Muslim dan simbol-simbol kenegaraan, pencapaian artistik kosmopolitan seperti
seni arsitektur dan seni lukisan, dan beberapa motif regional.
Orientasi
komunal keagamaan Muslim mencakup seluruh varietas utama Islam, scholatisisme
ulama‟, sintesa Sufi-Syari‟ah, pemujaan tempat keramat, dan Islam reformis.
Masyarakat India juga dikenal dengan masyarakat keagamaan yang pluralistik
menghilangkan model birokrasi dan kontrol kenegaraan. Kualitas kultur yang khas
dalam peradaban Islam-India, dan kecenderungan otonomi dan pluralitas
keagamaanmenjadikannya sebuah varian yang khas dari pola Islam Universal.
Jadi dapat
dikatakan kultur Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah India itu sendiri,
karena Islam India nyatanya telah beritegrasi menjadi sebuah peradaban yang
akan tetap tertulis dalamsejarah yang tidak akan hilang sampai kapanpun.
DAFTAR
PUSTAKA
Murodi. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam.
Semarang: PT. Karya Toha Putra
Lapidus, Ira.M. 1985. Sejarah Sosial Ummat Islam.
Rajawali Pers
T. S. G, Mulya. 1952. India Sedjarah Politik dan
Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Donohue,John J. 1995. Islam dan Pembaharuan:
Ensiklopedi Masalah-Masalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Abid husein. Syed.1982.Gandhi sebuah otobiografi.
Jakarta: Sinar harapan.
Nicholson. Michael.1994. Mahatma Gandhi.
Jakarta: PT. Gramedia.
irsing, Robert G., 1994. India, Pakistan, and Kashmir Disputes on Regional Conflict and Its
Solution. England, Mac Millan,
[1]
Syed husein Abid. Gandhi sebuah
otobiografi. (Jakarta: Sinar harapan. 1982), hal. 87
[2]
Michael Nicholson. Mahatma Gandhi. (Jakarta: PT. Gramedia, 1994), hal.
35
[3]
Ira.M.Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, (Rajawali Pers, 1985), bagian
ketiga, hlm. 306.
[4]
Ibid., hal.307.
[5]
M. Mujib, The Indian Muslim, (London:George Press, 1967), hlm. 254
[6]
Robert Girsing. India, Pakistan, and
Kashmir Disputes on Regional Conflict and Its
Solution. (England, Mac Millan, 1994), hal. 102
[7]
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2009),
cet.1, hal.240.
[8]
Ira.M.Lapidus, Op. Cit. hal 305.
[9]
Ira. M. Lapidus, Op.cit.,hlm.300
[10]
"Muslim
Population—Statistics About the Muslim Population of the World".
About.com. Diakses tanggal 27 July 2009
[11]
https://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Maladewa,
di Upload Tanggal 02 Desember 216, Pukul. 08. 30 Wb
[12]
Murodi, Op.cit.,hlm. 243.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar