METODE PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MATERI TAREH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : MAWARDI DALIMUNTHE
NIM :
1420100049
DOSEN PENGAMPU
Drs. SAMSUDDIN, M.Ag
NIP. 19640203
199403 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari
diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa IAIN Padangsidimpuan. Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
Padangsidimpuan, Desember 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................ 1
A.
Latar Belakang .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
A.
Pengertian
Tarekh.............................................................................. 2
B.
Sumber-sumber
Pengajaran Sirah atau Tarikhul Islam....................... 3
C.
Langkah-langkah
atau Metode-metode Mengajar Sejarah................ 5
D.
Contoh Persiapan Mengajar Sejarah.................................................. 7
BAB III PENUTUP...................................................................................... 10
A.
Kesimpulan........................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan islam merupakan warisan dan perkembangan
budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran islam dalam rangka
terbentuknya kepribadian utama menurut islam. Munculnya ilmu pendidikan telah
memotivasi umat islam untuk menelusuri perjalanan sejarah pendidikan islam.
Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan besar gunanya dalam
mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya menempatkan fakta-fakta
tersebut dalam konteks sejarahnya dengan demikian pembahasan sejarah pendidikan
tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan urutan-urutan
peristiwa.
Lebih dari itu sejarah pendidikan islam menuntut
pengungkapan realitas sosial muslim untuk menjawab suatu peristiwa yang
terjadi.Dengan demikian sejarah pendidikan islam bukanlah ilmu berdiri sendiri
namun merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan
merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan
dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah
pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tarekh
Secara etimologi, tarikh adalah mengetahui waktu atau
masa, sedangkan menurut peninjauan terminology adalah mengetahui waktu guna
meneliti terjadinya peristiwa penting. Adapun definisi Ilmu Tarikh adalah
mengetahui jejak-jejak peradaban suatu bangsa, kondisi suatu Negara, kebudayaan,
peninggalan-peningalan masa lampau, dan lain sebagainya.[1]
Ruang pembahasan ilmu sejarah adalah hal-hal yang terkait
dengan pelaku sejarah (manusia) dan zaman berlangsungnya sejarah. Seorang
sosiolog sekaligus sejarawan terkemuka, Ibnu Khaldun berkata, "Sejarah
merupakan bagian dari seni yang dikaji banyak ras dan suku bangsa, sebagai ilmu
pengetahuan bagi para raja dan pemimpin, serta menjadi pedoman bagi para
musafir dan imigran." Bagian luar sejarah memberikan informasi tentang
peradaban manusia sejak abad pertama
hingga abad-abad selanjutnya, sedangkan bagian dalamnya mengandung berbagai
macam pemikiran serta analisa yang mendalam.
Ilmu Tarikh merupakan ilmu yang mulia. Dengan
mempelajarinya banyak faedah yang dapat diperoleh. Di antaranya adalah agar
dapat memetik pelajaran dan nasehat dari kehidupan umat-umat terdahulu, sebagai
cermin dalam menentukan posisi di kehidupan sekarang, sebagai acuan atau
landasan dalam memberikan kebijaksanaan, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui
sejarah masa lampau seseorang dapat menentukan sikap pada masa yang akan
datang.
Yang menjadi sasaran Ilmu Tarikh adalah kepribadian
manusia, sifat-sifatnya, sikap, dan karakternya. Seseorang bisa dikatakan telah
mengenal dirinya bila mengetahui sesuatu yang bisa dilakukannya. Dia juga akan
dianggap mengetahui yang bisa dilakukan bila mengetahui kemampuannya. Kemampuan
itu merupakan potensi yang bisa diwujudkan menjadi kenyataan. Dengan demikian
pengetahuan terhadap sejarah memberikan dampak positif yang sangat besar bagi
perkembangan diri manusia ke depan.
B. Sumber-sumber
Pengajaran Sirah atau Tarikhul Islam
Secara umum dapat disebutkan di sini bahwa sumber dan
rujukan Sirah Nabawiyah ada tiga: Kitabullah (Al-Qur’an), Sunnah Nabawiyah yang
shahih, dan kitab-kitab sirah.
a.
Al
Quran[2]
Kitab Allah merupakan rujukan pertama untuk memahami
sifat-sifat umum Rasulullah saw. dan mengenal tahapan-tahapan umum sirah-nya
yang mulia ini. Ia mengemukakan Sirah Nabawiyah dengan menggunakan salah satu
dari uslub (metode) berikut. Pertama, mengemukakan sebagian kejadian dari
kehidupan dan sirah-nya, seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang Perang
Badar, Uhud, Khandaq, dan Hunain, serta ayat-ayat yang mengisahkan perkawinan
dengan Zainab binti Jahsyi. Kedua, mengomentari kasus-kasus dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menjawab masalah-masalah yang timbul,
mengungkapkan masalah yang belum jelas, atau untuk menarik perhatian kaum
Muslimin kepada pelajaran dan nasihat yang terkandung di dalamnya. Semua itu
berkaitan dengan salah satu aspek dari sirah-nya atau permasalahannya. Dengan
demikian, hal itu telah menjelaskan banyak hal dari berbagai periode
kehidupannya dan beragam urusan serta aktivitasnya.
Akan tetapi, pembicaraan Al-Qur’an semua itu hanya
disampaikan secara terputus-putus. Betapapun beragamnya uslub Al-Qur’an dalam
menjelaskan segi sirah-nya, hal itu tidak lebih dari sekedar penjelasan secara
umum dan penyajian secara global dan sekilas tentang beberapa peristiwa dan
berita. Demikianlah cara Al-Qur’an dalam menyajikan setiap kisah para Nabi dan
umat-umat terdahulu.
b.
As
Sunnah Ash Shahihah[3]
Yakni apa yang terkandung di dalam kitab-kitab para imam
hadits yang terkenal jujur dan amanah, seperti kitab-kitab yang enam,
Muwaththa’ Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad. Sumber kedua ini lebih luas dan
lebih rinci, hanya saja belum tersusun secara urut dan sistematis dalam
memberikan gambaran kehidupan Rasulullah saw. sejak lahir hingga wafat. Hal ini
disebabkan oleh dua hal. Pertama, sebagian besar kitab-kitab ini disusun
haditsnya berdasarkan bab-bab fiqih atau sesuai dengan satuan pembahasan yang
terkait dengan syariat Islam. Karena itu, hadits-hadits yang berkaitan dengan
sirah-nya yang menjelaskan bagian dari kehidupannya terdapat pada berbagai
tempat di antara semua bab yang ada. Kedua, para imam hadits, khususnya penghimpun
Al-Kutub As-Sittah, ketika menghimpun hadits-hadits Rasulullah saw. tidak
mencatat riwayat sirah-nya secara terpisah, tetapi hanya mencatat dali-dalil
syariah secara umum yang diperlukan.
Di antara keistimewaan sumber kedua ini ialah bahwa
sebagaian besar isinya diriwayatkan dengan sanad shahih yang bersambung kepada
Rasulullah saw atau kepada para sahabat, yang kemudian diteruskan
periwayatannya oleh para ulama hadits.
c.
Kitab-kitab
Sirah[4]
Kajian-kajian sirah di masa lalu diambil dari
riwayat-riwayat pada masa sahabat yang disampaikan secara turun-temurun tanpa
ada yang memperhatikan untuk menyusun atau menghimpunnya dalam suatu kitab,
kendatipun sudah ada beberapa orang yang memperhatikan secara khusus sirah Nabi
saw dengan rincian-rinciannya. Barulah pada generasi tabi’in, sirah Rasulullah
saw diterima dengan perhatian penuh perhatian. Banyak di antara mereka yang
mulai menyusun data tentang Sirah Nabawiyah yang didapatkan dari
lembaran-lembaran kertas. Di antara mereka ialah Urwah bin Zubair yang meninggal
pada tahun 92 Hijriah, Aban bin Utsman (105 H), Syurahbil bin Sa’ad (123 H),
Wahab bin Munabih (110 H), dan Ibnu Syihab Az-Zuhri (124 H). Setelah itu,
muncul generasi penyusun sirah berikutnya. Tokoh generasi ini ialah Muhammad
bin Ishaq (152 H). Selanjutnya disusul oleh generasi sesudahnya dengan tokoh
Al-Waqidi (203 H) dan Muhammad bin Sa’ad, penyusun kitab Ath-Thaqat Al-Kubra
(130 H). Ada pula kitab Sirah Nabawiyah yang dinisbatkan kepada Ibnu Hisyam,
yang ada sekarang ini hanya merupakan duplikat dari Al-Maghazi-nya Ibnu Ishaq.
Ibnu Khalikan berkata, “Ibnu Hisyam adalah orang yang
menghimpun sirah Rasulullah saw. dari Al-Maghazi dan As-Siar karangan Ibnu
Ishaq. Ia telah menyempurnakan dan meringkasnya. Kitab inilah yang ada sekarang
dan terkenal dengan Sirah Ibnu Hisyam.
Selanjutnya, lahirlah kitab-kitab Sirah Nabawiyah.
Sebagiannya menyajikan secara menyeluruh, tetapi ada pula yang memperhatikan
segi-segi tertentu, seprti Al-Asfahani di dalam kitabnya Dala’il An-Nubuwah,
Tirmidzi di dalam kitabnya Asy-Syama’il, dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah di dalam
kitabnya Zaadul Ma’ad.
C. Langkah-langkah
atau Metode-metode Mengajar Sejarah
Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dalam sudut pandangan
suatu fakta atau kejadian tentang peradaban bangsa, maka obyek sejarah
pendidikan mencangkup fakta fakta yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam baik informal, formal maupun non formal. Sedangkan
Mengenai metode sejarah pendidikan islam, walaupun terdapat hal-hal yang
sifatnya khusus, akan tetapi berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan
sejarah. Kebiasaan daripada penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu
perpaduan khusus keterampilan intelektual.
Sejarawan harus menguasai alat-alat analisis untuk
menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan
dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai
seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik
dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.[5]
Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu
pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode
deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.
· Metode deskriptif
· Metode komparatif
· Metode analisis sintesis.[6]
Selain metode diatasa ada juga beberapa metode yang dapat
dipakai diantaranya:
·
Metode
Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan
interview.
·
Metode
Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
·
Metode
Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan
mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
Seorang
guru dalam mengajar sejarh dapat mengikuti prosedur berikut:[7]
a.
Appersepsi
Guru dapat memberikan appersepsi
yang menarik perhatian anak untuk mendengar cerita. Misalnya guru menggunakan
metode tanya jawab.
b.
Penyajian
Guru dalam menyajikan sejarah
hendaknya menggunakan gaya bahasa cerita, dimana ia harus memperhatikan hal-hal
berikut:
1)
Hendaknya guru menggunakan bahasa yang
menarik.
2)
Penyajian sejarah hendaknya secara
periodesasi dimana setiap periode itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dan
diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan untukmemantapkan isi pokok dari
masing-masing periode.
3)
Menulis judul periode pada papan tulis
sebelum atau ssudah penyajian.
4)
Menulis nama-nama tokoh yang berperan
dalam ceritayang diuraikan,agar nama-nama tersebut menjadi ingatan pelajar dan
memudahkan mereka mengingatnya.
5)
Dalam penyajian guru harus memperhatikan
usaha mengkongkritkan pengertian melalui aneka mimik dan pantomimik agar
tergugah perasaan siswa untuk mencintai dan meneladani tokoh pemeran sejarah
berikut.
c.
Korelasi
Menghubungkan peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam sejarah dengan realitas hidup sekarang dan topik-topik
pendidikan agama yang lain ataupun dengan bidang studi lainnya bila ada
kesempatan.
d.
Kesimpulan
Guru menyuruh agar siswa mengulan
cerita dan menanyakan kepada mereka peristiwa-peristiwa periode demi periode.
Setelah itu guru mencatat di papan tulis pokok kesimpulan sebagai akhtisar.
e.
Evaluasi
Guru mengadakan diskusi dengan
siswa semua materi yang barudiberikan unntuk mengetahui sampai dimana mereka
dapat menguasai atau dapat juga mereka disuruh untuk menulis bgian-bagian yang
mengandung nilai moral,atau mendramatisasikan dalam lokal atau di pentas yang
tersedia, atau menyruh siswa melukiskan perasaan mereka terhadap tokoh sejarah
dan sejauh mana mereka terpengaruh dengan kepribadian dan tingkah laku tokoh
tersebut.
D.
Contoh
Persiapan Mengajar Sejarah
Hijrah
Tanggal :
Kelas :
Jam Pelajaran :
Satuan Pelajaran :
Urain :
Tujuan mempelajari sejarah mengenai
hijrah nabi adalah:
1.
Membantu siswa menyerap
pengetahuan-pengatahuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan
ancaman orang-orang kafir terhadap Rasul dan orang-orang muslim dan tuntutan
hijrah.
b. Tibanya
Rasul dan pengikut-pengikutnya di Madinah.
c. Upacara
panyambutan meriah kedatangan Rasul dan sahabat-sahabatnya serta kegembiraan
penduduk Madinah.
d. Pembangunan
Masjid Nabawi yang kemudian menjadi tempat peristirahatan beliau yang terakhir.
2.
Membantu anak didik untuk menyerap
nilai-nilai dan contoh teladan drikut:
a.
Murid-murid meyakini bahwa wilayah Islam
itu adalah suatu kesatuan yang utuh.
b.
Menyanadari bahawa umat Islam merupakan
satu keluarga besar yang saling mengikat.
c.
Umat Islam wajib menunaikan janji kepada
Allah SWT. Serta memiliki iman yang tangguh, walau bagaimanapun ancaman dan
penganiayaan yang dihadapi.
d.
Berani melakukan hijrah bila terpaksa
demi meninggalkan kebenaran.
3.
Bermacam-macam kegiatan dapat diharapkan
dari judul ini:
a. Menyiapkan
peta perjalanan dari Mekkah ke Madinah.
b. Membuat
gambar gua Tsur (Hiro’) yang di pintunya sarang laba-laba dan sepasang burung
merpati yang berisi telurnya.
c. Membuat
gambar penduduk Madinah yang sedan menyambut Rasulullah Saw.
d. Menyiapkan
gambar berwarna untuk oran-orang Islam yang sedang shalat bejama’ah setelah
mereka menganut ajaran agama Islam.
Appersepsi
Barankali
guru lebih baik menyuruh siswa membaca judul tersebut yang trdapat dalam buku
Al-Tarbiyah Al-Islamiyah sebelum dipelajari di dalam kelas.
Untuk
persepsi ini guru dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1)
Mengapa Rasulullah berhijrah ke Madinah?
2)
Siapakah teman beliau dalam hijrah
tersebut?
3)
Bagaimanakah sambutan orang-orang
Madinah terhadap kedatangan beliau?
4)
Di lokasi manakah Rasulullah mendirikan
Masjidnya?
Penyajian
Guru menyajikan cerita kepada murid
dengan menggunakn buku pelajaran yang biasa guru pegang sesui materi dan kurikulum
yang ada.
Dalam menentukan metode
pengajaran seorang guru tidak boleh gegabah dalam penetapan metode yang akan
digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:[8]
1. Tujuan
yang hendak dicapai
Guru haruslah mengetahui dengan
jelas tujuan yang hendak dicapainya, supaya metode dan media pendujungnya bias
digunakan secara optimal dan maksimal.
2. Audiens
(siswa)
Seorang guru hendaknya
memperhatikan Audiens (siswa) terlebih dahulu sebelum menentukan metode yang
akan digunakan, karna jumlah dan karakter siswa,sangat berpengaruh pada umpan
balik dan tujuan yang diharapkan seorang guru.
3. Fasilitas
Fasilitas menjadi pertimbangan yang
sangat penting dalam penetapan metode pengajaran, namun harus kita ingat
fasilitas disini tidak hanya berkutat kepada materi semata namun non materi
seperti waktu yang diberikan untuk seorang guru dalam menyampaikan materinya.
4. keunggulan
dan kelemahan metode tertentu
tidak ada satu metode yang dapat
dikatakan lebih baik karena metode-metode yang ada bias bersifat tidak efektif
apabila tidak tercapainya tujuan yang diharapkan atas dasar itulah hendaknya
guru memperhatikan beberapa fakto-faktor yang telah di jelaskan di atas
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tareh (sejarah) Pendidikan Islam adalah peristiwa
atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
islam dari segi ide, konsep, lembaga operasionalisasi dari sejak zaman nabi
Muhammad saw sampai sekarang atau catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam sejak lahirnya hingga sekarang ini .
Lankah-langkah mengajar sejarah:
o Appersepsi
o Penyajian.
o Korelasi
o Kesimpulan
o Evaluasi
Untuk media pengajaran sejarah, hendaknya guru menyiapkan
bermacam-macam alat peraga dan menggunakannya dimanapun diperlukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abyan, Amir, Dkk, 1986.
Tarikh Islam, Jakarta:
Depag RI.
Yatim, Badri, 1993.
Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Rajawali Press.
Abdurrahman Dudung,
2002, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Lesfi
Nata Abuddin,
2011, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana
Ramayulis, 2002, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam mulia
Sudiyono, 2009, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta
Yamin Martinis,
Maisah, 2012, Orientasi baru Ilmu Pendidikan, Jakarta: Referensi
Zuhairini dkk.,
2008, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar