PENEMUAN, INKURY,
PERMAINAN DAN TUGAS
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
KELOMPOK 13
(TIGA BELAS)
1.
MARIANAN NASUTION 1420200145
2.
TUKAR EFENDI SIREGAR 1420200188
Dosen Pengampu:
NIKMAH
HAIRANI NASUTION, M.Pd
JURUSAN TADRIS
MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmad
dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis beserta bisa menyusun makalah
ini dengan judul ”Penemuan, Inkury, Permainan dan Tugas”.
Sholawat dan salam kita hadiahkan ke arwah
Nabi besar Muhammad SAW, seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi
semua umat, yang telah membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan sumbangan pengetahuan
bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang perpajakan yang ada
di Indonesia. Makalah ini juga diharapkan bisa menjadi penambah literatur
(daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa IAIN Padangsidimpuan.
Namun
demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua
pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini penulis
mempersembahkan makalah dengan judul ” Penemuan, Inkury, Permainan dan Tugas”
kehadapan para pembaca.
Padangsidimpuan, Desemberr 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Strategi
Pembelajaran Matematika................................................... 2
B. Model
Pembelajaran Discovery Learning........................................ 2
C. Inkuiri............................................................................................... 7
D. Metode
Permainan .......................................................................... 12
BAB III PENUTUP.................................................................................... 19
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, alat, siswa dan guru. Semua unsur
atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya
berfungsi dengan berorientasi pada tujuan. Seperti telah kita ketahui bahwa
tugas utama guru ialah mengajar yang berarti membelajarkan siswa untuk mencapai
tujuan tertentu atau kompetensi. Tujuan atau kompetensi itu telah dirumuskan
dalam kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran yang menjadi persoalan
pokok ialah bagaimana memilih dan menentukan strategi pembelajaran atau
strategi belajar mengajar (SBM). Strategi belajar mengajar menentukan jenis
interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang di gunakan
harus menimbulkan aktivitas belajar yang baik, aktif, kreatif, efektif dan
efesien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Berkenaan dengan
hal itu diperlukan strategi belajar mengajar. Dalam mengajar diperlukan suatu
variasi. Dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan
tetapi ada tujuan yang hendak dicapai. Selain itu metode mengajar juga
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar adalah suatu cara
atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar mempengaruhi
belajar, metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa
yang tidak baik pula.
Dalam mengajar
hendaknya guru menggunakan lebih dari satu metode. Dengan menguasai teori
belajar mengajar peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik bahkan
dapat memotivasi anak didik untuk berminat belajar matematika. Teori belajar
mengajar matematika yang dikuasai para tenaga pendidik akan dapat diterapkan
pada peserta didik jika dapat memilih strategi belajar mengajar yang tepat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Pembelajaran Matematika
Matematika
merupakan suatu mata pelajaran yang dianggap para siswa sebagai pelajaran yang
cukup susah. Mata pelajaran ini sulit karena terdapat banyak rumus dalam
mengerjakan suatu persoalan.Setiap materi matematika ini memiliki rumus yang
berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda.Untuk meminimalisir rasa
kesulitan yang dirasakan oleh setiap siswa sehingga dibutuhkan suatu
strategi.Strategi pembelajaran matematika harus menitik beratkan supaya bisa
mempengaruhi anak didik untuk menghasilkan suatu prestasi yang baik.
Terdapat 3 aspek
yang bisa dilakukan dalam memenuhi strategi pembelajaran matematika.
a) Aspek
pertama adalah kemampuan khusus dimana seseorang pengajar memiliki skill baik
dalammenguasai materi yang akan disampaikan kepada murid.
b) Aspek
kedua adalah wawasan dan kemampuanwawasan seorang guru dalam menyampaikan
materi menajdi hal penting yang bisa mempengaruhi cara berpikir seorang murid.
c) Aspek
ketiga adalah kemampuan dalam komunikasiini sangat ditekankan agar guru dan
murid bisa berkomunikasi dengan baik sehingga jika murid merasa kesulitan
berani berkonsultasi kepada guru.
Strategi yang
berkaitan dalam pembelajaran matematika adalah suatu siasat atau kiat yang
sengaja direncanakan oleh guru, yang berkenaan dengan segala persiapan
pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan
yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Strategi pembelajaran
matematika ini hampir sama dengan metode pembelajaran matematika karena
pengertian dari strategi itu sendiri adalah suatu siasat atau suatu metode.
B.
Model
Pembelajaran Discovery Learning
a. Pengertian
Metode
pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam
menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep
atau prinsip.[1]
Metode discovery
diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang,
memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan
melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa
dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Proses mental yang dimaksud antara lain:[2]
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba
sendiri, agar anak dapat belajar sendiri .
b. Langkah-Langkah
Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning[3]
1. Langkah
Persiapan
Langkah
persiapan model pembelajaran penemuan (discovery learning) adalah sebagai
berikut:
-
Menentukan tujuan pembelajaran
-
Melakukan identifikasi karakteristik
siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
-
Memilih materi pelajaran.
-
Menentukan topik-topik yang harus
dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
-
Mengembangkan bahan-bahan belajar yang
berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa
-
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
-
Melakukan penilaian proses dan hasil
belajar siswa
2. Pelaksanaan
a) Stimulation
(Stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b) Problem
Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c) Data
Collection (Pengumpulan Data).
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d) Data
Processing (Pengolahan Data)
Menurut
Syah Pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e) Verification
(Pembuktian)
Pada tahap ini
siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan
hasil data processing.
f) Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi
maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.
c. Kelemanahan
dan kelebihan
a) Kelemahan
Selain
memiliki beberapa keuntungan, metode discovery
(penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu
belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara
singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja
siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.[4]
Metode
discovery (penemuan) yang mungkin
dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini
dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu
murni. Oleh sebab itu metode discovery
(penemuan) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided discovery).
b) Kelebihan
Beberapa
keuntungan belajar discovery yaitu:[5]
(1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara
menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Beberapa
keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman sebagai berikut:
-
Siswa aktif dalam kegiatan belajar,
sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
-
Siswa memahami benar bahan pelajaran,
sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara
ini lebih lama diingat;
-
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat;
-
Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan
metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai
konteks;
-
Metode ini melatih siswa untuk lebih
banyak belajar sendiri.
C.
Inkuiri
a. Pengertian
Inkuiri
Inquiry berasal
dari kata Inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.
pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.[6]
Strategi
pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Strategi
pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Strategi ini berangkat dari asumsi bahwa
sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya.[7]
Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia
sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal
segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan
indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus
berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki
manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu.
b. Langkah-langkah
Strategi Pembelajaran Inquiry[8]
1. Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran
yaitu guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:
a) Menjelaskan
topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
b) Menjelaskan
pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
c) Menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu masalah atau persoalan yang mengandung
teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji karena
masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi
inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya pengembangan mental melalui proses
berpikir.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya:
a)
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri
oleh siswa. Siswa akan memilki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan
dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Seorang guru hanya memberikan
topik yang akan dipelajari.
b)
Masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti, artinya guru perlu mendorong siswa
agar dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban yang sebenarnya sudah
ada tinggal siswa mencari dan menemukan jawabannya dengan pasti.
c)
Konsep-konsep dalam masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui oleh siswa artinya sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu
bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam
rumusan masalah.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dan perlu
diuji kebenarannya. Potensi berpikir siswa dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau menduga-duga (berhipotesis) dari suatu masalah.
Untuk mengembangkan kemampuan menebak pada diri anak, guru dapat mengajukan
beberapa pertanyaan yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara
(hipotesis). Perkiraan sebagian hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh yang bersifat rasional dan logis.
4. Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menyaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Selain memerlukan motivasi yang kuat dalam
proses ini juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikir. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan, penggunaan SPI
terkadang macet apabila siswa tidak apresiatif (ketidakgairahan dalam belajar).
5. Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan, menguji hipotesis berarti juga mengembangkan kemampuan
berpikir rasional yaitu kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
1) Kelebihan
strategi pembelajaran inquiry meliputi sebagai berikut:
-
Pembelajaran menjadi lebih hidup serta
dapat menjadikan siswa aktif.
-
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep
dasar kepada siswa.
-
Membantu dalam menggunakan ingatan dan
transfer pada situasi proses belajar yang baru.
-
Dapat memberikan waktu kepada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
-
Mendorong siswa untuk berfikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
-
Menghindarkan diri dari cara belajar
tradisional, yaitu guru yang menguasai kelas.
-
Memungkinkan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
-
Dapat melatih siswa untuk belajar
sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
-
Dalam diskusi inkuiri, guru dapat
mengetahui kedalaman pengetahuan dan pemahaman siswa mengenai konsep yang
sedang dibahas.
-
Startegi ini merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
-
Startegi ini dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
-
Startegi ini merupakan strategi yang
dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
-
Keuntungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2) Kelemahan
Strategi Pembelajaran Inquiry
-
Jika strategi ini digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa.
-
Strategi ini sulit dalam merencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
-
Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
-
Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka startegi ini
akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
-
Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan
kecerdasan siswa yang tinggi, bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya
kurang efektif.
-
Memerlukan perubahan kebiasaan cara
belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.
-
Guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator,
dan pembimbing siswa dalam belajar.
-
Karena dilakukan secara kelompok maka
kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
-
Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada
anak yang usianya terlalu muda, misalkan SD.
-
Cara belajar siswa dalam metode ini
menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
-
Untuk kelas dengan jumlah siswa yang
banyak, akan sangat merepotkan guru.
-
Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya
kurang efektif jika pembelajaran ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang
mendukung.
-
Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
D.
Metode
Permainan
a. Pengertian
Metode Bermain
Metode
permainan dalam pembelajaran matematika adalah metode belajar dengan melakukan
kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan
instruksional matematika yang menyangkut aspek kognitif, psikomotorik, atau
efektif. Permainan yang mengandung nilai matematika dapat meningkatkan
keterampilan, penanaman konsep, pemahaman dan pemantapannya; meningkatkan
kemampuan menemukan, memecahkan masalah, dan lain-lain. Metode permainan sama dengan metode-metode
lain yang memerlukan perumusan tujuan instruksional yang jelas, penilaian topik
atau subtopik, perincian kegiatan belajar mengajar, dan lain-lain. Selanjutnya
hindari permainan yang bersifat teka-teki atau yang tidak ada nilai
matematikanya.[10]
b. Langkah-langkang
Pembelajaran Bermain
Terdapat
6 (enam) langkah dalam metode pembelajaran bermain :[11]
1. Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan
pembelaiaran dan mengkomunikasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2. Menyajikan
informasi.
Guru menyajikan informasi kepada
siswa.
3. Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menginformasikan pengelompokan
siswa.
4. Membimbing
kelompok belajar.
Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
5. Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6. Memberikan
penghargaan.
Guru memberi penghargaan hasil
belajar individual dan kelompok.
d. Kelebihan
metode permainan
-
Melatih anak untuk mendramatisasikan
sesuatu serta melatih keberanian
-
Metode ini akan menarik perhatian anak
sehingga suasana kelas menjadi hidup.
-
Anak dapat menghayati suatu peristiwa
sehingga mudah mengambil kesimpulan berdasarkan penghayatan sendiri.
-
Anak dilatih untuk menyusun pikirannya
dengan teratur.
e. Kelemahan
metode permainan
-
Tidak semua topik dapat disajikan
melalui permainan.
-
Memerlukanbanyak waktu
-
Penentuan kalah menangdan bayar-membayar
dapat berakibat negatif.
-
Mungkin juga terjadi pertengkaran
-
Mengganggu ketenangan belajar di
kelas-kelas lain.
f. Contoh
Seorang guru menyuruh tiap murid
menuliskan hitungan sesuai dengan suruhannya tanpa mengatakan apa yang dihitungnya.
Suruhan tersebut adalah demikian.
“Tulislah bilangan banyak adikmu”
“Tambah itu dengan tiga”
“Kalikan dua”
“Sekali lagi, kalikan enam.”
“Sekarang, bagi empat”
“Terakhir, kurangi delapan”
Kemudian guru bertanya kepada Budi.
Guru : “Berapa hasil akhir yang kau
peroleh?”
Budi : “Sepuluh.”
Guru : “Jadi adikmu tiga orang,
bukan?”
Budi : “Ya, Bu.”
Semua anak yang menyebutkan hasil
akhir hitungannya dapat ditebak dengan benar jumlah adik masing-masing oleh
Guru.
Contoh tersebut merupakan
permainan. Hal seperti itu disenangi oleh anak-anak. Yang pertama jawabnya
bermacam-macam, asal alasannya dapat diterima. Permainan matematika adalah
suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional
pengamatan matematika. Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif.
Dalam pembelajaran bermain
dikembangakan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi
kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling
memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
E.
Model
Pembelajaran Pemberian Tugas
a. Pengertian
Kegiatan
belajar mengajar di sekolah merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling
strategis guna mewujudkan tujuan intruksional yang diembang oleh lembaga
tersebut. Dalam rangka pelaksanaan fungsi dan tugas instruksional itu
diperlukan tenaga pengelola yang terampil dan profesional, karena di tangan
para gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan di
sekolah.[12]
Kegiatan
belajar mengajar harus selalu ditingkatkan, agar proses itu dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Mengingat terbatasnya waktuyang tersedia dalam
proses belajar mengajar di kelas, sehingga tidak sebanding dengan banyaknya
materi yang akan disampaikan sesuai dengan pesan kurikulum. Kaitannya dengan
hal tersebut, seorang tenaga pengajar harus berusaha untuk mencari agar apa
yang telah dimuat dalam kurikulum dapat tercapai, terutama dalam memberikan pemahaman
yang lebih baik, terarah dan berkesinambungan terhadap suatu konsep.
Banyaknya
kegiatan di sekolah dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran,
cukup menyita waktu siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar
tersebut. Untuk mengatasi keadaan ini guru harus memberikan tugas-tugas di luar
jam pelajaran, sebab bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada
untuk setiap bidang studi tidak akan mencukupi tuntutan pelajaran yang
diharuskan seperti yang tercantum dalam kurikulum. Oleh karena itu, dalam
kurikulum 2004 disajikan tugas atau pekerjaan rumah sebagai pasangan atau
pelengkap kegiatan tatap muka.
Salah
satu usaha untuk meningkatkan pemahaman belajar PKn bagi murid sekolah dasar
adalah dengan menggunakan metode yang tepat. Banyak metode yang dianggap tepat
dalam penyajian materi pembelajaran terutama pada materi PKn, seperti metode
ceramah, diskusi dan metode resitasi. Namun yang menjadi fokus pembicaraan
dalam kajian ini, adalah metode pembelajaran resitasi atau metode pemberian
tugas, karena metode resitasi ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menekankan kepada murid agar dapat belajar, menemukan dan merasakan sendiri
kegiatan belajar yang dilakukan. Metode resitasi adalah guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mem pertanggungjawabkannya.
b. Langkah-langkah
Metode Resitasi
Pemberian
tugas merupakan seperangkat soal-soal yang diberikan kepada siswa untuk
dikerjakan di luar jam pelajaran, soal-soal tersebut disusun sedemikian rupa
dengan mengacu pada tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai dalam setiap
kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mulyasa
(2007 : 113) bahwa agar metode pemberian tugas terstruktur dapat berlangsung
secara efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:[13]
1. Tugas
harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama tujuan penugasan dan
cara pengerjaannya.
2. Tugas
yang dberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya,
bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan,
secara individu atau kelompok, dan lain-lain.
3. Apabila
tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota
kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut,
terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
4. Perlu
diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh
peserta didik. Jika tugas diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol
proses penyelesaian tugas melalui konsultasi dari peserta didik. Oleh karena
itu dalam penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas, sebaiknya peserta
didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan.
5. Berikanlah
penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta
didik. Penilaian yang diberikan sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada
produk (ending), tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses
penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung
setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan
semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan
peserta didik yang harus diperiksa.
c. Kelebihan
-
Baik sekali untuk mengisi waktu luang
dengan hal-hal yang konstruktif.
-
Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala
tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan
segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
-
Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
-
Memberi tugas anak yang bersifat
praktis.
d. Kelemahan
-
Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang
lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai.
-
Sulit untuk memberikan tugas karena
perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
-
Seringkali anak-anak tidak mengerjakan
tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
-
Apabila tugas itu terlalu banyak, akan
mengganggu keseimbangan mental anak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode discovery
diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang,
memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan
melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa
dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah
proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan
dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi.
Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi,
membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Strategi pembelajaran inquiry menyatakan bahwa
guru sebagai sumber belajar bukanlah yang satu-satunya, masih banyak lagi
sumber belajar yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Guru hanyalah
sebagai fasilitator, pembimbing yang selalu mengarahkan siswa dalam
pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika
UPI Bandung.
Simanjutak, Lisnawati.dkk.1992. Metode Mengajar
Matematika, Jakarta : Rineka Cipta.
Abu Ahmadi dan Joko
Tri Prasetya. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Bruce Joyce, Marsha
Weil dan Emily Calhoun. 2011. Model-Model Pengajaran (Judul asli: Models Of Teaching). Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar..
Marno dan Idris.
2008. Strategi dan Metode
Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media..
Nana Sudjana. 1995.Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Oemar Hamalik. 2009.
Pendekatan Baru Strategi
Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Aglesindo .
[1]
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi
Belajar Mengajar. (Bandung:
Pustaka Setia. 1997), hal. 102
[2]
Ibid., hal. 103
[4]
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. (Bandung:
Sinar Baru Aglesindo. 1995), hal. 93
[5]
Ibid., hal. 94
[6]
Oemar Hamalik. Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. (Bandung: Sinar Baru Aglesindo .2009), hal.
74
[7]
Marno dan Idris, Op. Cit, hal. 99
[8]
Suherman, dkk. Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. (Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung, 2001), hal. 45
[9]
Nana Sudjana, Op. Cit, hal. 89
[10]
Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily
Calhoun. Model-Model Pengajaran (Judul asli: Models Of Teaching). Edisi
Bahasa Indonesia. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 201), hal. 45.
[11]
Lisnawati Simanjutak, Metode Mengajar
Matematika,(Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hal. 89
[12]
Marno dan Idris, Op. Cit, hal. 20
[13]
Oemar Hamalik, Loc. Cit, hal. 56
Tidak ada komentar:
Posting Komentar