APLIKASI TERAPI ISLAM TILAWAH,
TAZKIYAH DAN TA’LIMAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA :
SAHNIDA
NIM :
131200061
DOSEN PEMBIMBING :
ARMYN HASIBUAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan amal.
Dan berkat Rahmat dan Hidayah-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah Aplikasi
Terapi Islam Melalui Tilawah, Tazkiyah dan Ta’limah.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada Bapak
selaku dosen pembimbing.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik,
saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan
pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Padangsidimpuan,
Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Tilawah
Terapi Islam........................................................................ 2
B. Terapi
Islam Tazkiyah...................................................................... 6
C. Terapi
Islam Ta’limah....................................................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................... 12
A. Kesimpulan...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Terapi (psychotherapy)
adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan
gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik
yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya
dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu
tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.
Terapi islam
adalah proses pengobatan dan penyembuhan dengan melalui bimbingan al-Quran dan
As-Sunnah Nabi Muhammad s.a.w. atau secara empirik adalah melalui bimbingan dan
pengajaran Allah, Malikat-Malaikat-Nya, Rasul-Nya. H. Fuad Anshori juga
mengemukakan psikoterapi islam adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs)
manusia secara rohaniyyah yang didasarkan pada tuntutan al-Quran dan al-Hadis,
dengan metode anlisi esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala yang
tampak pada manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tilawah
Terapi Islam
a. Pengertian
Tilawah
Tilawah artinya
memahami. Sedangkan qiraah artinya membaca. Jadi, tilawah berarti membaca tapi
dengan memahami maksud dari apa yang dibaca. Sedangkan dalam qiraah hanya
membaca tanpa memahami maksud dari apa yang dibaca.
Makna dari ayat
ini mereka yang bertilawah Al Qur’an secara benar adalah dengan
ittiba’/mengikutinya. Ibnul Qoyyim Rohimahullahmengatakan setelah memaparkan
tilawah ada dua yakni tilawah lafdziyah dan tilawah makna,“Intinya tilawah yang
hakiki adalah tilawah/membaca makna dari ayat-ayat Allah, ittiba’/mengikutinya,
membenarkan semua beritanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya,
mematuhinya seluruh tuntunannya”.[1]
Kemudian Beliau
Rohimahullahmengatakan ,“Tilawah makna kedudukannya lebih mulia dari pada
sekedar tilawah lafdziyah dan orang yang mengerjakannya adalah orang yang
dikatakan sebagai ahli Al Qur’an yang teruntuk bagi mereka pujian di dunia dan
akhirat.Sesungguhnya mereka itulah yang dikatakan sebagai ahli tilawah dan
ittiba’ yang sebenarnya”.[2]
b. Tujuan
Tilawah Terapi
1) Orang
yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur`an termasuk insan yang
terbaik,
2) Mendapatkan
Syafaat dari Al-Qur`an pada hari kiamat
3) Shahibul
Qur`an akan memperoleh ketinggian derajat disurga
4) Orang
yang membaca Al-Qur`an akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat
5) Sakinah
(ketenangan) dan rahmat serta keutamaan akan diturunkan kepadaorang-orang yang
berkumpul untuk membaca Al-Qur`an.
6) Bacaan
Al-Qur`an merupakan “Hilyah” (perhiasan) bagi Ahlul Iman (orang-orang yang
beriman)
7) Orang
yang berhak menjadi imam shalat adalah orang yang paling banyak hafalan
Al-Qur`an dan luas pengetahuannya terhadap ilmu-ilmu Al-Qur`an
8) Membaca
dan memahami Al-Qur`an tidak bisa disamai oleh kemewahan harta duniawi.[3]
c. Sasaran
Atau Objek Terapi
Objek yang
menjadi fokus penyembuhan, parawatan atau pengobatan dari psikoterapi islam
adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan dengan penggunaan pada :
1) Mental
Mental
yaitu hubungan dengan pikiran, akal, dan ingatan. Misalnya mudah lupa, malas
berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil sutau keputusan
yang baik, picik, dan tidak memiliki kemampuan membedakan halal dan haram, yang
bermanfaat dan yang mudharat serta yang baik dan yang batil. Mental yang sehat
ditandai sifat-sifat, diantaranya; mempunyai kemampuan untuk bertindak secara
efesien, memiliki tujuan hidup yang jelas, konsep diri yang sehat, ada
koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri
dan integrasi kepribadian, dan batinnya selalu tenang. Mental yang tidak sehat
akan merasakan ketidaktenangan dan kebahagiaan. Akan tetapi mental yang sehat,
sebaliknya akan merasakan kebahagiaan.
2) Spiritual
Spiritual
yaitu yang berhubungan dengan masalah ini. Semangat atau jiwa religius, yang
berhubungan dengan agama, keimanan, kesolehan, dan menyangkut nilai-nilai
transendental. Seperti syirik, nifak, fasik, dan kufur. Penyakit batiniah atau
spiritual ini sangat sulit untuk disembuhkan atau diobati. Karena ia sangat
tersembunyi didalam diri setiap orang.
3) Moral
(Akhlak)
Akhlak
yaitu suatu keadaan yang melekat pada manusia, yang dari padanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, perimbangan
atau pemikiran atau sikap mental atau watak yang terjabarkan dalam bentuk
berfikir, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya sebagai ekspresi jiwa.
Moral merupakan ekspresi dari kondisi mental atau spiritual. Ia muncul dan
hadir secara spontan, otomatis, dan tidak dibuat-buat, atau direkayasa.
Perbuatan atau tingkah laku itu kadangkadang sering tidak disadari, bahwa
perbuatan dan tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama dan akhirnya
dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti pemarah, dengki, dendam,
suka mengambil hak milik orang lain, pemalas, berprasangka buruk, mudah putus
asa dan sebagainya.
4) Fisik
Tidak
semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi islam. Kecuali memang
kalau ada izin dari Allah. Akan tetapi ada kalanya sering dilakukan secara
kombinasi dengan terapi medis seperti lumpuh, penyakit jantung, liver, buta,
dan sebagainya. Terapi fisik yang paling berat dilakukan oleh psikoterapi
islam, apabila penyakit itu disebabkan karena dosa-dosa yang telah dilakukan
oleh seseorang seperti wajah dan kulit tampak hitam, luka bahkan lebih kotor
lagi seperti penyakit kulit (korengan, kudis atau bintikbintik hitam), padahal
mereka telah melakukan berbagai macam upaya agar dapat sembuh dari
penyakit-penyakit itu. tetapi tidak kunjung sembuh.[4]
d. Indikator
Keberhasilan dan Proses Terapi
Baik dari Al
Quran maupun Hadits telah di informasukan berdasarkan ijtihad dari Nabi dan
para Ulama mengeni khasiat atau manfaat masing-masing ayat Al Qur’an, namun
perlu ditegaskan kembali bahwa iman kepada Allah dan iman kepada ayat-ayat-Nya
serta kesabaran dan keikhlasan adalah bagian terpenting bagi kesembuhan. Yakin
terhadap kekuatan Al Quran dan kebesaran Allah yang akan mengabulkan setiap doa
yang kita tidak mengetahui kapan doa itu dikabulkan sesuai kehendak-Nya.[5]
Penyakit yang
bisa disembuhkan oleh Al Qur’an adalah berbagai macam penyakit ketika ayat-Nya
mengenai pada bagian sel yang sakit, maka sel-sel akan menjadi lebih kuat
melawan penyakit dengan izin Allah. Bisa dikatakan bahwa Al Qur’an mengandung
obat segala penyakit baik penyakit psikologi smaupun penyakit biologis, sihir,
gangguan jin maupun penyakit lainnya. Karena keyakinan yang benar sepaoh dari
obat penyakit.
Perlu diketahui
bahwa yang paling membaca Al Qur’an pada saat sakit adalah kita sendiri, karena
berdasarkan penelitian terakhir bahwa suara orang sakit sendirilah yang paling
berpengaruh terhadap penyakitnya, inilah yang disebut Ruqyah Dzatiyah. Jika
tidak memungkinkan untuk membaca Al Quran, yang membaca berusaha untuk
memusatkan diri dan membayangkan serta yakin penyakitnya kan sembuh berkat
ayat-ayat yang dibacanya. Disamping bacaannya harus keras sehingga yang sakit
bsa mendengarkannya secara khusyu.
Tidak ada waktu
khusus dalam praktek terapi lantunan Al Quran, kapan dan dengan posisi apapun
bisa, bacalah secara rutin sebelum tidur dan bangun tidur, dan bacalah ayat
yang dianggap sesuai dengan penyakit yang dialami dan ulang-ulangilah.
Dalam praktek
terapi sebaiknya dan dianjurkan untuk seseorang yang sedang terkena penyakit
dengan membaca dan mendengar lantunan ayat yakni dengan mentadaburi Al Quran
mengenal makna ayat-ayat Al-Qur’an. Agar pengobatan lebih efektif maka
dengarkanlah lantunan ayat Al-Qur’an penghantar tidur sehingga yang sakit
tertidur biarlah lantunan ayat tersebut dibunyikan untuk menemani tidurnya.
Karena otak tetap bekerja dan merespon terhadap suara AL Qur’an seaklipun
individu tersebut tertidur.[6]
Prinsip
pengobatan dalam Islam :
-
Memberikan keyakinan bahwa hakikat yang
menyembuhkan penyakit adalah Allah, karena Alah yang memberikan penyakit maka
Allah pula yang memiliki obatnya.
-
Menggunakan obat atau makanan yang
dihalalkan secara fisik maupun secara hukum, hal tersebut akan membawa
keberkahan dalam proses penyembuhan pasien
-
Pengobatan yang tidak menimbulkan
mudhorot
-
Tidak bersifat tahayul, syirik maupun
menggunakan bacaan mantra yang tidak syar’i.
-
Ikhtiar dan tawakal karena Allah yang
memberikan ketentuannya untuk segera menyembuhkan penyakit pasien atau tidak.
-
Berwudlu terlebih dahulu
-
Hadiahkan al Fatihah untuk Rasulullah
-
Memberi stimulus untuk bertaubat atau
menyadari kesalahan dalam diri
-
Menciptakan sugesti untuk pasien untuk
meyakinkan bahwa Allah yang menyembuhkan dan terapi lantunan Al Qur’an ini
adalah media untuk mendekatkan diri kepada Allah agar supaya Allah ridhoi
kesembuhan klien.
-
Langsung ke metode pengobatan seperti
dengan dilakukan wirid al Qur’an, dibacakan Al Qur’an dan pasien mendengarkan,
atau pasien sendiri yang membaca Al Qur’an, dan doa-doa dengan ayat-ayat Al
Qur’an, hal-hel tersebut disesuaikan dengan penyakit pasien.
B.
Terapi
Islam Tazkiyah
a. Pengertian
Tazkiyatun nafs
tidak sekadar bermakna penyucian jiwa dan sembarang penyucian jiwa menurut
kehendak setiap orang. Tetapi tazkiyatun nafs harus dilakukan sesuai dengan
cara-cara yang telah dituntunkan oleh agama Allah sebagaimana disampaikan oleh
Rasul-Nya, Muhammad SAW. [7]
Tazkiyatun nafs
adalah penyucian jiwa dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah
Yang Maha Suci dengan sifat Subbuh (Maha Suci dengan Segala Sifat
Kesempurnaan-Nya) dan Quddus (Maha Suci dengan terhindarnya dari segala sifat
kekurangan-Nya). Maka cara-cara melakukan tazkiyah pun harus memenuhi apa yang
telah dituntunkan oleh Allah dan Rasulullah.
b. Tujuan
Tazkiyatud Din
(mensucikan agama), yakni mensucikan jiwa dengan menegakkan aqidah shahihah
(aqidah yang benar), al-tauhid al-khalish (tauihid yang murni dan bersih),
ibadah yang benar, muamalah yang memuliakan kemanusiaan, dan akhlak yang
karimah. Aqidah Shahihah dan al-Tauhidul Khalish adalah keyakinan dan keimanan
yang kokoh, bersih dan lurus kepada Allah terhindar dari segal takhayul dan
khurafat.[8]
Tazkiyatul Mal
(mensucikan harta), yakni mensucikan jiwa dengan membersihkan harta yang
diperoleh, dengan memberikan sebagian kepada orang yang membutuhkan. Bahkan
meyakini sebagaimana dituntunkan Allah dan Rasul-Nya, bahwa harta yang
diperoleh dari usahanya adalah merupakan amanah dan titipan dari Allah, bukan
miliknya secara hakiki. Karena keberhasilan usaha yang dilakukan atau pun
kegagalan yang dialami adalah ketentuan dari Allah setelah menjalan
perintah-Nya untuk bekerja keras. Maka Allah pun mengatakan bahwa pada sebagian
harta yang diamanahkan kepada seseorang terdapat hak orang lain yang harus
diberikan.[9]
Tazkiyatul 'Amal
wal Akhlak. Penyucian amal perbuatan dan akhlak (prilaku dan budi pekerti)
yakni dengan menjaga segala pikiran, perkataan dan perbuatan kita dengan acuan
Al-Quran dan Al-Sunnah, dan menjaganya dari hal-hal yang tidak sejalan dengan
nilai-nilai Al-Quran dan Al-Sunnah. [10]
c. Sasaran
atau Objek Terapi
Akhlak Karimah
adalah prilaku dalam berhubungan kepada Allah, sesama manusia dan kepada alam
sekitar dengan nilai-nilai yang memuliakan manusia menurut ajaran Al-Quran dan
Sunnah, yang di dalamnya terkandung sikap sopan dan santun, sikap hormat dan
menghargai orang lain, sikap kasih sayang, sikap malu, sikap menjaga diri, dan
sebagainya yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
Penyaluran harta
yang menjadi hak orang lain dalam Islam dapat melalui pembayaran zakat, infaq
dan shadaqah, semuanya diberikan kepada orang yang berhak dan membutuhkan serta
untuk keperluan kemasalahatan umum, seperti pembangunan tempat ibadah, tempat
pendidikan dan penyantunan anak yatim dan orang-orang miskin. [11]
d. Indikator
Keberhasilan dan Proses Terapi
Dalam
sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak pada jiwa
ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau
mencapai maqam keimanan atau akhlak Islami. Ada beberapa saran dalam Tazkiyah
yaitu :
1.
Shalat adalah sarana tazkiyah dan
merupakan wujud tertinggi dari ‘ubudiyah dan rasa syukur. Shalat dapat
membebaskan manusia dari sifat sombong kepada Allah Tuhan semesta, dan pada
saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa denga memberikan
dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan mungkar.
2.
Zakat dan Infaq bisa membersihkan jiwa
dari bakhil dan kikir. Dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta yang
sebenarnya adalah Allah. Oleh sebab itu, kedua ibadah ini termasuk dalam bagian
dari tazkiyah, “Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkanya”.
3.
Puasa Puasa merupakan pembiasaan jiwa
untuk mengendalikan syahwat dan kemaluan, sehingga dengan demikian ia termasuk
sarana tazkiyah, “Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Tujuan dari puasa tidak hanya
sekedar menahan haus dan lapar dari mulai terbit fajar sampai matahari
tenggelam, namun lebih dari itu, yaitu melatih kesabaran dan mengekang hawa
nafsu dari keinginan-keinginan nafsu duniawi.
4.
Dzikir dan Pikir Membaca Al Qur’an dapat
megingatkan jiwa kepada berbagai kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah
satu jenis dzikir dan merupakan sarana tazkiyah, “dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iamn mereka (karenanya)”.
5.
Mengingat Kematian Kadang jiwa manusia
ingin menjauh dari pintu Allah, bersikap sombong, sewenang-wenang atau lalai,
maka mengingat kematian akan dapat mengendalikannya lagi kepada ‘ubudiyah-Nya
dan menyandarkan bahwa ia tidak memiliki daya sama sekali, “Dan Dialah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikiat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibanya”.
6.
Amar Ma’ruf Nahi Mungkar Tidak ada hal
yang sedemikian efektif untuk menanamkan kebaikan ke dalam jiwa sebagaimana
perintah untuk melakukan kebaikan, dan tidak ada hal yang sedemikian efektif
untuk menjauhkan jiwa dari keburukan sebagaimana larangan darinya. Oleh karena
itu, amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah, bahkan
orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran
berhak mendapat laknat. Demikian pula jihad karena ia merupakan bentuk
pengukuhan kebaikan dan pengikisan kemungkaran.[12]
C.
Terapi
Islam Ta’limah
a. Pengertian
Ta`lim
dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pendidikan atau pengajaran. Istilah
yang berpadanan dengan ini dikenal dengan tarbiyah. Dalam proses empiriknya,
kedua kegiatan itu tampaknya lebih mendahulukan proses pengajaran, karena yang
dimaksud dengan pengajaran (Ta`lim) di sini adalah mengajar atau memberi pelajaran
berdasarkan pengetahuan dan pendidikan. Adapun pendidikan adalah mendidik
manusia agar dengan pengetahuan dan penyelidikan itu, ia benar-benar menjadi
sadar akan hakikat keberadaan dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang pada
akhirnya mampu memahami akidah dan syari`ah sebagai jalan kehidupannya.[13]
b. Tujuan
Terapi
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa hakikat pendidikan dan pengajaran adalah
mencerdaskan otak dan membentuk karakter (kepribadian) muslim yang sesuai
dengan nilai-nilai Ilahiyah. Dapat pula dikatakan taklim dan tarbiyah merupakan
uapaya penanaman nilai-nilai rabbani pada diri manusia dalam memelihara
eksistensinya sebagai hamba Allah.
c. Tujuan
dan objek Terapi
Penanaman
nilai-nilai rabbani pada diri manusia dalam memelihara eksistensinya sebagai
hamba Allah. Hakikat taklim juga diartikan sebagai proses penanaman nilai
sebagaimana Luqman mendidik anaknya melalui proses atau tahapan yang memiliki
titik focus pada masing-masing tingkatan
Pendidikan
adalah sebuah proses transfer of knowlage and internalitaion of value dengan
penuh perhatian, kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran, ketekunan serta
kemampuan dalam menerapkan berbagai teknik, dan pendekatan dalam proses
pendidikan.
d. Indikator
Keberhasilan dan Proses terapi
Dengan
demikian, hakikat pendidikan adalah sebuah proses transfer of knowlage and
internalitaion of value dengan penuh perhatian, kasih sayang, keikhlasan dan
kesabaran, ketekunan serta kemampuan dalam menerapkan berbagai teknik, dan
pendekatan dalam proses pendidikan. Proses ta’lim biasanya melibatkan pemberi
materi pengkajian dan orang yang di beri materi pengkajian, isi yang dikaji
bisa berupa pengkajian diri manusia dengan segala potensinya, atau pesan-pesan
lain yang terdapat dalam ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah,
seperti pengkajian masalah dengan solusi berdasar perjelasan dari ayat-ayat
Allah, dimana masalah terjadi disebabkan Karena ulah manusia itu sendiri yang
berbuat kerusakan atau ketidak adilan terhadap diri atau orang lain, atau
terhadap alam. Masalah dapat juga terjadi pada orang baik atau orang sholeh
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat mereka ketika mereka bisa
membereskannya. Dengan bimbingan dari Al-Qur’an dan Sunnah, seseorang di tuntut
untuk menyadari segala kesalahan dan kembali memperbaikinya (bertaubat), jika
memang masalah itu sudah di sadari berasal dari berasal dari ulahnya sendiri,
namun jika itu merupakan ujian maka seseorang dituntut bersabar. Dengan cara
mengkaji ayat-ayat Allah maka seorang atau sekelompok akan bisa memahami duduk
masalahnya serta dapat mengadakan perbaikan sebagai solusi untuk masa
selanjutnya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Al-Quran
dianggap sebagai terapi yang pertama dan utama, sebab didalamnya memuat
resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat
kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada dua pendapat dalam memahami
term syifa‟ dalam ayat tersebut. Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal
perbuatan yang memberikan dampak pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan
tersebut jiwa terbebas dari penyakit atau mencapai maqam keimanan atau akhlak
Islami.
Dalam al-Qur`an
banyak sekali ayat yang semakna dengan pendidikan itu sendiri. Kata-kata yang
sering ditemukan dan diartikan sebagai proses pendidikan atau pengajaran di
antaranya kata-kata `allama—yuallimu, ya`lamu, ilman dan ta`lim.
DAFTAR
PUSTAKA
Adz-Dzakey, Hamdani Bakran. 2008. Psikologi Kenabian. Yogyakarta : Al –
Manar.
Mujib, Abdul. 2002. Nuansa – Nuansa Psikologi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Jalaluddin, 2008. Psikologi Agama, Edisi Revisi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
M. Utsman Najati, 1997. Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i Usmani Dengan Judul :
Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Bandung : Pustaka.
Muhadi dan Muadzin, 2009. Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan Penyakit Ala Rasulullah), Yogyakarta:
Mutiara Media.
[1]
Hamdani Bakran Adz-Dzakey, Psikologi Kenabian. (Yogyakarta : Al – Manar,
2008), hal. 102
[2]
Ibid., hal. 102
[3]
Ibid., hal. 109
[4]
Abdul Mujib, Op. Cit, hal. 76
[5]
M. Utsman Najati, Al-Qur’an wa al-Nafs, diterjemahkan oleh : Rof’i Usmani
Dengan Judul : Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa,
(Bandung : Pustaka, 1997), hal. 205
[6]
Ibid., hal. 207
[7]
Jalaluddin, Psikologi Agama, Edisi
Revisi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 121
[8]
Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit ada Obatnya (Menyembuhkan Penyakit Ala
Rasulullah), (Yogyakarta: Mutiara Media, 2009), hal. 201
[9]
Ibid., hal. 201
[10]
Ibid., hal. 202
[11]
Jalaluddin, op. Cit, hal. 209
[12]
Muhadi dan Muadzin, Op. Cit., hal.
209
[13]Abdul
Mujib,Loc. Cit., hal. 47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar