KHAWATIR AL-QULUD
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1.
EVA ARDIANA 133100134
2.
ERNITA SARI 133100133
Dosen Pengampu:
AINUN
MARDIA HARAHAP, M.A
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufik, Hidayah, serta Inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Bank & Lembaga Keuanagan dengan Judul “Khawatir Al-Qulud”.
makalah ini di susun dengan tujuan utama menyelesaikan tugas dari mata kuliah
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih kepada dosen mata kuliah.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, tanpa dapat saya sebutkan satu-persatu. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa pengalaman dan ilmu yang dimiliki masih terbatas dan
terdapat banyak kekurangan sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Namun penulis tetap bersyukur karena dengan bimbingan dan bantuan
semua pihak, makalah ini dapat diselesaikan. Penulis mengharap adanya kritik
dan saran yang membangun guna mencapai hasil yang lebih baik. Semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Padangsidimpuan, Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Khawatir
Al-Qulub.......................................................................... 2
B. Cara
Mengatasi Khawatir Al-Qulud dalam Islam........................... 5
C. Cara Menjaga Dan Mengendalikan Hati Agar Tetap Sehat ............ 8
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
hati merupakan sejenis penyakit yang dapat merusak hati sehingga pada akhirnya
sang hati tidak kuasa mencerna kebenaran. Hati yang sakit tidak akan kuasa
melihat yang hak sebagai kebenaran dan tidak akan kuasa melihat yang batil
sebagai kemungkaran. Hati yang sakit paling tidak akan menjadi berkurang
kemampuannya untuk menilai baik dan buruk, sehingga pada akhirnya hati yang
sakit akan membenci kebenaran dan akan menyukai kebatilan. Oleh sebab itu,
penyakit yang menghinggapinya terkadang disebut penyakit bimbang dan penyakit
ragu.
Banyak
hal yang dapat menyebabkan penyakit hati apalagi di zaman yang penuh dengan
stressor seperti sekarang ini, orang-orang dengan mudahnya mengalami stress,
takut serta cemas yang amat karena kurangnya berserah diri terhadap Allah Swt.
Seringkali manusia merasa gelisah akan suatu hal-hal yang belum namak dan belum
terjadi. Bahkan yang lebih parah adalah sampai mengganggu aktivitas kehidupan
yang normal. Hal yang demikian sudah merupakan suatu penyakit cemas yang
mengganggu penderitanya sehingga bisa terjadi depresi. Bisa jadi kecemasan dan
depresi muncul secara bersamaan. Islam memandang kecemasan sebagai salah satu
penyakit dari hati karena jauhnya hati manusia dari bersandar kepada Allah Swt,
sehingga muncul berbagai rasa cemas, was-was dan berbagai ketidak tenangan
jiwa.
Kecemasan
merupakan suatu hal yang alami ada pada diri manusia, yang berfungsi sebagai
rambu jika dalam taraf yang normal. Tentu saja psikologi sebagai ilmu yang
mengkaji aspek psikis manusia menjelaskan pula mengenai kecemasan ini. Bukan
hanya kecemasan dalam taraf yang wajar, tetapi juga menjelaskan bagaimana
kecemasan menjadi parah hingga tingkat yang akut dan menjadikan seseorang tak
dapat berfungsi normal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Khawatir Al-Qulub
Rasa khawatir adalah perasaan yang wajar. Ia
adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang kita buat sendiri,
yang belum terjadi pada diri kita atau orang-orang terdekat kita. Sementara
menurut kamus “The concise of Oxford English Dictionary”, rasa khawatir
adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang
dibayangkan akan terjadi nanti. Borkovec dan rekan-rekan mendefinisikannya
sebagai pikiran-pikiran jelek yang pengaruhnya negatif terhadap kesehatan diri,
dan cukup sulit untuk di kendalikan. Mereka juga menambahkan bahwa rasa
khawatir adalah perwujudan dari keinginan diri untuk mencari jalan keluar dari
masalah yang tidak jelas dan lagi sulit di cari jalan keluarnya. Al-qulub bentuk jamak dari qalb artinya hati.[1]
Setiap manusia
dapat dikatakan pastilah mempunyai rasa takut dan kekhawtiran pada dirinya.
Perasaan tersebut sangatlah manusiawi adanya. Dan bahkan takut dan khawatir
yang ada pada diri manusia sebenarnya adalah merupakan ciri khas dari manusia
itu sendiri. Dengan kata lain, memang seperti itulah seharusnya manusia. Dalam
ini tinggal pitar-pintarnya kita saja dalam mengenali hakekat dari rasa takut
dan khawatir yang kita miliki dan kemudian mengelolanya dengan baik. Sebenarnya
rasa takut dan khawatir yang hadir pada diri kita, hadir lantaran keterbatasan
yang kita miliki sebagai manusia.
Ada begitu banyak hal yang tidak pasti bagi
kita, ada begitu banyak misteri dalam hidup ini yang tidak kita mengerti, ada
begitu banyak hal yang kita tidak tahu, dan ada begitu banyak urusan yang tidak
berada dalam kendali kita. Singkatnya, lantaran keterbatasan dan kelemahan yang
kita miliki itulah yang menjadi sebab kita selalu dihinggapi perasaan takut dan
khawatir. Meskipun rasa takut dan khawatir adalah perasaan negatif yang harus
kita hindari dan singkirkan dari diri kita, namun di sisi lain, sebenarnya rasa
takut dan khawatir ini tidaklah sepenuhnya buruk adanya.[2]
Karena sejatinya, kehadiran rasa takut dan khawatir adalah sebuah panggilan
dari Sang Pencipta agar kita bersegera bergerak menuju kepada-Nya dan berserah
dalam kemahaan-Nya. Rasa takut dan khawatir inilah yang jika kita telah
mengenali hakekatnya, dapat menjadi energi pendorong bagi kita untuk berjalan
menuju Tuhan. Hati yang dihinggapi rasa takut dan khawatir memerlukan sebuah
jawaban. Sebuah jawaban yang dapat membuatnya menjadi tenang.
Hati yang
dihinggapi rasa takut dan khawatir memerlukan sebuah sandaran. Sandaran yang
dapat membuatnya merasa aman dan tentram. Kita manusia adalah mahluk yang terus
dan terus mencari rasa aman dan damai. Dan rasa aman dan damai tersebut hanya
dapat hadir dalam sebuah jaminan dan kepastian. Sementara itu, kita adalah
mahluk yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan. Hal inilah yang membuat
kita kemudian mencari kekuatan di luar diri kita; kekuatan yang lebih besar dari
kita; kekuatan yang dapat memberi jaminan dan rasa aman kepada kita. Pencarian
itu sesunggunya adalah pencarian akan Tuhan. Kekuatan yang Maha Besar yang
memiliki kuasa mutlak atas kehidupan ini. Tuhanlah satu-satunya yang dapat
memberi jaminan dan rasa aman kepada kita. Setiap manusia tanpa terkecuali
sesungguhnya sedang mencari dan menuju Tuhan. Hanya saja sebahagiaan dari kita
menyadarinya dan sebahagiaan yang lain tidak menyadarinya.
Ada sebahagiaan
dari kita yang sibuk mengejar dan mengumpulkan harta. Hal itu sebenarnya adalah
lantaran ia melihat bahwa harta adalah kekuatan yang dapat memberi rasa aman.
Ada sebahagiaan dari kita yang sibuk mengejar kekuasaan. Hal ini juga lantaran
kekuasaan dipandanganya dapat memberikan kepadanya rasa aman. Namun pada
keyataannya harta tidaklah sanggup menghadirkan perasaan aman kepada kita.
Kekuasaan juga tidak dapat menghadirkan rasa aman kepada kita. Dan sekalipun
ada, perasaan aman yang dihadirkan oleh kelimpahan harta dan kekuasaan hanyalah
sedikit dan bersifat ilusif. Ada begitu banyak hal yang tidak dapat dicover
oleh uang atau kekuasaan. Hanya Allahlah satu Tuhan yang maha segalanya. Dia
adalah kekuatan yang tak terkalahkan dan Dia adalah penguasa mutlak atas
kehidupan. Sehingga, hanya dari-Nya sajalah jaminan keamanan dan kedamaian bisa
manusia raih. Hanya ketika hati ini, jiwa ini mengetahu bahwa Allah sang Maka
Perkasa itu ridho kepadanya, ia akan merasa telah terjamin. Hati dan jiwa kita
akan dapat dibebaskan dari rasa takut dan khawatir. Hati dan jiwa kita akan
merasa aman, damai, dan tentram. Singkatnya bahwa kunci untuk mencapai
kedamaian jiwa adalah mencapai keridhoan Allah. Tidak ada cara lain selain dari
itu. Dan kerihoan Allah hanya bisa dicapai dengan hidup menurut fitrah
penciptaan kita. Hidup dalam kehendak-Nya.[3]
Dari perspektif
Islam, pikiran-pikiran yang tidak diinginkan disebut was-was, yakni
sesuatu yang dibisikkan syaitan ke dalam hati dan pikiran manusia. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
øÌøÿtFó$#ur Ç`tB |M÷èsÜtGó$# Nåk÷]ÏB
y7Ï?öq|ÁÎ/ ó=Î=ô_r&ur NÍkön=tã
y7Î=øs¿2 Î=Å`uur óOßgø.Í$x©ur
Îû
ÉAºuqøBF{$#
Ï»s9÷rF{$#ur
öNèdôÏãur 4
$tBur
ãNèdßÏèt ß`»sÜø¤±9$# wÎ) #·rãäî ÇÏÍÈ ¨bÎ) Ï$t6Ïã }§øs9 s9 óOÎgøn=tæ Ö`»sÜù=ß
4
4s"x.ur y7În/tÎ/
WxÅ2ur
ÇÏÎÈ
“..dan tidak
ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.
Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan
cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (QS. Al-Israa: 64-65)[4]
Bisikan syaitan
ini berperan penting dalam berkembangnya penyakit mental atau gangguan
psikologis, dan kita sebagai manusia diperintahkan untuk memohon perlindungan
kepada Allah dari musuh yang tidak terlihat ini:
ö@è% èqããr&
Éb>tÎ/
Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ Å7Î=tB
Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ `ÏB Ìhx©
Ĩ#uqóuqø9$#
Ĩ$¨Ysø:$#
ÇÍÈ Ï%©!$# â¨Èqóuqã Îû
Írßß¹
ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ z`ÏB
Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ
“Katakanlah:
"Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja
manusia. sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa
bersembunyi,yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,dari (golongan)
jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)[5]
Di sini nampak bahwa kita memang memiliki pikiran-pikiran tersebut, akan tetapi
sebenarnya syaitan lah yang membisikkan pikiran itu kepada kita dan menipu kita
seakan itu adalah pikiran yang muncul dalam diri kita sendiri.
B. Cara Mengatasi Khawatir Al-Qulud dalam
Islam
Apa urgensinya membersihkan hati? Peran
hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi prajuritnya. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah
hatilah, istiqamah dan
penyelewengan itu terjadi;
begitu pula dengan semangat untuk bekerja. Rasulullah
SAW bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ
كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
(رواه البخارى ومسلم)
Ketahuilah
bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh
tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. ketahuilah
daging itu adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).[6]
Hati adalah raja.
seluruh tubuh adalah pelaksana titah-titahnya, siap menerima hadiah apa saja.
Aktivitasnya tidak dinilai benar, jika tidak diniatkan dan dimasukkan oleh sang
hati. Di kemudian hari, hati akan ditanya tentang para prajuritnya, sebab
setiap pemimpin itu bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Maka, Pembenaran
dan pelurusan hati merupakan perkara yang paling baik, utamanya untuk diseriusi
oleh orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah (salik). Demikian pula,
mengkaji penyakit-penyakit hati dan metode mengobatinya merupakan bentuk ibadah
yang utama bagi ahli ibadah.
Menurut 'Ibn
al-Qayyim, hati itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hati yang
sehat (al-qalb al-shahih), hati yang mati (al-qalb al-mayyit), dan hati yang
sakit (al-qalb al-marid}).
Hati yang sehat
juga disebut dengan hati yang selamat (al-qalb al-Salim), yaitu hati yang
selalu menerima, mencintai dan mendahulukan kebenaran. Pengetahuannya tentang
kebenaran benar-benar sempurna, juga selalu taat dan menerima sepenuhnya. Hati
yang sehat atau selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap
syahwat, keinginan yang bertentangan
dengan perintah Allah dan dari setiap Syubhat, ketidakjelasan yang
menyelewengkan dari kebenaran. Hati yang tidak pernah beribadah kepada selain
Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah.'Ubudiyah-nya murni kepada Allah.
Iradah, mahabbah, inabah, khasyyah, raja', dan amalnya semuanya lillah, semata
karena Allah.
Jika ia mencintai,
membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja
tidak dirasa cukup, sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan
berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah menjadikannya (Rasul) sebagai
satu-satunya panutan, dalam perkataan dan
perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancang, mendahuluinya dalam
hal aqidah, perkataan ataupun perbuatan.
Allah Swt berfirman (Al-Hujurat: 1):
$pkr'¯»t
tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä w (#qãBÏds)è? tû÷üt/ Äyt «!$# ¾Ï&Î!qßuur (
(#qà)¨?$#ur
©!$# 4
¨bÎ) ©!$# ììÏÿx
×LìÎ=tæ
ÇÊÈ
Artinya : 1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1407] dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.[7]
Sedangkan hati yang mati atau keras (al-qalb al-qasi)
adalah hati yang tidak mau menerima dan tidak taat pada kebenaran. Hati yang
mati, adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah
kepada-Nya, enggan menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang
dicintai dan diridhai-Nya. Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu
dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah Swt.
Baginya yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsunya. Ia menghamba
kepada selain Allah.
Jika ia mencinta, membenci, memberi dan menahan diri,
semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai
daripada keridhaan Allah. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali
baginya. Kebodohan adalah kemudinya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya.
Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.
Ia diseru kepada Allah dan negeri akhirat, tetapi ia
berada ditempat yang jauh, sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia
mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta
terhadap kebenaran. Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah racun, dan
majlis dengan mereka adalah bencana.
Adapun hati yang sakit, jika penyakitnya sedang
kambuh, maka hatinya menjadi keras dan mati, dan jika ia mengalahkan penyakit
hatinya, maka hatinya menjadi sehat dan selamat. Hati yang sakit adalah hati
yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat.
Kadang-kadang ia cenderung kepada 'kehidupan', dan kadang-kadang ia cenderung
kepada 'penyakit'.[8]
Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepada Allah,
yang merupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan, ketaatan dan
ketamakan terhadap syahwat, hasad, kibir dan sifat ujub, yang merupakan sumber
kehasutannya. Ia (hati yang sedang sakit) ada di antara dua penyeru; penyeru
kepada Allah, Rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi dan
hawa nafsu.
C. Cara Menjaga Dan Mengendalikan Hati Agar
Tetap Sehat[9]
1.
Kenali rasa khawatir yang kita miliki. Bila ia
berlebihan dan tanpa alasan, apalagi hanya bayang-bayangan saja, maka kita
harus membuangnya jauh-jauh.
2.
Jaga kesehatan fisik dengan baik karena di dalam tubuh
yang sehat, ada jiwa yang sehat. Tubuh yang sehat bisa mengurangi rasa khawatir
yang berlebihan.
3.
Selalu kaitkan diri kita pada sesuatu yang lebih besar
dari diri kita sendiri di alam ini. Kita tidak sendirian, kita punya ikatan
dengan keluarga, dengan masa lalu, dengan kawan baru atau lama, dengan ilmu dan
informasi, dengan institusi seperti organisasi professional atau masyarakat,
dan pastinya dan tentunya yang paling penting adalah kita selalu ada ikatan
dengan Allah SWT.
4.
Pilihlah kawan-kawan yang bisa memberi energi positif
pada diri kita. Orang yang bisa mendukung dan jujur memberi respon akan masalah
atau prestasi hidup yang kita raih.
5.
Carilah jawaban konkrit atas setiap masalah yang sedang
kita hadapi. Jangan mengambangkan masalah begitu saja, yang bisa jadi malah
akan membiarkan rasa khawatir yang sudah ada menjadi berlarut-larut.
6.
Kerjakan sesuatu yang kita anggap baik. Karena kalau
kita melakukan sesuatu yang kita anggap tidak baik, kita akan merasa tidak puas
akan hari-hari, dan membuat kita merasa tidak nyaman atau tidak berguna.
7.
Beribadahlah dalam bentuk yang Engkau yakini. Bisa
dengan solat wajib dan/atau dengan tambahan sholat sunnah, dengan berdoa
sehari-hari, atau dengan bermeditasi.
8.
Makanlah makanan yang halal dan baik gizinya. Bukan
hanya untuk menjaga kesehatan tapi juga bila kita hati-hati dalam memilih
makanan, kita akan ikut terbawa hati-hati dalam memilih kegiatan yang akan kita
lakukan.
9.
Tidurlah dengan baik dan cukup waktunya. Orang yang
kurang tidur baik secara kualitas maupun kuantitas, sulit memiliki konsentrasi
dalam melakukan pekerjaan, dan kejernihan berpikir.
10. Cobalah
untuk menjadi manusia yang teratur dalam hidup, dalam hal-hal besar maupun
dalam hal-hal kecil.
11. Cobalah
untuk melakukan hal yang kamu senangi atau yang menjadi hobi kamu.
12. Cobalah
untuk tidak membesar-besarkan suatu masalah. Fokuslah pada penyelesaian
permasalahan yang sedang dialami, jangan melantur kemana-mana.
13. Bijaklah
memilih berita, film, atau acara di Televisi atau media lainnya. Dan jangan
terlalu banyak bergaul denga media yang hanya menonjolkan berita “jelek” atau
penuh sensasi belaka.
14. Jauhilah
minuman beralkohol yang sifatnya hanya sementara melepaskan keresahan hati.
15. Cobalah
berbagi keresahan dengan sahabat atau keluarga terdekat. Jangan pernah memendan
sendiri rasa khawatir.
16. Cari,
syukuri dan nikmati hal-hal indah dalam hidupmu. Kehadiran suami, istri, anak,
sepatu yang bagus, rumah yang bersih dan lain sebagainya.
17. Dengarlah
musik yang kamu suka, dan menyanyilah.
18. Belajarlah
untuk ikhlas dan menyerahkan segala sesutau di luar kontrol kita hanya pada
Tuhan, Allah SWT semata.
19. Cobalah
bertamasya bersama keluarga atau orang-orang terdekat. Nikmatilah alam dan
keindahanya.
20. Cobalah
berbicara pada orang lain dengan baik dan tenang.
21. Hargailah
dirimu sendiri karena setiap orang pasti memiliki sesuatu yang dapat di
banggakan.
22. Bacalah
buku-buku yang baikdan kamu sukai; bisa yang mudah, menyenangkan atau menambah
wawasan.
23. Bersenda
guraulah dengan sahabat, keluarga, dan handai taulan. Menonton lawak/humor juga
baik.
24. Menangislah.
Karena menangis bisa menjadi obat rasa khawatir.
25. Ingatlah
bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang abadi, bahkan rasa khawatir
sekalipun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebenarnya segala
penyakit dan gangguan yang terjadi pada jiwa manusia adalah karena kurangnya
keyakinan (keimanan) kepada Sang Pemilik Hidup. Karena dengan iman yang kuat
dan kedekatan kepada Allah Swt, hati akan senantiasa dibimbing dan dijaga agar
tetap berada dalam cahaya. Geliat hati bermacam-macam dan akan senantiasa
berbolak-balik sehingga muncul berbagai perasaan baik positif maupun negatif.
Tugas kita sebagai manusia adalah untuk beradaptasi dengan geliat hati ini
dengan berbagai cara yang telah dianjurkanNya. Allah Swt Mahatahu bahwa manusia
akan mengalami berbagai kecemasan dan ketakutan karena banyaknya tekanan
(stressor) dan bisikan-bisikan setan yang selalu menjerumuskannya. Oleh karena
itu, Ia pun mempersiapkan berbagai obat untuk mencegah berbagai kecemasan dan
ketakutan agar tidak sampai menjadi suatu gangguan jiwa yang akut.
Umat Islam telah
mengetahui mengenai obat penyembuh berbagai penyakit jiwa ini. Yaitu: Sholat
malam, Berdzikir malam, berkumpul dengan orang sholeh dalam artian orang sholeh
disini adalah orang yang memiliki energi positif, karena energi akan menular
makanya Ia memerintahkan kita untuk senantiasa berdekatan dengan orang yang
berenergi positif (sholeh). Perbanyak membaca al-Quran, bukan hanya membaca
tetapi juga merenungi makna dan mengamalkan ajarannya. Perbanyak berpuasa.
Sekarang ini sudah banyak orang yang menerapkan cara berpuasa bahkan mereka
yang bukan dari kalangan Islam, karena tahu dan sudah mendapatkan manfaat dari
berpuasa ini. Bukan hanya Islam yang mengajarkan berpuasa, berbagai agama pun
berisi anjuran mengenai puasa dengan cara yang berbeda tetapi bertujuan sama
untu mendekatkan diri kepada Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adil Fathi. 2004. Membangun Positive Thinking Secara Islam. Jakarta: Gema Insani
Press.
Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. 2002. Membersihkan Hati dari Gangguan Setan. Jakarta: Gema Insani Press
Said Az-Zahrani, Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press.
Semiun, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius
Shihab, M. Quraisy. 2002. TAFSIR AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al- Quran. Jakarta:
Lentera Hati.
Tadjudin, Ibin Kutibin. 2007. Psikoterapi Holistik Islami. Bandung: Kutibin
[1]
'Ibn Qayyim al-Jawziyah, 'Ighathat
al-Lahfan Min Mashaid al-Syaithan,Vol.I (Bayrut: Dar al-Ma’rifah, 1975),
10.
[2]
Adil Fathi Abdullah , Membangun
Positive Thinking Secara Islam. (Jakarta: Gema Insani Press. 2004), hal. 24
[3]
Tadjudin, Ibin Kutibin. Psikoterapi Holistik Islami. (Bandung:
Kutibin, 2007), hal. 98
[4]
Shihab, M. Quraisy. TAFSIR
AL-MISBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati. 2002),
hal. 87
[5] Ibid., hal. 201
[6]
Musfir Said Az-Zahrani,. Konseling Terapi. (Jakarta: Gema Insani
Press. 2005), hal. 35
[7]
Musfir Said Az-Zahrani, Op. Cit, hal.
98.
[8]
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah. Membersihkan
Hati dari Gangguan Setan. (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), hal. 95
[9]
Ibid., hal. 96
Tidak ada komentar:
Posting Komentar