Nama : Mhd. Khoirul Syahban
Nim : 14 203 00084
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
A.
Pendahuluan
Perkembangan
tidak hanya berakhir dengan tercapainya kematangan fisik. Namun perkembangan
merupakan proses yang berkesinambungan, mulai dari masa konsepsi berlanjut ke
masa sesudah lahir, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan menjadi tua
hingga meninggal dunia. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi sepanjang hidup,
mempengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti
bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke
waktusepanjang rentang kehidupan. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara
berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena
berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pembentukan
hubungan intim merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki
masa dewasa akhir. Selain itu ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir,
pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi
memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anak-anak, seperti cara anak muda
memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa
untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan
mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan
dalam waktu yang masih tersisa.
Sehingga hal ini
secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu:
kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya
komitmen.
B.
Pengerian
Masa Manula
Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses menua. Masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Setiap orang yang
berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 65 tahun ke atas,
tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan
pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan
kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini akan mengalami
berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan berbagai tekanan
psikologis.[1]
Berdasarkan UU
Kes. No. 23 1992 Bab V bagian kedua Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa manusia
lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, dan sosial.
Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia
banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan
terintegrasi. Organisasi
Kesehatan Dunia
(WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :[2]
a.
Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun.
b.
Lanjut usia (alderly) kelompok usia 60 – 74 tahun
c.
Lanjut usia tua (old) kelompok usia 75 – 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) kelompok usia diatas 90 tahun
Dari berbagai
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan periode di
mana seseorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan, serta
telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai sari usia 55 tahun sampai meninggal.
C.
Ciri-ciri
Masa Manula
Terdapat
beberapa ciri – ciri orang lanjut usia, yaitu :[3]
1.
Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada
lansia sebagai dating dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat
berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki
motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2.
Orang lanjut usia memiliki status
kelompok minoritas
Lansia memiliki
status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat
klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat - pendapat klise itu seperti :
lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan pandapat
orang lain.
3.
Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran
tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang
buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep
diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk, karena
perlakuan yang buruk itu mebuat penyesuaina diri lansia menjadi buruk.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Masa Manula
Ada 3 faktor
yang memicu proses penuaan, yaitu faktor genetika, endogenik, dan lingkungan.[4]
1.
Faktor Genetika Faktor ini merupakan
faktor bawaan (keturunan), dan setiap orang memiliki faktor genetika yang
berbeda-beda.
-
Penuaan dini. Orang yang memiliki
keturunan penuaan dini harus berwaspada dan berusaha mencegah efek negatif dari
faktor genetikanya.
-
Penyakit turunan. Orang yang mengidap
penyakit turunan seperti penyakit jantung, hipertensi, atau diabetes harus
memperhatikan dan menjaga pola makan serta aktivitasnya.
-
Perbedaan tingkat intelegensia. Umumnya
orang yang memiliki intelegensia tinggi lebih lambat menjadi tua. Itu karena ia
aktif berpikir dan melatih kemampuan intelektualnya sehingga memperlambat
proses penurunan fungsi otak.
-
Warna kulit. Biasanya orang yang
berkulit putih lebih mudah terserang osteoporosis daripada mereka yang berkulit
hitam.
-
Kepribadian. Orang yang berambisi,
bekerja keras, dan dikejar-kejar tugasnya, lebih mudah tersinggung dan gelisah.
Ia sering cepat stres, yang mengakibatkannya rentan penyakit.
2.
Faktor Endogenik Faktor ini berkaitan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik (perusakan sel) maupun
mental.[5]
a. Fisik
-
Keadaan tubuh: Kadar lemak dalam tubuh
meningkat akibat penurunan aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya
motorik otot menurun membuat orang sulit bergerak. Jumlah air di dalam tubuh
berkurang. Massa tulangpun menurun karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara
pertumbuhan tulang sudah berhenti.
-
Pencernaan: Gangguan pada gigi dan
perubahan bentuk rahang mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan. Daya
penciuman dan perasa menurun, hal ini menyebabkan turunnya selera makan yang
berakibat kekurangan gizi. Menurunnya produksi asam lambung dan enzim
pencernaan, mempengaruhi penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus.
Penurunan perkembangan lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan
menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti
obat-obatan dan alkohol pun melemah.
-
Kekebalan tubuh: Akibat berkurangnya
kemampuan tubuh memproduksi antibodi pada masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun
menurun. Hal ini membuat lansia rentan terhadap berbagai macam penyakit.
-
Jantung: Daya pompa jantung menurun
karena elastisitas pembuluh arteri melemah, semua ini akibat perubahan kolagen
dan elastin dalam dinding arteri.
-
Pernafasan: Fungsi paru-paru menurun
akibat berkurangnya elastisitas serabut otot yang mempertahankan pipa kecil
dalam paru-paru tetap terbuka. Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang
bersangkutan memiliki kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
-
Otak dan syaraf. Menurunnya kemampuan
fungsi otak melemahkan daya ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa
makan atau minum obat, yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.
-
Metabolisme tubuh: Penurunan fungsi
hormon dalam tubuh. Penurunan hormon seks pada wanita terjadi menjelang
menopause.
-
Ekskresi: Penurunan aliran darah ke
ginjal karena berkurangnya jumlah nefron, yaitu unit yang berfungsi mengekstrak
kotoran dari darah dan membuangnya ke urine. Hal ini menyebabkan peningkatan
volume urine dan frekuensi pengeluaran urine.
-
Tulang: Pengurangan massa tulang karena
pertambahan usia. Hal ini juga disebabkan kurangnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat Ca (kalsium), jarang berolahraga, menopause dini, dan hilangnya
selera makan (anoreksia).
b. Mental
Ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan mental:[6]
-
Kepribadian: Orang yang berambisi tinggi
dan selalu dikejar- kejar waktu, akan cenderung cepat stres, gelisah, frustasi,
dan merasa diremehkan pada masa lansianya. Sedangkan orang yang berkepribadian
tenang lebih mudah mensyukuri apa yang mereka terima dan berpikir positif
ketika memasuki masa lansia.
-
Sosial: Sikap sosialisasi yang kurang
baik dapat berdampak negatif pada penyesuaian diri lansia. Ia akan bersikap
psikopat, depresi, dan paranoid.
-
Budaya: Budaya Barat sering menganggap
orang lansia tidak berguna dan menjadi beban keluarga atau masyarakat saja. Hal
ini mengakibatkan orang lansia memiliki mental negatif. Sedangkan Budaya Timur
lebih menghormati orang tua, dan menganggap mereka sebagai orang yang bijaksana
dan pantas dijadikan panutan.
3.
Faktor Lingkungan
Hal-hal yang
termasuk faktor ini adalah diet atau mengkonsumsi makanan yang bergizi,
merokok, minum alkohol atau kafein, polusi, tingkat pendidikan, penghasilan,
obat-obatan, penyinaran sinar ultra violet, dan sebagainya.
E.
Perubahan
Fisik dan Psikologis Pada Masa Manula
1.
Perubahan Fisik[7]
Pada umumnya
perubahan pada masa lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua
sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genito urinaria, endokrin dan integumen.
a.
Sistem pernafasan pada lansia. Kapasitas
pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun
tanpa penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan
diafragma melemah. Meskipun begitu berita baiknya adalah bahwa orang dewasa
lanjut dapat memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan latihan memperkuat
diafragma.
b.
Perubahan Sistem persyarafan.
1) Cepatnya
menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat
dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3) Mengecilnya
syaraf panca indera.
4) Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa
lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
5) Otak
dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah
bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian otak
dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya, hanya kehilangan sebagian
kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
6) Perkembangan
Sensori. Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa
akhir penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal
masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti
bahwa orang rang lanjut usia membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kembali
penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang
agak gelap.
c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada
lansia.
Ciri
– ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah
mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama
rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan dengan
demikian asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70
tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami
penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
d.
Perubahan cardiovaskuler pada usia
lanjut.
Tidak
lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan
seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah
darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa.
Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat
menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun.
e.
Sistem genito urinaria.
1) Ginjal,
Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika
urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran
prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi
vulva.
5) Vagina,
Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi
halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
6) Daya
sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
f.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi
hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi
paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary,
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya
aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat, dll.
g.
Perubahan sistem pencernaan pada usia
lanjut.
1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya
periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera
pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus
melebar,dll.
h.
Perubahan otot Penurunan berat badan
sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak tubuh. Presentasi
lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun.
Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan metabolisme dalam
sel-sel otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot
mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh
menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol
total dan trigliserida.
2.
Perubahan Psikologis[8]
Proses
menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu
cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada lansia. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ada beberapa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.
Faktor-faktor
tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati
hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para
lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a.
Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan
Fungsi dan Potensi Seksual Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain
: Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia Sikap
keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup telah meninggal. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal
atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c.
Perubahan Aspek Psikososial Pada umumnya
setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa
perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut: Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. Tipe Kepribadian
Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada
dirinya. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent
personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan
keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari
kedukaannya. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility
personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan
secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate
personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena
perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
d. Perubahan
yang Berkaitan Dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa
pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati
hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan
sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah
orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya.
e.
Perubahan Dalam Peran Sosial di
Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak
fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada
lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang,
penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal
itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama
yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
F.
Perubahan
Sistem Reproduksi dan Seksual Pada Masa Manula
a.
Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan
sexual. [9]
1) Perubahan sistem reprduksi.
a) selaput
lendir vagina menurun/kering.
b) menciutnya
ovarium dan uterus.
c) atropi
payudara.
d) testis
masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e) dorongan
sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
-
Hot flushes (perasaan panas) Adalah rasa
panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas (seperti leher dan
dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah
tersebut. Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau
yang bergantung pada esterogen akan terpengaruh sewaktu kadar estrogen menurun.
Pancaran panas diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian
otak yang bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
-
Keringat Berlebihan Cara bekerjanya
secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas pada tubuh akibat pengaruh
hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu
udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi terlalu panas dan tubuh
mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain
itu, dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina menjadi lebih
tipis dan berkurang kelembabannya seiring dengan kadar estrogen yang menurun.
Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat dimalam hari.
-
Vagina Kering Perubahan pada organ
reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga dapat menimbulkan rasa
sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat berkurangnya estrogen
menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina, jaringan penunjang, dan
elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina mengandung banyak reseptor
estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa sakit dalam berhubungan seksual.
-
Tidak dapat menahan air seni Ketika usia
bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin dan batuk. Hal
ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya adalah
inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung kemih). Perlu
diketahui, dinding serta lapisan otot polos uretra perempuan juga mengandung
banyak reseptor estrogen. Kekurangan estrogen menyebabkan terjadinya gangguan
penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah
terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.
-
Hilangnya jaringan penunjang Rendahnya
kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi
sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit
kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyang dan gusi
berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa sakit dan ngilu pada
persendian.
-
Penambahan berat badan
-
Gangguan mata
Nyeri tulang dan sendi
2) Kegiatan
sexual. Pada masa usia lanjut khususnya pada wanita salah satu ciri
perubahannya yaitu mengalami fase menopause. Akibat berhentinya haid, berbagai
organ reproduksi akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi (keadaan
kemunduran gizi jaringan), panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis.
Jaringan miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung
jaringan fibriotik (sifat berserabut secara berlebihan). Leher rahim (serviks)
menyusut tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama akan merata dengan
dinding vagina, dsb.[10]
G.
Penyesuaian
Diri dalam Bersosialisasi dengan Keluarga dan Sosio Emosional pada Masa Manula
Yang dimaksud
dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia
lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan – perubahan
fisik, maupun sosial – psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.[11]
Penyesuaian diri
lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya
dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang
baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang
tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami
pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun
untuk memiliki pikiran yang jernih.
Ohman &
Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem
emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin
akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa
hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk
antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara
otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi
bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum
yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”.[12]
Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan
memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
a. Penyesuaian
Terhadap Karier(Pekerjaan) [13]
Pria lanjut usia
biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis daripada pekerjaan
yang bersifat dinamis dan menantang. Dampak yang mereka peroleh adalah
pekerjaan yang memberi kepuasan pada dirinya walaupun pekerjaan itu jelas
berbeda dengan pekerjaan orang yang lebih muda atau pekerjaan pada masa
mudanya. Bahkan mereka mengetahui bahwa sebentar lagi akan pensiun, atau bagi
yang sudah pensiun akan berhenti bekerja, sehingga apa yang dilakukan tidak
mempengaruhi sikap mereka terhadap pekerjaannya jika mereka memang menikmati
apa yang mereka kerjakan.
b. Penyesuaian
Diri Dalam Kehidupan Sosial [14]
Orang lanjut
usia memiliki status kelompok minoritas Lansia memiliki status kelompok
minoritas karena sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang
jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise iu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendadapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain. Menua
membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia
mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
Penyesuaian yang
buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat
lansia cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang memutuskan
hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi
merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia juga
mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
c. Penyesuaian
Diri Terhadap Keluarga [15]
Perubahan
kehidupan keluarga Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang
memuaskan yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika
antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia
tersebut berusia 50 sampai 55 tahun. Orang tua usia lanjut yang perkawinannya
bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut
kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia
pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat
menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan
fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan
sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan
sehari-hari.
d. Hubungan
Sosio-Emosional Lansia [16]
Keberadaan
lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun begitu pula
sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan
ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak negatif
bagi kelangsungan hidup lansia. Menurut teori aktivitas (activity theory),
semakin orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan
mereka menjadi renta dan semakin besar kemngkinan mereka merasa puas dengan
kehidupannya.
Dalam hal ini
penting bagi para dewasa lanjut untuk menemukan peran-peran pengganti untuk
tetap menjaga keaktifan mereka dan keterlibatan mereka didalam aktivitas
kemasyarakatan. Dengan adanya aktivitas pengganti ini maka dapat menghindari
individu dari perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang membuat mereka menarik
diri dari lingkungan. Dalam teori rekonstruksi gangguan sosial (social
breakdown-reconstruction theory) (Kuypers & Bengston, 1973) menyatakan
bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negative yang dibawa oleh
pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut
dan tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksial dapat
terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut
dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka.
Ketersediaan
layanan bagi dewasa lanjut dapat mengubah pandangan mereka mengeanai lingkungan
sosialnya. Mereka akan tetap mampu untuk berperan aktif dengan layanan yang ada
dan juga mereka akan mengubah pandangan dunia sosial yang negatif dan
meniadakan pemberian label sebagai seseorang yang tidak mampu (incompetent).
Dorongan untuk berpartisipasi aktif orang-orang dewasa lajut di masyarakat
dapat meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya
sendiri.
H.
Bahaya
pada Masa Manula dan cara Mengatasinya
Penampilan
penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda,
karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri
serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita.
Menurut Kane dan
Ouslander sering desebut dengan istilah 14 I, immobility (kurang bergerak),
instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence
(beser buang air kecil / air besar), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity
(gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit
buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity
(tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan),
insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),
dan impotence (impotensi).
Beberapa masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia sebagai berikut:[17]
a.
Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor
lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling
sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit
jantung dan pembuluh darah.
b.
Istabilitas
Penyebab
terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh derita) baik karena prosen menua, penyakit maupun proses
ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat obatan tertentu
dan faktor lingkungan.
c.
Beser
Beser, buang air besar (bak)
merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa
disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibtkan masalah kesehatan
atau social. Beser bak merupakan masalah yang sering kali dianggap wajar dan
normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik
oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
d.
Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik
yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari. Kejadian ini
meningkat dengan cepat mulai usia 60-85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5%
lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami demensia (kepikunan berat) sedangkan
pada usia setelah 85 tahun kejadian meningkat mendekati 50%. Salah satu hal
yang dapat menyebabkan gangguan intelektual adalah depresi sehingga perlu
dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.
e.
Infeksi
Merupakan salah satu masalah
kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala
tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam
diagnosis dan pengobatan serta resiko
menjadi fatal meningkat pula.
f.
Gangguan pancaindera, komunikasi,
penyembuhan, dan kulit
Akibat proses menua semua
pancaindera berkurang fungsinya, demikina juga gangguan pada otak, saraf dan
otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkan terganggunya
komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan
trauma yang minimal.
g.
Depresi
Perubahan status social,
bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian social serta perubahan-perubahan
akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering
kali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan
fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul sering kali dianggap sebagai suatu bagian
dari proses menua yang normal ataupun tidak khas.
h.
Kurang gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat
disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan
dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi social
(terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan,
hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkang faktor kondisi kesehatan
Berupa penyakit
fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan, dan lain-lain.
a. Daya
tahan tubuh menurun[18]
Daya tahan tubuh yang menurun pada
lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya
umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua,
tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama
diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan
berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh,
dan lain-lain.
b. Impotensi[19]
Merupakan
ketidak mampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk
melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit tiga bulan.
Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan
pada pria usia 40-70 tahun yang di wawancarai ternyata 52% menderita disfungsi
ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10%, disfungsi ereksi sedang
25% dan minimal 17%.
Penyebab
disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin
sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik
karena proses menua maupun penyakit dan juga berkurangnya sel-sel otot polos
yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin
pria terhadap rangsangan.
c. Tidak
punya uang
Dengan
semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara
perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau
menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk
dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga
syarat, yaitu memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai
peranan di dalam menjalin masa tuanya.
d. Penyakit
obat-obatan[20]
Salah
satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu
jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia
sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter
dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obatan yang
digunakan.
Usia lanjut
memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan menurunnya fungsi
tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan dan lingkungan sekitar.
Penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh usia lanjut antara lain:[21]
a. Jantung
dan Serangan Jantung
Untuk mencegah
dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu makan
makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol
dalam darah, kurangi berat badan jika kita termasuk memiliki berat yang
berlebih (overweight), berhenti merokok, kurangi stress, cukup berolahraga
(misalnya jogging dan jalan kaki) atau melakukan aktifitas fisik yang lain,
kurangi konsumsi garam sampai 5 mg (atau sekitar 1 sendok teh dalam 24 jam) dan
hindari makanan gorengan dan bergaram.
b. Tekanan
darah Tinggi
Untuk mencegah
terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik seperti
olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan; jaga berat
tubuh agar pada kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti makan makanan
yang berasal dari buah dan sayuran, susu rendah kalori, minyak ikan, hindari
minuman beralkohol dan soft drink, berhenti merokok dan kurangi konsumsi garam
atau diganti dengan garam diet.
c. Arthritis
(reumatik)
Untuk
mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan latihan
fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan gaya hidup
yang sehat dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen berupa kalsium dan
vitamin D secara teratur bila tidak tercukupi dari makanan yang dikonsumsi,
lakukan olahraga angkat beban ringan secara teratur, hindari merokok dan
alkohol, lakukan tes tulang untuk melihat kondisi tulang kita.
d. Osteoporosis
(tulang rapuh)
Berikut
adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah dan rapuh,
yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin D setiap hari
(dapat diperoleh dari makanan/minuman atau sinar matahari); makan makanan yang
sehat yang mengandung vitamin A, Vitamin C, magnesium, seng dan protein , yang
dapat berasal dari susu, buah-buahan dan sayuran hijau dan berdaging; selalu
aktif secara fisik dapat membantu kesehatan tulang; jangan merokok karena bisa
merusak tulang dan menurunkan kadar estrogen dalam tubuh; dan hindari
pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas yang beresiko besar untuk terjatuh.
e. Diabetes
Untuk
mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan pagi,
jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan; pilihlah
makanan-makanan yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan rendah garam);
hindari konsumsi gula dan sirup, pilihlah gula diet; konsumsi sayuran dan buah
segar, ganti soft drink dengan jus buah tanpa gula atau air putih; makan
makanan dan snack yang sesuai (rendah gula) pada waktu-waktu tertentu dalam
sehari agar kadar gula darah bisa terjaga; dan yang terakhir yaitu selalu
lakukan kontrol ke dokter.
f. Kanker
Untuk
mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur secukupnya yang
dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai antioksidan), konsumsi teh
hijau secangkir sehari secara teratur
dapat mencegah kanker dan juga melindungi jantung, aktifitas fisik secara
teratur dan menjaga berat badan, juga menghindari bahan-bahan makanan yang
mempunyai efek karsinogenik dan menghindari dari bahan-bahan atau sumber
radiasi.
g. Ginjal
Sakit
ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal, menjaga
berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup, kurangi minum
kopi, hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau menggunakan produk
tembakau.
h. Pembesaran
prostat
Untuk
mencegahnya yaitu dengan teratur melakukan olahraga ringan, makan makanan yang
bergizi seperti sayuran dan buahan (kubis-kubisan, alpukat, kacang-kacangan,
labu, tomat, ikan dan minyak ikan), mengikuti pola makan sehat, tidak merokok,
tidak begadang, kurangi makanan pedas yang berlebihan, dan memeriksakan ke
dokter secara berkala.
i.
TBC
TBC
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba. Untuk pencegahannya yaitu
hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah berada di sekitar orang yang
mengidap penyakit batuk kronik, konsumsi makanan yang kaya akan vitamin,
mineral, kalsium, protein dan serat, hindari berada cukup dekat dengan orang
yang sedang batuk, olahraga teratur di tempat yang berudara segar dan sejuk.
Lakukan pemeriksaan jika menderita batuk agak lama.
j.
Penyakit mata
Penyakit mata
atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang lansia. Pencegahannya
yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C dan E seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, dan ikan. Kandungan katekin dalam teh hijau juga
membantu mencegah terjadinya katarak. Istirahatkan mata selama selama 5-30
menit jika kita sedang membaca (caranya: menutup mata atau menghadap ke suatu
arah tertentu, bernapas dalam dan menutup mata dengan telapak tangan). Gunakan
kacamata gelap jika sedang berada di luar di siang hari.
k. Alzheimer
(penyakit pikun)
Agar
tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan yang
bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya), ikan dan
minyak ikan, teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima), makanan yang
mengandung vitamin D (misalnya telur, susu), selalu aktif berpikir, tidur
teratur dan cukup, serta melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya.
Contoh lain dari menu lansia dalam satu hari misalnya sebagai berikut.
Masalah
gizi pada lansia[22]
a.
Kegemukan atau obositas
Keaadaan ini
disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung (lemak,
protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Kegemukan ini
biasanya terjadi sejak usia muda bahkan sejak anak-anak. Seseorang yang sejak
kecil sudah gemuk mempunyai banyak sel lemak yang bilamana konsumsi meningkat
cenderung sel lemak itu diisi kembali sehingga mudah menjadi gemuk. Proses
metabolisme yang menurun pada usia lanjut, bila tidak diimbangi dengan
peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang
berlebih akan di ubah menjadi lemak yang mengakibatkan kegemukan.
Kegemukan atau
obesitas akan meningkatkan resiko menderita penyakit jantung koroner 1-3 kali,
penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu
1-6 kali. Beberapa penyakit yang dihubungkan dengan kegemukan atau obesitas
antara lain :[23]
1.
Penyakit jantung koroner (PJK)
Menurut Kennedy
penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh
lain, tetapi malahan terjadi hipertrofi. Pada batas umur 30-90 tahun, masa
jantung bertambah ± 1 g per tahun pada laki-laki dan ± 1,5 g per tahun pada
wanita. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, kegemukan dan obesitas juga
merupakan faktor resiko penting yang memengaruhi terjadinya penyakit jantung
koroner.Penyakit jantung koroner ini terjadi jika ada penyempitan pembuluh
darah jantung oleh timbunan lemak (plak) sehingga jantung kekurangan oksigen.
Faktor resiko yang bisa dimodifikasikan antar lain kebiasaan merokok,
dislipidemia, kurang gerak, kegemukan, diabetes mellitus, stress, infeksi,
serta gangguan pada darah (fibrinogen, faktor thrombosis dan sebagainya).
2.
Hipertensi
Berat badan yang
berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh.
Akibatnya tekanan darah cenderung lebih tinggi. Di samping itu, pembuluh darah
pada usia lanjut lebih tebal dan kaku (arteriosklerosis) sehingga tekanan darah
akan meningkat. Bila disertai adanya plak di dinding dalam arteri dapat
menyebabkan sumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan strok (pecahnya
pembuluh darah). Jika sumbatan ini terjadi pada pembuluh darah otak dapat
menyebabkan lumpuh atau kematian. Bila sumbatan terjadi di jantung, maka akan
menyebabkan serangan angina atau infark yang juga dapat menyebabkan kematian.
Konsumsi natrium
(garam) yang berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Selain itu rendahnya
konsumsi kalsium, magnesium dan kalium dapat pula meningkatkan tekanan darah.
3.
Diabetes mellitus
Adalah suatu
keadaan/kelainan di mana terdapat gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan
protein yang disebabkan karena kekurangan insulin atau tidak berfungsinya
insulin. Hal ini dapat menyebabkan gula darah tertimbun dalam darah
(hiperglikemia) dengan berbagai akibat yang mungkin terjadi. Pada orang gemuk
atau obesitas, hiperglikemia terjadi karena insulin yang dihasilkan tidak
memenuhi kecukupan.
4.
Sirosis hepatitis
Pada usia lanjut
sirosis menunjukkan perjalanan penyakit dan gejala penyakit seperti yang
terdapat pada dewasa lain.
Lemak yang
berlebihan akan ditimbun dalam hati yang akan menyebabkan terjadinya perlemakan
hati, dan memicu terjadinya penyakit sirosis hepatitis. Disamping itu, sirosis
hepatitis juga disebabkan karena radang hati (hepatitis) akibat kebiasaan minum
alcohol yang berlebih. Sirosis ini dapat berkembang menjadi kanker hati.
b.
Kurang energi kronis (KEK)[24]
Kurangnya nafsu
makan yang berkepanjangan pada usia lanjut dapat menyebabkan penurunan berat
badan yang drastis. Pada orang tua, jaringan ikat mulai keriput sehingga
kelihatan makin kurus. Disamping kurangnya karbohidrat, lemak dan protein
sebagai zat gizi makro maka penderita KEK biasanya disertai kekurangan zat gizi
makro lain lain.
Penderita dengan
penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya juga menurun (misalnya
pada TBC, kanker). Seseorang dikatakan menderita KEK, bila IMT < 17, selain itu dari
pemeriksaan klinis dapat terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan
tulang-tulangnya menonjol.
Penyebab kurang
energy kronis (KEK) pada usia lanjut antara lain :
1. Makan
tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman.
2. Banyak
gigi yang tanggal/ompong sehingga untuk makan terasa sakit.
3. Nafsu
makan berkurang karena kurang aktivitas, kesepian, depresi, penyakit kronis,
efek samping dari obat, alcohol dan rokok.
c. Osteoporosis
(Keropos Tulang[25]
Masa
tulang telah mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45
tahun untuk pria. Bila konsumsi kalsium kurang, dalam jangka waktu lama akan
timbul osteoporosis. Osteoporosis pada wanita terjadi setelah dua tahun
menopause. Hal ini karena masa tulang wanita lebih kecil dari pada pria dan
pengaruh penurunan hormone estrogen pada wanita yang telah mengalami menopause.
Akibatnya tulang sangat rapuh dan mudah terjadi patah tulang, bilamana
mengalami jatuh. Kekurangan kalsium dalam waktu lama dapat menyebabkan
osteoporosis.
d. Gout
Gout dapat
timbul sebelum usia lanjut yang akan berlangsung sampai usia lanjut. Gout ini
lebih sering terjadi pada pria. Kelainan metabolism protein yang menyebabkan
asam urat dalam darah meningkat. Kristal asam urat akan menumpuk di persendian
yang menyebabkan rasa nyeri dan bengkak di sendi. Daerah sasaran gout yaitu ibu
jari kaki, telapak kaki, pergelangan dan lutut. Pada kulit sekitar permukaan
sendi yang terserang membengkak dan hangat dengan warna kemerahan → tua → ungu.
Pada penderita
gout perlu pembatasan konsumsi protein agar kadar asam urat dalam darah menurun.
Selain itu, asam urat yang berlebih dapat menjadi pencetus terjadinya batu
ginjal
I.
Daftar
Kepustakaan
Daradjat, Zakia,
1992. Peran Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta : Erlangga.
Daulay, Salim,
Agus. 2016. Diktat Untuk kalangan Sendiri.
IAIN : Padangsidimpuan.
Syah , Muhibbin,
1997. Psikologi Pendidikan, Bandung :
Rosda Karya.
Mari’at, Wiyati,
Samsanu, 2005. Psikologi Perkembangan,
Bandung : Rosda Karya.
F. O, Thomas,
Dea, 1985. Psikologi Agama , Suatu Pengenalan Awal, Jakarta :
Rajawali dan Yosogama.
W Jhon Santok
Life Span Development, Perkembangan Masa
Hidup, Edisi 5 Jilid 2. (Bandung : Erlangga, 2002),
Hidayati,
Wiji dan Sri Purnami. 2008. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Bidang
Akademik UIN Sunan Kalijaga
Yahya,
Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana
Izzaty,
Rita Eka, dkk. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Pres
Situart
dan Sundart. Keperawatan Medikal Bedah
1.2001. Jakarta: EGC
Mubarak Wahid
iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas
2. 2006. Jakarta: Sagung Seto
[1]
Dea Thomas F. O, Psikologi Agama , Suatu Pengenalan Awal, (Jakarta :
Rajawali dan Yosogama, 1985), hal. 112
[2]
Ibid., hal. 113
[3]
Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta :
Bidang Akademik Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008), hal. 154
[4]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,
(Bandung : Rosda Karya, 1997), hal. 65
[5]
Ibid., hal. 66
[6]
Ibid., hal. 67
[7]
Rita Eka Izzaty, Perkembangan Peserta Didik, (Yogyakarta : UNY Press,
2008), hal.172-176
[8]
Ibid., hal. 180
[9]
Samsanu Wiyati Mari’at, Psikologi
Perkembangan, (Bandung : Rosda Karya, 2005), hal. 99
[10]
Muhibbin Syah, Op. Cit., hal. 89
[11]
Zakia Daradjat, Peran Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1992), hal.
135
[12]
Ibid., hal. 135
[13]
Wiji Hidayati dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta :
Bidang Akademik Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008), hal.159
[14]
Ibid., hal. 160
[15]
Ibid., hal. 160
[16]
Ibid., hal. 161
[17]
W Jhon Santok Life Span Development, Perkembangan
Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 2. (Bandung : Erlangga, 2002), hal. 76
[18]
Situart dan Sundart. Keperawatan Medikal
Bedah 1. (Jakarta: EGC, 2001)., hal. 56
[19]
Ibid., hal. 57
[20]
Ibid., hal. 57
[21]
Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan
Komunitas 2. (Jakarta: Sagung Seto, 2006)., hal. 54-60
[22]
Situart dan Sundart, Op. Cit, hal.
121
[23]
Situart dan Sundart, Op. Cit., hal.
123
[24]
Mubarak Wahid iqbal,dkk, Op. Cit.,
hal. 124
[25]
Mubarak Wahid iqbal,dkk, Op. Cit.,
hal. 125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar