.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Minggu, 04 Desember 2016

WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG METODE KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM



WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG METODE KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA                          : ASRIANI
NIM                               : 1420100170




DOSEN PEMBIMBING ;
Hj. ASFIATI, S.Ag



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Wawasan Al-Qur'an tentang Metode Kurikulum PAP ” kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen. yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi tugas mata kuliah ini. Disamping itu, makalah ini dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang Belajar Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut masalah pembahasan yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Padangsidimpuan,   Oktober 2016

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... .. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. .. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A.    Konsep Kurikulum Pendidikan Islam.......................................................................... 3
B.     Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam............................................................ 8
C.    Al-Qur’an Tentang Metode Kurikulum Pendidikan Islam....................................... 11
BAB III KESIMPULAN ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 113

 


A.       PENDAHULUAN
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna, karena manusia dianugerahi fitrah, akal, qalb, dan nafs sehingga dengan semua anugerah itu manusia memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan potensi dirinya dalam mencapai kesempurnaan sebagai khalifah di bumi. Untuk mencapai kesempurnaan ini, manusia harus melalui suatu proses atau kegiatan ilmiah yang disebut dengan pendidikan. Pendidikan Islam yang berfalsafahkan al-Qur’an dan hadis sebagai sumber utamanya, menjadikan keduanya sebagai sumber utama pula dalam penyususunan kurikulum.
Dalam pendidikan Islam kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai harus direncanakan melalui kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pendidikan pada lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan pendidik dan anak didik.
Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
 Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Di samping itu, kurikulum hendaknya dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum sekolah telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilainilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap lulusan sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, fokus pembahasan dalam tulisan makalah  ialah bagaimana Wawasan Al-Quran tentang metode kurikulum pendidikan Islam.

B.        Konsep Kurikulum Pendidikan Islam
a.      Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.[1] Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya.
Secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.[2] Tujuan pendidikan yang ingin di capai itulah yang menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. Selain itu tujuan pendidikan dapat mempengaruhi stategi pemilihan teknik penyajian pendidikan yang dipergunakan untuk memberikan pengalaman belajar pada anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan.  Dengan kurikulum dan isi pendidikan inilah kegiatan pendidikan itu dapat dilaksanakan secara benar seperti apa yang telah dirumuskan.[3]
b.      Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Dari definisi tentang pengertian kurikulum di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum pendidikan Islam mempunyai empat unsur atau aspek utama yaitu:
1.            Tujuan
Tujuan pendidikan, sebagai komponen pertama dari kurikulum adalah sesuatu yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses pendidikan. Menurut Rahman ada dua istilah tujuan pendidikan yaitu:[4]
a)      Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kritis dan kreatif.
b)     Tujuan umum
Tujuan umum yaitu memungkinkan manusia memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan, dan keraturan dunia.
2.        Materi / Bahan Ajar
Materi/bahan ajar bisa berupa kitab kuning (seperti di pesantren-pesantren salaf), buku-buku, jurnal-jurnal, laporan-laporan hasil penelitian, dan apa saja yang dapat digunakan sebagai konteks untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Materi pada masa sekarang diatur dalam bentuk-nama-nama mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan nomenklatur keilmuannya.[5]
Dari mata pelajaran atau mata kuliah tersebut terdapat sekian banyak literatur yang berfungsi sebagai bahan atau sumber pembelajaran. Kemudian pembahasan kerangka materi seperti tersebut akan digunakan untuk melihat seperti apa bahan atau sumber pendidikan menurut Rahman. Misalnya, Rahman dengan mengacu kepada Alquran meminta manusia supaya mempelajari apa yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, alam semesta dan sejarah umat manusia.

3.            Metode Pendidikan
Metode pendidikan diperlukan untuk mengatur proses pembelajaran mulai dari persiapan sampai dengan melakukan evaluasi. John P. Miller, seorang ahli metode pembelajaran dari Ontario Institute for Studies in Education yang banyak melakukan kritik terhadap metode pembelajaran. Menurut Miller banyak peserta didik yang tidak tertarik belajar dikelas, bahkan mereka merasa tersiksa. Oleh karena itu, disusunlah model pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dengan diberi nama Humanizing The Classroom: Models of Teaching in Affective Education. Melvin L. Silberman mengemukakan 101 strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik.
Fazlur Rahman banyak melakukan kritik terhadap metode pendidikan umat Islam terutama abad pertengahan yang hanya sekedar mengulang-ulang pelajaran sampai hafal. Metode semacam ini disebut metode mekanis. Sebaliknya, Rahman menyarankan kepada umat Islam agar menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan melakukan observasi, analisis, dan eksperimen. Disamping itu, Rahman juga mengemukakan metode gerakan ganda. Metode ini dapat dipahami, dirumuskan kembali dan diterapkan dalam proses pembelajaran.
Metode pendidikan islam yang dikehendaki oleh Umat Islam pada hakikatnya adalah methode of education through the teaching of islam (metode pendidikan melalui ajaran islam) atas semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan menurut ajaran islam.[6]


4.            Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan telah dicapai peserta didik. Evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi yang dapat mengevaluasi semua proses pendidikan mulai dari awal sampai akhir, yang dapat mengevaluasi baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. William E. Blank mengemukakan suatu jenis evaluasi yang disebut dengan evaluasi performansi.
Menurut Blank hanya dengan evaluasi performansi seorang pendidik dapat mengetahui bahwa peserta didiknya telah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan atau belum. Kemudian, evaluasi jenis ini akan digunakan untuk melihat pemikiran pendidikan neomodernisme Rahman. Misalnya, sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa tujuan pendidikan menurut Rahman adalah untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi pribadi yang kritis dan kreatif yang memungkinnya memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan dan keteraturan dunia. Untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan ini telah dicapai oleh peserta didik, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap performansi peserta didik terutama dari sifat kritis dan kreatif, dari segi kemampuan memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan manusia, dan dari segi keberhasilannya menciptakan keadilan, kemajuan, serta keteraturan dunia.[7]

C.       Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam menuntut pengkajian kurikulum yang Islami yang tercermin dari sifat dan karakteristiknya. Kurikululum seperti itu hanya mungkin, apabila bertopang dan mengacu pada dasar pemikiran yang Islami pula, serta bertolak dari pandangan tentang manusia (pandangan antropologis) serta diarahkan pada tujuan pendidikan yang dilandasi kaidah-kaidah Islami.
Agar kriteria kurikulum pendidikan tersebut di atas dapat terpenuhi, maka dalam penyusunannya harus memepertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a.             Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras dengan fitrah insani, sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya, menjaganya dari penyimpangan, dan menyelamatkan.
b.             Kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat, dan beribadah kepada Allah. Disamping itu, untuk merealisasikan  pelbagai aspek tujuan tidak lengkap seperti aspek psikis, fisik, sosial, budaya, maupun intelektual. Berbagai aspek tujuan pendidikan tidak lengkap ini, berfungsi dalam rangka meluruskan dan mengarahkan pola hidup yang selanjutnya bermuara pada tujuan akhir atau tujuan asasi pendidikan.[8]
c.              Penahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodisasi perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) nya seperti karakteristik kekanakan, kepriaan dan kewanitaan. Demikian pula fungsi serta peranan dan tugas masing-masing dalam dalam kehidupan sosial.
d.            Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nashnya, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dan tetap bertopang pada jiwa dan cita ideal Islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai umat Islam serta tetap mendukung dengan kesadaran dan harapan akan pertolongan Allah, serta ketaatan kepada Rasul-Nya yang diutus untuk ditaati dengan izin Allah. Dalam hal tersebut, kurikulum tersebut tetap memeperhatikan dan memelihara berbagai kepentingan umat sesuai dengan kondisi dan lingkungannya yang dilimpahkan Allah, seperti iklim tropis ataupun kondisi alam yang memungkinkan pola kehidupan agraris, industrial ataupun masyarakat dagang, baik perdagangan laut maupun darat, dan seterusnya.
e.             Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tersebut hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan, bahkan sebaliknya terarah pada pola hidup islami. Dengan kata lain kurikulum tersebut berpulang untuk menempuh kesatuan. Kepada mereka diberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengalaman dalam menggali dan menyingkap rahasia segala yang ada serta keberadaannya, hukum aturan dan keteraturannya serta kejadiannya.[9]
f.               Hendaknya kurikulum itu realistik, dalam arti bahwa ia dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat di Negara yang akan melaksanakannya.
g.             Hendaknya metode pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum itu bersifat luwes/ fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi tempat, dengan mengingat pula faktor perbedaan individual yang menyangkut bakat, minat serta kemampuan siswa untuk menangkap, mencerna dan mengolah bahan pelajaran yang bersangkutan.
h.             Hendaknya kurikulum itu efektif, dalam arti menyampaikan dan menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkat laku positif serta meningkatkan dampak efektif (sikap) yang positif pula dalam jiwa generasi muda. Untuk itu diperlukan pemanfaatan metode pendidikan yang memadai sehingga melahirkan dampak mendalam, berupa berbagai kegiatan islam yang efisien. Dengan kata lain, metode pendidikan yang digunakan itu hendaknya memungkinkan pelaksanaannya, mudah ditangkap dan diserap siswa, serta membuahkan hasil yang manfaat.
i.               Kurikulum itu hendaknya, memeperhatikan pula tingkat perkembangan siswa yang bersangkutan, misalnya bagi suatu fase perkembangan tertentu diselaraskan dengan pola kehidupan dan tahap perkembangan keagamaan dan pertumbuhan bahwa bagi fase tersebut.[10]

D.      Al-Qur’an Tentang Metode Kurikulum Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai institusi sosial mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangkah mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam kepada pemeluknya, baik secara individu maupun masyarakat. Secara metodologi, pendidikan Islam dituntut agar mampu mensosialisasikan dan mengintegralisasikan nilai-nilai spiritual kepada masyarakat, sekaligus mampu mengakomodasi perkembangan masyarakat serta mampu memberikan jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[11] Untuk mengatasi peroblema di atas, maka pendidikan Islam tidak ada alternatif lain kecuali merujuk pada nilai-nilai dasar pendidikan Islam yakni al-Qur’an dan Hadis, termasuk metode penerapannya. Namun agar tulisan ini lebih terarah dan menghasilkan temuan yang lebih spesifikasi, maka tulisan ini hanya difokuskan pada al-Qur’an.
Al-Qur’an memuat nilai-nilai normatif pendidikan Islam, tidak terkecuali metode pendidikan Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Fadhil al-Jamaly, bahwa gaya bahasa (uslub) dan ungkapan (tadbir) yang terdapat dalam al-Qur’an menunjukkan bahwa ayat-ayat itu mengandung metode pendidikan dengan corak dan ragam yang berbeda-beda sesuai dengan waktu dan tempat serta sasaran (khitab) yang dihadapi.[12] Armai Arif secara lebih tegas mengatakan bahwa motode pendidikan Islam dan penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikan selalu berorientasi kepada pembentukan dan pengembangan manusia seutuhnya.
Karenanya materimateri yang disajikan dalam al-Qur’an selalu menyentuh jiwa, akal dan raga manusia. Itulah sebabnya dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengaitkan keterampilan dan kekuasaan manusia, antara lain QS. Al-Anfal/8: 17.

Demikian luas dan dalamnya makna yang tersirat pada ayat-ayat pendidikan dalam al-Qur’an, dan memiliki karakteristik masing-masing, sehingga memberi kesan bahwa setiap ayat pendidikan itu memiliki metode tersendiri. Dengan begitu, upaya untuk mencermati metode pendidikan dalam al-Qur’an menjadi suatu keharusan, agar ditemukan rumusan-rumusan metode pendidikan dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan atau dasar metode pendidikan dalam Islam, dan pada akhirnya diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan metode pendidikan yang terus mengalami perkembangan seiring dengan kebutuhan umat manusia. [13]


E.        Kesimpulan
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui seseorang, baik orang itu guru atau juru latih, atau ayah atau yang lainnya, meliputi semua unsur-unsur proses pendidikan dan semua unsur-unsur rencana pendidikan yang di ikuti oleh guru, atau pendidik, atau institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya, meliputi tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian, kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat yang menguatkannya, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga peraturan di antara mereka dan pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-proses dan alat-alat penilaian.
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna ( insan kamil ) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H. M. T.th. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Zainal. 2011. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamdani, Ihsan. 2001. Filsafat Peendidikan Islam: untuk fakultas Tarbiyah komponen MKK. Yogyakarta: Pustaka Setia.
Jalaluddin, Abdullah Idi. 2002. Filsafat Pendidikan(Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Langgulung, Hasan. 2003. Asas-Asas pendidikan islam, Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.
Nizar Ali dan Sumedi, 2010. Antologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: PPS UIN Sunan Kalijaga dan Idea Press.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Terjemahan Hasan Langgulung.
Siregar, Maragustam. 2010. Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam). Yogyakarta: Nuha Litera.
Sutrisno, 2006. Pendidikan Islam yang Menghidupkan, Yogyakarta: Kota Kembang.
Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Bandung:  Pustaka Setia.
Zuhairini dkk, 1994. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.


[1] Arifin, H. M. T.th. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)., hal. 84-85
[2] Zainal Arifin. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011),   hal. 2-3
[3] Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan(Manusia, Filsafat dan Pendidikan), (Jakarta: Gaya Media Pratama.2002), hal. 124-125               
[4] Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan, (Yogyakarta: Kota Kembang. 2006),  hal. 8
[5] Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979.),. hal. 478
[6] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung:  Pustaka Setia, 1997), hal. 128
[7] Zuhairini dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 19940,  hal. 152
[8] Nizar Ali dan Sumedi. Antologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: PPS UIN Sunan Kalijaga dan Idea Press. 2010),  hal. 232
[9] Hasan Langgulung. Asas-Asas pendidikan islam, (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru. . 2003), hal. 4-5
[10] Hamdani, Ihsan. Filsafat Peendidikan Islam: untuk fakultas Tarbiyah komponen MKK. (Yogyakarta: Pustaka Setia, 2001),  hal. 148-150
[11] Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta, Amzah: 2010 ), hlm.163.
[12] Nur Uhbiyata dan Abu ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam,( Bandung, Pustaka Setia : 1997). Hlm.216.
[13] Ahmad Munjid Nasih dan Lilik Nur Kholidah,  Metode dan teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung, PT Refika Aditama : 2009 ). Hlm.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar