.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Sabtu, 10 Desember 2016

PANDANGAN ISLAM TERHADAP REHABILITASI SOSIAL



PANDANGAN ISLAM TERHADAP
REHABILITASI SOSIAL


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA                              : IDA RAHMI SIREGAR
NIM                                  : 1430200062


DOSEN PEMBIMBING :
SYAHRAN, S.A.P, MM




JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2016/2017


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya bagi Allah atas segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pandangan Daakwah Terhadap Rehabilitasi Sosial”.
Dalam penyusunan dan penulisannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan kepercayaan yang begitu besar.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

                                                          Padangsidimpuan,    Desember 2016




                                                                      Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................   i
DAFTAR ISI...............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................   1
A.    Latar Belakang ................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................   2
A.    Rehabilitasi Sosial............................................................................   2
B.     Rehabilitsi Sosial dalam Pandangan Dakwah..................................   2
C.     Pola Perubahan Sosial dari Dakwa..................................................   6
BAB III PENUTUP....................................................................................   9
A.    Kesimpulan......................................................................................   9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................   10
  




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Profil Indonesia yang cukup rawan bagi terjadinya bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan semakin banyaknya bencana sosial berupa kerusuhan dan terorisme yang mengakibatkan korban jiwa maupun disabilitas raga menjadi salah satu trigger bagi tumbuh kembangnya peminatan kebutuhan jasa profesional psikologi di bidang rehabilitasi terutama bagi survivor. Fenomena ini menunjukkan semakin pentingnya keberadaan jasa layanan dari Psikolog rehabilitasi dalam penanganan psikologis maupun fisik bagi penyandang disabilitas fisik, psikis, dan sosial secara individual maupun komunitas.
Prinsip rehabilitasi yang dilakukan ahli psikologi kesehatan maupun Psikolog dapat mengacu pada rencana aksi WHO dibidang rehabilitasi untuk tahun 2006-2011 yaitu semua penyandang disabilitas dapat hidup dalam kesamaan hak dan kesempatan. Oleh karena itu orientasi kerja yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran tentang konsekuensi dari disabilitas; memfasilitasi pengumpulan dan analisa data terkait dengan disabilitas dan informasinya; mendukung, mempromosikan dan memperkuat layanan kesehatan dan rehabilitasi pada individu dengan disabilitas dan keluarganya; mendukung pengembangan dan penggunaan pemanfaatan teknologi pada penyandang disabilitas; mendukung pengembangan , penerapan, dan pemantauan kebijakan terkait dengan hak dan kesempatan penyandang disabilitas; serta membangun kapasitas kesehatan dan rehabilitiasi para pembuat kebijakan dan penyedia layanan .
Tidak terlepas dari itu, dakwah juga memiliki peranan penting dalam membantu para penyandang rehanilitasi social. Dahwah dalam hal ini sangat ditekankan oleh Rasulullah dengan tujuan menimbulkan kembali semangat hidup penyandang rehabilitasi social tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula) atau  perbaikan anggota tubuh yg cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat di masyarakat.[1]
Jadi apabila kata rehabilitasi dipadukan dengan kata sosial, maka rehabilitasi sosial bisa diartikan sebagai pemulihan kembali keadaan individu yang mengalamai permasalahan sosial kembali seperti semula. Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang ditujukan untuk mengintegrasikan kembali seseorang ke dalam kehidupan masyarakat dengan cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.
Seseorang dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial serta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi. Semisal terdapat seseorang yang mengalami permasalahan sosial seperti gelandangan atau pengemis, maka mereka akan dicoba untuk dikembalikan kedalam keadaan sosial yang normal seperti orang pada umumnya. Mereka diberi pelatihan atau keterampilan sehingga mereka tidak kembali lagi menjadi gelandangan atau pengemis dan bisa mencari nafkah dari keterampilan yang ia miliki tadi.
Dijaman sekarang ini sudah banyak panti-panti rehabilitasi sosial yang banyak menampung berbagai orang yang mengalami gangguan sosial seperti panti rehabilitasi anak jalanan, gelandangan dan pengemis(gepeng), tuna wisma, tuna susila, panti rehabilitasi narkoba dll.

B.     Rehabilitsi Sosial dalam Pandangan Dakwah
a.       Sasaran Rehabiitasi
Sasaran rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari aspek jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada petugas-petugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah dan swasta serta organisasi sosial yang terkait.
Yang menjadi sasaran dan obyek penyembuhan, pembinaan, rehabilitasi dan psikoterapi adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan pada:
a)      Membina Jiwa/Mental
Yaitu sesuatu yang menyangkut batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan/tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang di perhatikan, melainkan juga pembangunan psikis. Disini mental dihubungkan dengan akal, fikiran, dan ingatan, maka akal haruslah dijaga dan dipelihara olah karena itu dibutuhkan mental yang sehat agar tambah sehat. Sesungguhnya ketenangan hidup, ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup tidak hanya tergantung pada faktor luar saja, seperti ekonomi, jabatan, status sosial dimasyarakat, kekayaan dan lain-lain, melainkan lebih bergantung pada sikap dan cara menghadapi faktor-faktor tersebut. Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental/jiwa, kesehatan mental dan kemampuan menyesuaikan diri.[2]
Dalam dakwah islam, ada tiga pola yang dikembangkan untuk mengungkap metode perolehan dan pemeliharaan kesehatan mental: Pertama, metode tahalli, takhalli, dan tajalli; Kedua, metode syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat; dan ketiga, metode iman, islam, dan ihsan. Di sini, kita lebih cenderung memilih pola yang ketiga.
1)      Metode Imaniah[3]
Iman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-amanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam menghadapi problem hidup.
2)      Metode Islamiah
Islam secara etimologi memiliki tiga makna, yaitu penyerahan dan ketundukan (al-silm), perdamaian dan keamanan (al-salm), dan keselamatan (al-salamah). Realisasi metode Islam dapat membentuk kepribadian muslim (syakhshiyah al-muslim) yang mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap kondisi. Kondisi seperti itu merupakan syarat mutlak bagi terciptanya kesehatan mental. Kepribadian muslim menimbulkan lima karakter ideal.
3)      Metode Ihsaniah
Ihsan secara bahasa berarti baik. Orang yang baik (muhsin) adalah orang yang mengetahui akan hal-hal baik, mengaplikasikan dengan prosedur yang baik, dan dilakukan dengan niatan baik pula. Metode ini apabila dilakukan dengan benar akan membentuk kepribadian muhsin (syakhshiyah al-muhsin) yang dapat ditempuh melalui beberapa tahapan. [4]
b)      Membina Spiritual
Yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan, seperti syirik, fasik dan kufur, penyakit ini sulit disembuhkan karena berada dalam diri setiap individu, oleh karena itu ada bimbingan serta petunjuk dari Allah, Rasul, dan hamba-hambanya yang berhak, maka penyakit itu tidak akan pernah disembuhkan dengan mudah, dan faktor penentu penyembuhan tetap ada pada diri dan tekad seseorang untuk sembuh.[5]
Sebagaimana disebutkan bahwa ranah spiritual esensinya bukanlah materi atau jasadiah akan tetapi ia merupakan konsep metafisika yang pengkajiannya melalui pendalaman kejiwaan yang seringkali disandarkan pada wilayah agama. Islam sebagai salah satu agama yang diturunkan oleh Allah SWT juga tidak terlepas dari ajaran spiritual yang melambangkan kesalahenan pribadi seorang muslim.
Dalam hal ini, Allah SWT menjelaskan dalam surat Asy-Syams ayat 7-10 sebagai berikut:
<§øÿtRur $tBur $yg1§qy ÇÐÈ   $ygyJolù;r'sù $yduqègéú $yg1uqø)s?ur ÇÑÈ   ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ   ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ÇÊÉÈ  
Artinya : 7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, 10. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Menjaga dan membina jiwa hanya dapat dengan tunduk kepada semua aturan Allah, beribadah kepada-Nya, selalu ingat dan bertaqarrub kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan itulah jiwa terbina membentuk pribadi yang teguh memegang kebenaran dan keadilan untuk mencapai kesempurnaan hidup, kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak, Insya Allah. Jiwa inilah yang akan mencapai ketenangan dan ketentraman dan jiwa inilah yang akan mendapatkan penghormatan yang tinggi dan agung mendapatkan panggilan yang penuh rindu dan kasih sayang-Nya.[6]
c)      Membina Fisik (Jasmani)
Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi kecuali jika Allah SWT menghendaki kesembuhan, terapi sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis, seperti lumpuh, jantung, dan lain-lain. Terapi ini dilakukan jika seseorang tidak kunjung sembuh dari sakitnya disebabkan karena dosa-dosa yang telah dilakukan, seperti kulit kehitam-hitaman bahkan lebih kotor lagi(borok yang sangat menjijikkan) padahal mereka sudah mencoba berbagai macam upaya agar bisa sembuh dari penyakit itu.[7]

C.    Pola Perubahan Sosial dari Dakwah
Perubahan sosial dapat terjadi dalam segala bidang yang wujudnya dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Berikut ini Soekanto mengemukakan beberapa bentuk perubahan sosial, yaitu:[8]
1.               Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat. Apabila perubahan terjadi secara lambat, maka akan mengalami rentetan perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam jangka  waktu yang cukup lama,  perkembangan perubahan ini termasuk ke dalam evolusi. Perubahan secara evolusi ini dapat diamati berdasarkan batas waktu yang lalu sebagai patokan atau tahap awal sampai masa sekarang yang sedang berjalan. Sedangkan penentuan kapan perubahan itu terjadi, tergantung pada kita sendiri menentukan tahap awal atau patokan waktu tertentu. Perubahan sosial yang terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, umumnya disebut revolusi. Seperti yang terjadi di Eropa yaitu revolusi industri yang menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses prosuksi barang-barang industri. Akibatnya mengubah sendi-sendi kehidupan. Seperti juga isi Proklamsi 17 Agustus 1945 merupakan perubahan yang mendasar mengenai pernyataan kemerdekaan Indonesia.
2.               Perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang mempengaruhi unsur-unsur kehidupan masyarakat. Akan tetapi perubahan ini dianggap tidak memiliki arti yang pent­ing dalam struktur. Seperti perubahan mode pakaian. Perubahan yang  pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat mempenga­ruhi lembaga-lembaga masyarakat, misalnya perubahan jam kerja bagi pegawai negeri sipil yaitu dari jam 08.00 sampai jam 16.00 dan hari Sabtu merupakan hari libur. Perubahan membawa pengaruh terhadap pendidikan keluarga di rumah apalagi bagi suami istri yang bekerja, maka pendidikan anak diserahkan pada orang lain.
3.               Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki. Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang memang telah direncanakan sebelumnya terutama oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijaksanaan. Misalnya penerapan program Keluarga Berencana untuk membentuk keluarga kecil yang sejahtera. Selain itu, di samping menurunkan  angka pertumbuhan penduduk. Perubahan yang tidak dikehendaki umumnya beriringan dengan perubahan yang dikehendaki. Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka sumber alam desa akan mudah dipasarkan ke kota, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk desa menjadi terangkat. Tetapi lancarnya hubungan desa dengan kota menyebabkan mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan masuknya budaya kota terutama yang bersifat negatif, seperti mode yang dipaksakan, minuman  keras. VCD porno, dan keinginan penduduk desa untuk memiliki barang-barang yang besifat konsumtif bertambah besar, dll.
Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat atau perubahan menjadi kemajuan/kemunduran masyarakat, tergan­tung keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan. Berdasarkan hal itu, maka perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut.
a.       Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan, dan
b.      Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Secara garis besar, ada dua pola pengertian yang selama ini hidup dalam pemikiran dakwah, Pertama, bahwa dakwah diberi pengertian tabligh/penyiaran/penerangan agama. Kedua, bahwa dakwah diberi pengertian semua usaha untuk merealisir ajaran Islam dalam semua segi kehidupan agama.
Aktualisasi sistem dakwah disertai  dengan serangkaian masalah yang kompleks. Pertama, ketika dakwah Islam diccanangkan dalam masyarakat yang belum Islam oesan Islam oleh masyarakat setempat dipandang asing/pendatang. Penerimaan terhadap pesan dakwah dibarengi dengan sikap kritis berupa penilaian : apakah Islam “sejalan dengan apa yang elah dimiliki atau bahkan bertentangan secara diametral. Disini dakwah dihadapkan dengan pilihhan yang kadangkala dapat mengaburkan pesan itu sendiri. Sinkritisme baik dalam bentuk lama maupun yang baru menyangkut kebijaksanaan da’i dalam mengatasi pilihan ini.
Kedua, bahwa pemilikan Islam sebagai hasil kegiatan dakwah berjalan secara lambat atau secara cepat. Ketika Islam mulai dipeluk dan kenyataan sosial baru menampakkan diri, penghayatan terhadap aaran Islam oleh para pemelukmua mulai mendapat tantangan baruyaitu adanya keterbatasan untuk menangkap dan kemampuan memberikan kerangka terhadap kenyataan baru berdasarkan ajaran Islam dapat melahirkan sikap atau anggapan bahwa Islam tidak memiliki relevansi dengan kenyataan. Disini dakwah Islam dihadapkan dengan kemampuan menterjemahkan kembali ajaran Islam agar tetap memiliki kesinambungan dengan kenyataan baru.
Ketiga, ketika perubaan sosio-kultural semakn kompleks menyebabkan masalah kemanusiaan semakin meluas, dakwah Islam dihadapkan dengan keharusan memberikan jawaban yang elas menyangkut kepentingan manusia dalam berbagai segi kehidupan. Penataan lembaga dakwah dimulai kembali, perumusan pesan ditinjau kembali, penanganan masalah secara kongkrit harus dikedepankan, secara keseluruhan sistem dakwah harus ditinjau kembali baik efektivitas, efisiensi maupun jangkauan penanganan masalah yang dihadapi.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Rehabilitasi mangandung makna pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yg dahulu (semula) atau  perbaikan anggota tubuh yg cacat dan sebagainya atas individu supaya menjadi manusia yg berguna dan memiliki tempat di masyarakat.
Dakwah sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dimana pembangunan dilakukan saling melengkapi proses pembangunan ekonomi. Pembangunan Sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial, namun hal yang paling terpenting adalah bagaimana menjaga tingkat kereligiusan sebagai modal utama dalam setiap aspek kehidupan.
Sasaran rehabilitasi adalah individu sebagai suatu totalitas yang terdiri dari aspek jasmani, kejiwaan dan sebagai anggota masyarakat. Sasaran rehabilitasi cukup luas, karena tidak hanya terfokus pada penderita cacat saja, tetapi juga pada petugas-petugas panti rehabilitasi, orang tua dan keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga pemerintah dan swasta serta organisasi sosial yang terkait.


DAFTAR PUSTAKA
Bastaman, H. D. 1995. Integrasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi Islami. Daradjat, Zakiah. 1982. Islam Dan Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung Agung.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Hamdan Bakran Adz-Dzaky, 2001. Konseling Dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka, Yogyakarta.
Ruslan,H.M, 2008. Menyingkap Rahasia Spiritualitas Ibnu ‘Arabi . Cet.I; Makassar:Al-Zikra.


[1] Departemen KBBI, 1998:92).
[2] Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2001), hal. 87
[3] Bastaman, H. D. Integrasi psikologi dengan Islam, menuju psikologi Islami. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hal. 76
[4] Zakiah Daradjat. Islam Dan Kesehatan Mental. (Jakarta: PT Gunung Agung. 1982), hal. 102
[5] Hamdan Bakran Adz-Dzaky, op. Cit., hal. 76
[6] Ruslan,H.M, Menyingkap rahasia spiritualitas Ibnu ‘Arabi ( Cet.I; Makassar:Al-Zikra,2008), hal.16
[7] H. D Bastaman, Op. Cit, hal. 65
[8] H. D Bastaman, Op. Cit, hal. 69



Tidak ada komentar:

Posting Komentar