.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Kamis, 08 Desember 2016

PERANG SALIB DAN INVASI MONGOL



PERANG SALIB DAN INVASI MONGOL





D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
1.      YUNI KARTIKA                              1510300008
2.      NURMALIA                                      1510300004



Dosen Pengampu:
MAHMUDDIN SIREGAR

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas Ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai “Perang Salib dan Invasi Mongol” yang telah kami susun secara sistematis dan materi yang di sajikan kami ambil dari sumber-sumber terpercaya.
Makalah ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi belajar mahasiswa dan dapat bermanfaat bagi  mahasiswa, khususnya dalam masalah disajikan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa mendatang. Terima kasih.




                                                            Padangsidimpuan,      Desember 2016




                                                            Penulis


DAFTAR ISI

KATAR PENGANTAR .................................................................        i
DAFTAR ISI ...................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................        1
A.    Latar Belakang ......................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................        2
A.    Sejarah Perang Salib  .............................................................        2
B.     Invasi Mongol ........................................................................        8
BAB III PENUTUP ........................................................................        11
A.    Kesimpulan.............................................................................       11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejak kekuasaan Bani Abbasiyah didominasi oleh orang-orang Turki, Buwaihi dan Saljuk, Otoritas kekuasaanya tidak mempunyai pengaruh politik sama sekali dan dapat dikatan hanya sebagai boneka saja. Hal ini ditandai dengan melemahnya kepatuhan dinasti-dinasti kecil yang berada dibawah taring kekuasannya. Perpecahan dikalangan umat islam membuka jalan bagi rezim-rezim non-muslim seperti Mongol dan pasukan dari Negara-negara Eropa untuk menguasai Negara Islam dan peradabannya.
Perang salib menyebabkan banyak kerugian dikalangan umat Islam terutama dalam aspek politik. Imeprium Islam dihancurkan secara sistematik.  Belum lagi kedatangan orang-orang Mongol yang membawa malapetaka dan bencana terhadap umat Islam melalui pembantaian, sistem perbudakan dan bebean pajak yang tinggi. Bahkan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan takut pula dibumi hanguskan oleh Hulagu Khan dan pasukannya.
Untuk mengetahui sejauh mana proses dan dampak yang ditimbulkan dari serangan-serangan (invasi) bangsa Mongol dan perang salib tersebut, maka ini faktor latar belakang kami sebagai pemakalah dalam menyusun makalah ini. Dan kami akan mengurainya secara jelas.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perang Salib
a.       Timbulnya Perang Salib
Perang salib (The Crusader War) adalah serangkaian perang agama selama hampir dua abad sebagai reaksi kristen eropa terhadap Islam asia. Perang ini terjadi karena sejumlah kota dan tempat suci Kristen diduduki Islam sejak 632, seperti di Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia. Militer Kristen menggunakan salib sebagai simbol yang menunjukkan bahwa perang ini suci dan bertujuan membebaskan kota suci baitul maqdis (Yerusalem) dari orang Islam.
Perang salib awalnya disebabkan adanya persaingan pengaruh antara Islam dan Kristen. Penguasa Islam AIP Arselan yang memimpin gerakan ekspansi yang kemudian dikenal dengan “Peristiwa Manzikart”.[1]
Pada tahun 464 H (1071 M), tentara ALP Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salip. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan Dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir.[2]
Menurut Phillip K. Hittin, Perang Salib adalah reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Dilihat dari sudut lain, maka faktor-faktor yang turut menimbulkan perang salib ialah keinginan mengembara kemiliteran bangsa Tentonia. Akan tetapi, yang merupakan penyebab langsung terjadinya perang salip ialah permintaan kaisar Alexius Comnenus tahun 1095, kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium ini meminta bantuan dari Romawi, karena daerah-daerahnya yang tersebar sampai ke pesisir laut Marmura ditindas-binasakan oleh Bani Saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel pusat kekuasaan Romawi diancam direbut oleh kaum muslimin.[3]
b.      Sebab-sebab Perang Salib
Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya perang salip. Adapun yang menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perang salib, ada tiga hal, yaitu agama, politik, dan sosial ekonomi.
a)            Faktor agama
Sejak dinasti Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fathimiyah pada tahun 1070 M, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana karena penguasa Saljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Umat Kristen merasa perlakuaan apara penguasa Dinasti Saljuk sangat berbeda dari para penguasa islam lainnya yang pernah berkuasa di kawasan itu sebelumnya.
b)            Faktor politik
Ketika itu dinasti Saljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, dan Dinasti Fathimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan islam di Spanyol semakin goyang. Situasi yang demikian, mendorong para penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu daerah kekuasaan islam, seperti dinasti kecil di Edessa dan Baitul Maqdis.
c)            Faktor sosial ekonomi
Stratifikasi sosial masyarakat eropa ketika itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan, serta kesatria, dan rakyat jelata. Meskipun merupakan mayoritas dalam masyarakat, kelompok yang terakhir ini menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina. Oleh karena itu, mereka di mobilisasi oleh pihak-pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik apabila perang dapat di menangkan. Mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan melibatkan diri dalam perang tersebut.[4]
c.       Peradaban Islam Pada Masa Perang Salib
Para sejarawan berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi perang salib. Prof. Ahmad Syalabi dalam At-Tarikh Al Islami wa Al-Hadharat Al-Islamiyyah misalnya, membagi periodisasi perang salib itu terbagi atas tujuh periode.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A, bahwa perang salib dapat dibagi dalam 3 periode. Menurut Phillip K. Hitti dalam The Arabs A Short History, pembagian perang salib yang lebih tepat adalah sebagai berikut:
1.      Periode penaklukkan (1096-1144 M)
2.      Periode reaksi umat islam (1144-1192 M)
3.      Periode perang Saudara kecil-kecilan atau periode kehamcuran dalam pasukan salib (1192-1291 M). disebut Perang Saudara kecil-kecilan atau periode ini mudah dikenal disemangati ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat materi daripada motivasi agama.[5]
a)      Periode pertama (1095-1147 M)
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju konstantinopel, kemudian ke palestina. Tentara salib yang dipimpin oleh Gudfrey, Bohemond, dan Raymond, ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai Raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan II di Timur. Bohemond dilantik sebagai rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (15 Juli 1099 M) dan mendirikan kerajaan Latin II dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukkan Baitul maqdis itu, tentara salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, rajanya adalah Raymond.[6]
b)      Periode kedua (1147-1179 M)
Pada tahun 1147-1179 M dipimpin oleh raja Louis VII dari Perancis, Kaisar Krurad dari jerman, dan putra Roger dari Sisilia. Menyambut kedatangan angkatan kedua Salibiyah, muncullah pahlawan Nuruddin Zanki, Putra Imanuddin Zanki dan tentara Salib II tidak dapat berbuat banyak, bahkan dimana-mana dapat dikalahkan.
Di Mesir peperangan salib ini melahirkan pahlawan yang termansyur namanya ialah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi. Dengan pimpinan Shalahuddin ini bahkan tentara Islam dapat merebut kembali Baitul Maqdis, kota yang menjadi tujuan tentara salib.[7]
c)      Periode ketiga
Tentara Salib pada periode ketiga ini dipimpin oleh raja jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibti.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat Raja mesir dari Dinasti Ayyubiyah. Waktu itu, Al-Malik Al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain, Frederick bersedia melepaskan dimyat, sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina. Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa Pemerintahan Al-Malik Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalwun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.[8]
Demikianlah perang salib yang terjadi di timur. Perang ini tidak hanya berhenti di barat, di Spanyol, sampai akhirnya umat Islam terusir dari Spanyol Eropa. Akan tetapi, meskipun demikian mereka tidak dapat menurunkan bendera Islam dari Palestina.[9]
d.      Dampak Perang Salib
a)            Di Eropa
Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa kedalam kontak langsung dengan dunia muslim dan terjadinya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Pengetahuan orang timur yang maju memberi daya dorong besar bagi pertumbuhan intelektual Eropa Barat.
Keuntungan Perang Salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting,seperti kompas pelaut, kincir angin dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang. Ketika kembali ke Eropa, mereka mendirikan sebuah pasar khusus untuk barang-barang timur. Orang barat mulai mnyadari kebutuhan akan barang-barang timur, dan karena kepentingan ini perdagangan antara timur dan barat menjadi lebih berkembang.

b)   Dunia Islam
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Perang Salib dimenangakan oleh umat Islam, akan tetapi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perang salib sangat banyak, termasuk dalam segi perekonomian, karena Perang Salib terjadi di daerah kekuasaan Islam, meskipun umat Kristen juga tidak kalah merugi.
Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat.
Selain Ekonomi, beberapa dampak negatif dan kerugian dunia Islam akibat Perang Salib adalah sebagai berikut:[10]
-          Politik
Kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad
-          Militer
Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang.
-          Perindustrian
Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
-          Pertanian
Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
-          Perniagaan
(rangkuman)Orang barat memakai sistem perdagangan Islam yang menggunakan uang sebagai alat tukar dalam jual beli. Karena sebelumnya mereka masih menggunakan sistem barter.
-          Ilmu pengetahuan dan kesehatan
Ilmu astronomi yang sudah dikembangkan oleh umat Islam sejak abad ke-9 telah pula memepengaruhi lahirnya berbagai observatorium di Barat. Selain itu bangsa barat juga meniru adanya rumah sakit, sebagaimana sudah berkembang lama di dunia Islam.

B.     Invasi Mongol
a.       Sebab-Sebab Invasi mongol
Serangan-serangan yang dilakukan oleh Mongol memiliki latar belakang yang menjadi motivasi mereka untuk melakukan penyerang tersebut. Maidir Harun dan Firdaus[11] memaparkan bahwa ada beberapa hal yang menjadi motivasi bagi Mongol untuk melakukan serangan, sebagai berikut:
1.       Faktor Politik
Pada tahun 615 H. sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar dibunuh atas persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka dirampas dan dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan tuduhan mata-mata Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Jenghis Khan. Jenghis Khan mengirimkan pasukan kepada Sultan Khawarizmi untuk meminta agar wali Utrar diserahkan sebagai ganti rugi kepadanya. Utusan ini juga dibunuh oleh Khawarizmi Syah sehingga Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan penyerangan terhadap wilayah Khawarizmi.[12]
Sedangkan menurut Muhammad Masyhur Amin, bahwa faktor politik yang menyebabkan bangsa Mongol melakukan penyerangan ke wilayah Islam adalah pertama, karena Sultan Alauddin Muhammad Khawarizmi Syah memasukkan daerah suku Qarahatun ke dalam kekuasaannya pada tahun 1210 M., sehingga wilayahnya langsung berbatasan dengan wilayah kerajaan Jenghis Khan. Kedua, pembataian pedagang Mongol disebabkan karena tiga orang Islam saudagar besar bersama rombongan-nya dibunuh dan dirampas barang dagangannya oleh orang-orang Mongol di Ibu Kota Qoraqarun. Oleh sebab itu, amir Ghayun Khan diperintahkan oleh Sultan Alauddin agar membunuh 150 orang pedagang Mongol yang ada di Utrar.[13]
2.         Motif Ekonomi
Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa penaklukan-penaklukan dilakukannya adalah semata-mata untuk memperbaiki nasib bangsanya, menambah penduduk yang masih sedikit, membantu orang-orang miskin dan yang belum berpakaian. Sementara di wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban maju, tetapi kekuatan militernya sudah rapuh.
3.         Tabiat Orang Mongol yang Suka Mengembara
Tabiat mereka yang suka mengembara, diundang ataupun tidak diundang mereka akan datang juga menjarah dan merampas harta kekayaan penduduk dimana mereka berdiam. Penyerangan-penyerangan yang dilakukan oleh Jenghis Khan dengan pasukan perangnya yang terorganisir, berusaha memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan. Para ahli pertukangan mereka bawa dalam pasukan batalion Zeni (yon-zipur) untuk membuat jembatan dan menjamin melancarkan transportasi dalam penyerangan. Para tawanan perang dimanfaatkan secara paksa untuk memanggul perlengkapan perang dan makanan. Strategi perang Jenghis Khan yang tidak ketinggalan juga adalah membariskan penduduk sipil yang telah kalah di depan tentara sebagai tameng untuk menggetarkan musuh. Di samping itu, Jenghis Khan membawa penasehat yang terdiri dari para rahib dan tukang ramal.[14]
b.      Dampak Invasi Mongol terhadap Dunia Islam[15]
Ada dua dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya tentunya lebih banyak bila dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran jelas terjadi dimana-mana akibat serangan mongol sejak wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah  dan perpustakaan-perpustakaan yang mengkoleksi banyak buku memperburuk situasi umat Islam. Pembunuhan terhadap umat islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulagu yang membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan oleh Argun, Khan keempat pada dinasti II Khainiyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam. Argun membunuh umat Islam dan mencopotnya dari jabatan-jabatan penting negara.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya Dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Antara lain disebabkan mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat  muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaanya, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya , ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang mentrinya, Rasyidudin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialog dengannya, dan nawruz, seorang gubernurnya untuk beberapa propinsi Siria.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa perang salib bukanlah perang karena agama tetapi perang perebutan kekuasaan daerah. Perang ini dinamakan perang salib karena angkatan perang tentara Nasrani menggunakan tanda salib dan mendapat restu dari Paulus di Roma. Perang salib memakan waktu yang sangat lama. Membawa pengaruh besar pada semaraknya lalu lintas perdagangan asia dan eropa. Mereka banyak mengetahui hal-hal baru seperti adanya tanaman rempah-rempah dan lain-lainnya.
Sesungguhnya invasi Mongol terhadap Negara-negara Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum dan sesudahnya kendati sebelumnya didahului perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu kota dinasti Abbasiyah yaitu Bagdad.
Dari sini penulis menyimpulkan beberapa faktor hancurnya wilayah-wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah Bagdad, diantaranya adalah :
1.      Terjadinya perpecahan dan konflik internal kaum muslimin
2.      Setiap amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa 
3.      beban ketika ada suatu wilayah Islam lainnya jatuh ke tangan musuh.


DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Sunanto, Musyrifah. 2004. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Prenada Media
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Maidir Harun dan Firdaus, 2002. Sejarah Peradaban Islam, Padang : IAIN-IB Press.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2001. Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru.
Muhammad Masyhur Amin, 2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Indonesia Spirit Foundation.



[1] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2010) hal. 231
[2] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008) hal. 77
[3] Prof. Dr. H. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik (Jakarta: Prenada Media, 2004) hal. 182
[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hal. 234-236
[5] Ibid, hal. 137
[6] Dr. Badri Yatim, Op. Cit, hal. 77
[7] Prof. Dr. H. Musyrifah Sunanto, Op. Cit, hal. 184
[8] Ibid, hal. 79
[9] Ibid, 241
[10] Dedi Supriyadi, M.A, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Hal. 177-186
[11] Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang : IAIN-IB Press, 2002), Hal 107-108
[12] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001),  Hal 242
[13] Muhammad Masyhur Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Indonesia Spirit Foundation, 2004), Hal 171
[14] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru, 2001),  Hal 242-243
[15] Muhammad masyur Amin, op. Cit., hal 169

Tidak ada komentar:

Posting Komentar