.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Minggu, 04 Desember 2016

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA



KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
 





D
I
S
U
S
U
N


OLEH:


NAMA                                         
1.      ABDULLAH SIREGAR
2.      RIKA SURYANI
3.      LAILA MUSTIKA                     






DOSEN PEMBIMBING
ALIMAN SYAHURI ZEIN




FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Kalimat dalam Bahasa Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai keluasan kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya bagi penulis.
Akhir kata, mungkin dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

                                                          Padangsidimpuan,    Nopember 2016



                                                                      Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................   i
DAFTAR ISI...............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................   2
A.    Defenisi Kalimat..............................................................................   2
B.     Struktur Dasar Kalimat....................................................................   5
C.     Jenis Kalimat Menurut Fungsinya....................................................   6
D.    Konjungsi dan Preposisi dalam Bahasa Indonesia...........................   8
BAB III PENUTUP....................................................................................   15
A.    Kesimpulan......................................................................................   15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................   16



BAB I
PENDAHULUAN

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada orang lain maupun untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan dalam pembicaraan atau tulisan diungkapkan melalui rangkaian kata yang terpilih dan tersusun menurut kaidah tertentu. Bahasa sebagai symbol yang bermakna terdiri atas satuan- satuan tertentu yang secara fungsional saling berhubungan sebagai suatu system. Satuan terkecil yang mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa sebagai sarana berpikir dan berkomunikasi banyak ditentukan oleh penguasaan kaidah kalimat yang didukung oleh kosakata yang memadai.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana pengertian kalimat, struktur dasar kalimat, jenis kalimat dan fungsinya, dan konjungsi dan preposisi dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang  pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran . Kalimat dapat dibedakan menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.[1] Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
  Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasiakhir dan yang terdiri dari klausa.[2]
Adapun ciri- ciri kalimat yaitu :[3]
1.          Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2.          Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
3.          Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
4.          Mengandung pikiran yang utuh.
5.          Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
6.          Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
7.          Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik-turun, keras-lembut, disela-jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir.[4]
Dalam wujud tulisan berhuruf berlatin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Pendapat lain mengatakan,’’kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun.’’
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Kalau dilihat dari hal predikat kalimat-kalimat dalam bahasa indonesia ada dua macam, yaitu :[5]
1.        Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja, dan
2.        Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat sebuah kalimat. Oleh sebab itu,kalau ada kata kerja dalam satu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
Contoh:
Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.
Kata kerja dalam kalimat ini dikerjakan. Kata dikerjakan adalah predikat dalam kalimat.
Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, sebagai berikut:
Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?
Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas itu merupakan subjek kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu. Hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan dalam bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.
Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat kita cadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Disamping itu, kata bilangan dan kata benda pun dapat dijadikan sebagai predikat. Predikat itu dapat pula berupa frasa depan.
Tadi sudah dikatakan bahwa mencari subjek sebuah kalimat adalah dengan cara bertanya melalui predikat dengan pertanyaan.
Siapa yang atau Apa yang + …… predikat.
Bagaimana halnya dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek merupakan suatu kesatuan.
Jika dilihat dari segi makna kalimat objek merupakan unsur yang harus hadir setelah predikat yang berupa verbal transitif. Coba anda perhatikan pernyataan dibawah ini.
Ekspor non migas mendatangkan.
Frasa ekspor nonmigas merupakan subjek kalimat, sedangkan kata mendatangkan adalah unsur predikat yang berupa verba transitif. Kalimat ini belum memberikan informasi yang lengkap sebab belum ada kejelasan tentang mendatangkan itu. Oleh sebab itu, agar kalimat itu dapat memberikan informasi yang jelas, predikatnya harus dilengkapi seperti kalimat dibawah ini.
Ekspor nonmigas medatangkan keuntungan.
S P O
Andai kata suatu kalimat sudah mengandung kelengkapan makna dengan hanya memiliki subjek dan predikat yang berupa verba intransitif, objek tidak diperlukan lagi. Kalimat dibawah ini tidak memerlukan objek.
Penanaman modal asing berkembang.
S P
Kalimat itu sudah lengkap dan jelas. Jadi, unsur subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsur predikatnya adalah berkembang. Kalimat itu telah memberikan informasi yang jelas. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata di belakang unsur berkembang ditambah dengan sebuah kata atau beberapa kata, unsur tambahan itu bukan objek, melainkan keterangan.
Misalnya:
Penanaman modal asing berkembang saat ini.
S P K

B.     Struktur Dasar Kalimat
Struktur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur ,yakni S dan P. Unsur yang lain (O,Pel,dan Ket) dapat wajib hadir, atau tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.
Semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa struktur ataupun pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut dapat dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :[6]
1.     Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar semacam ini hanya memiliki unsur subjek dan predikat. Predikatnya dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, ataupun kata bilangan. Contohnya :
Truk itu besar.
S          P
Jendela kamar Tina longgar.
S                      P
2.     Kalimat dasar berpola S P O
Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Unsurnya ada subjek predikat dan objek. Contohnya :
Anti mengemudikan truk.
S                 P              O
3.     Kalimat dasar berpola S P Pelengkap
Contohnya : Keluarganya pergi piknik.
                        S                 P          Pel
4.     Kalimat dasar berpola S P O Pelengkap

Contoh : Supir angkot mengemudikan angkotnya sembarangan.
                        S                      P                      O                     Pel
5.     Kalimat dasar berpola S P K
Contoh : Antoni menjahit tadi malam.
                 S                   P         K
6.     Kalimat dasar berpola S P O K
Contoh : Sulastri merapikan kamarnya seminggu lalu.
                        S          P               O                 K

C.    Jenis Kalimat dan Fungsinya
Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia disebutkan berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu : (1)kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat tanya(introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),dan (4) kalimat seru (ekslamatif).[7]
1.     Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai  untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau tak langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Contoh :
a.       Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
b.      Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.
2.     Kalimat Tanya (Introratif)
Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh informasi.Ciri –ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya(?),berintonasi naik dan sering pula hadir kata apa(kah),bagaimana,dimana, siapa,yang mana,dll. Contoh :
a.       Apakah barang ini milikmu?
b.      Kapan adikmu kembali ke Indonesia?
3.     Kalimat Perintah (Imperatif)
Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah suruhan,kalimat perintah halus,kalimat perintah permohonan,kalimat perintah ajakan dan harapan,kalimat perintah larangan,dan kalimat perintah pembiaran. Contoh :
a.       Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(k.perintah halus)
b.      Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
c.       Jangan buang sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)
d.      Mohon hadiah ini kamu terima. (k.perintah permohonan/permintaan)
e.       Ayolah, kita belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
f.       Biarlah dia pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)
4.     Kalimat Seru (Ekslamatif)
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh :
a.       Hai,ini dia orang yang kita cari!
b.      Wah,pintar benar anak ini !
Adapun fungsi kalimat yaitu :
1.      Untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan sesuatu.
2.      Untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu.
3.      Untuk meminta informasi tentang sesuatu.
4.      Untuk bertanya kepada seseorang mengenai suatu hal.



D.    Konjungsi dan Preposisi dalam Bahasa Indonesia
Preposisi dan konjungsi adalah dua kategori yang berbeda secara sintaksis perbedaan antara preposisi dan konjungsi terletak pada penggunaannya dalam kalima.  Preposisi menandai hubungan makna antar kata, antar frase, dan antar klausa saja.  Sedangkan konjungsi menandai hubungan komponen-komponen dalam aturan yang sama, yaitu hubungan antar kata, antar frase, antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf, serta hubungan komponen-komponen dalam tataran yang  berbeda, seperti hubungan antar kata dan frase.  Kata saya dihubungkan dengan teman-teman sekelas oleh konjungsi dan preposisi.  Perbedaan lain, yakni preposisi lebih banyak berfungsi sebagai penjelas atau keterangan,  sedangkan konjungsi terdapat dalam semua fungsi.[8]  Gabungan antara preposisi dengan kategori lain membentuk frase eksosentrik,  sedangkan gabungan antara konjungsi dengan kategori lain membentuk eksosentri.
1.        Konjungsi
Konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan bagian ujaran, seperti kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan bahkan paragraf dengan paragraf.[9]
Berdasarkan bentuknya, konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu konjungsi monomorfemis dan konjungsi polimorfemis.[10]
a.       Konjungsi Monomorfemis
Konjungsi Monomorfemis adalah konjungsi yang secara morfolgis berwujud sebagai satu morfem.  Konjungsi-konjungsi monomorfemis bahasa Indonesia adalah:
adapun                  jikalau                         bagi                       sembari
agar                       juga                             bahkan                  seperti
akibat                    kalau                           bahwa                   seraya
alih-alih                 karena                         begitu                    serta
alkisah                   kecuali                         berkat                    supaya
andai                     kemudian                    biar                        tanpa       
arkian                    kendati                        bila                        tapi
asal                        ketika                          boro-boro              tatkala
atau                       laksana                        buat                       tempat
bagai                     lagi                              dalam                    tengah
dan                        lalu                              namun                   tetapi
dari                        lantaran                      oleh                       umpama
demi                      lantas                          padahal                 untuk
dengan                  maka                           sambil                    waktu
gara-gara              malah                          sampai                   walau
guna                      manakala                    sebab                     yaitu
hanya                    mengenai                     sedang                   yakni
hingga                   mentang-mentang       sejak                      yang        
jika                        meski                           sementara             jadi
Contoh data konjungsi monomorfemis:
1)      Agar timbul keberaniannya mendekati wanita, ia menenggak dulu minuman keras
2)      Tetapi, soal khusyuk ini dirasa berbeda oleh setiap kloter, bahkan juga setiap jemaah haji
3)      sebaliknya, kelompok itu masuk kategori terakreditasi bila mendapat nilai 400-900
4)      Tentu saja itu bisa dilakukan bila penelitiannya setuju.
b.      Konjungsi Polimorfemis
Konjungsi Polimorfemis adalah knjungsi yang terbentuk dari beberapa morfem.  dalam hal ini morfem bisa berwujud dasar bebaws atau kata, bisa juga morfem dasar terikat.  Morfem dasar bebas dan morfem dasar terika (secara morfologi) bisa disebut juga bentuk dasar. Dalam deskripsi (pembagian konjungsi polimorfemis), konsep anafora dan demonstrativa digunakan untuk memperinci unsur pembentuk konjungsi.  Dengan demikian, unsur pembentuk konjungsi polimorfemis itu sendiri atas bentuk dasar, kata, afiks, anafora, partikel dan demonstrativa.  Dalam proses pembentukannya bisa bervariasi.[11]
Berdasarkan kategori unsur pembentuknya konjungsi polimorfemis terbagi atas:
1)      Bentuk dasar + afiks
Afiks yang membentuk konjungsi plimorfemis adalah di, se, se-nya, dan kan.  Berikut ini daftar konjungsi polimorfemis yang terbentuk dari bentuk dasar + afiks.
andaikan                 asalkan            bagaikan         di samping
seandainya              sebelum           sedangkan       sehingga
sekiranya                 selama             setelah             selagi
selain                       jangkauan       sebaliknya       malaahan
Contoh :
·         Berdasarkan penelitian, semakin banyak alkohol masuk ke dalam darah, semakin meningkat juml;ah gumpalan-gumpalan darah sehingga semakn banyak pembuluh kapiler yang tersumbat dan pecah
·         Dia harus dohormati dan tidak boleh dinyatakan bersalah sebelum terbukti bersalah
2)      kata + anafora
Anafora adalah bentukk (formasi) terikat yang mengacu kepada teks atau wacana sebelumnya. Yang dimaksud dengan anafora dalam penelitian ini adalah nya, yakni, akaibatnya artinya dan misalnya.
Contoh :
·         Akibatnya Indonesia harus memenuhi ketentuan yang termuat dalam “codes” tersebut
·         Akhirnya sekarang ini Cuma dilakukan perawatan
3)      kata + pun
Partikel pun merupakan unsur pembentuk konjungsi polimorfemis yang didahului Kata yang umumnya sebagai konjungsi. Konjungsi yang berunsur partikel pun umumnya dipakai dalam bahasa yang resmi atau formal, sedangkan konjungsi yang bisa disertai partikel pun tetapi partikel tersebut tidak disertakan umumnya dipakai dalam percakapan (bahasa percakapan) yang tidak resmi, yakni adapun, ataupun, walaupun dan kalaupun.
Contoh :
·         ada faktor bakat genetik, faktor lingkungan fisik ataupun sosial, selain pilihan gaya hidup
·         hal ini sampai batas-batas tertentu m,asih dapat diteirma walaupun tidak dibenarkan
4)      kata + demonstrativa
Demonstrativa yang biasanya menjadi unsur pembentuk konjungsi polimorfemis adalah ini, itu, demikian, dan begitu konjungsi yang berentuk dari kata + demonstrativa, misalnya
untuk ini                              karena itu
selain itu                              sementara itu
dengan demikian                 namun demikian
meskipun demikian             sekalipun demikian
Contoh :
·         sekalipun, demikian kelokatifannya dapat diketahu masing-masing melalui tafsiran bertempat di O dan bermiliki atas O
5)      kata + demonstrativa + lah
Data konjungsi polimorfemis yang berunsur kata demonstrativa-lah hanya ditemukan satu buah, yaitu karena itulah.
Contoh :
·         Karena itulah perlu rekayasa komunikasi (communication engineering) yang baik.
6)      Gabungan kata
Contoh :
Akan tetapi
Begitu pula
Demikian juga
Demikian pula
Sebagai contoh
7)      Gabungan kata + Anafora
Contoh :
·         Oleh karenanya, subklasifikasi….ini mengabaikan pertalian preposisi dengan kategori, yakni asal usul dan makna preposisi.
8)      Gabunga kata + Demonstrativa
Contoh :
Dalam pada itu
Di sampuing itu
Oleh karena itu
Oleh sebab itu
Tetapi walaupun demikian
2.        Preposisi
Preposisi adalah suatu kategori yang terletak di depan kategori lain, terutama kata benda (nomina) sehingga membentuk frase eksosentrik direktif.[12]
Berdasarkan bentuknya, preposisi dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu preposisi monomorfemis dan preposisi polimorfenis.[13]
a.       Preposisi Monomorfemis
Preposisi Monomorfemis adalah preposisi yang terwujud sebagai satu morfem secara morfologis.  Preposisi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
akibat         atas                  bagai                bagi
berkat        dalam               dari                  demi
dengan       di                     hingga               karena            
ke              kecuali              lewat                oleh
pada           sampai              sejak                seperti
tanpa          tentang             untuk
Contoh data preposisi monomorfemis
·         Mereka langsung mengajukan banding atas utusan hakim tersebut.
·         Dengan banyak nama alias, Roy diduga tak bekerja sendiri
·         Pertemuan tersebut disaksikan oleh Kepala Wilayah Depdikbud Subang Jawa Barat
·         Itu semua adalah dasar-dasar dari paham kita tentang hak asasi dan demokrasi
·         Ia pun suka mengatur meja makan untuk rekan-rekannya.
b.      Gabungan Kata
1)      Preposisi + Preposisi
Preposisi polimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi + preposisi adalah sebagai berikut:
di dalam
di sekitar
daripada
kepada
Contoh data preposisi polimorfemis gabungan kata, preposisi + Preposisi:
·         Ibu  atau bapak itu harus ke sana-kemari di dalam kota untuk mencari makan sekadarnya
·         lebih dari 50 ladang ranjau ditemukan di sekitar Kabul.
2)      Preposisi + Nonpreposisi
Preposisi poimorfemis gabungan kata yang terbentuk dari preposisi + nonpreposisi biasa berawal dengan preposisi di, ke, atau dari.  Adapun kata yang menyertai preposisi itu biasanya berasal dari nomina atau adjektiva. Preposisi yang terbentuk dari preposisi + nonpreposisi adalah sebagai berikut:
di antara                 di hadapan
di atas                    di luar
di bawah                di samping
di belakang di sekeliling
di dekat                  di seputar
di depan                 di tengah
Contoh data preposisi polimorfemis, preposisi + preposisi
·         Sementara itu, ada ribuan kendaraan bermotor yang bernomor satu digit yang berada di bawah Wilayah Administrasi Samsat DKI Jakarta
·         Suaminya tewas ketika sebuah bom meledak di dekat rumahnya
·         Drama maut yang terjadi awal Januari lalu tu berlanjut di luar  rumah.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1.     Kalimat dasar berpola S P
2.     Kalimat dasar berpola S P O
3.     Kalimat dasar berpola S P Pel
4.     Kalimat dasar berpola S P O Pel
5.     Kalimat dasar berpola S P K
6.     Kalimat dasar berpola S P O K
Berdasarkan fungsi kalimat dibedakan atas empat macam,yaitu : (1)kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat tanya(introgatif), (3) kalimat perintah (imperatif),dan (4) kalimat seru (ekslamatif).
Konjungsi adalah kata yang berfungsi menghubungkan bagian ujaran, seperti kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan bahkan paragraf dengan paragraf.
Preposisi adalah suatu kategori yang terletak di depan kategori lain, terutama kata benda (nomina) sehingga membentuk frase eksosentrik direktif.


DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990.  Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993.  Kajian Pragamtik Kosa Kata Bahasa Sunda.  Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran.
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa untuk Mahasiswa Jurusan Non Bahasa. Jakarta : Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti. 1986.  Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.  Cetakan Ke-2. Ende: Nusa Indah.
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, 2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional .
Ramlan. M. 1980. Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Yogyakarta: U.P. Karyono.
Syahruddin., Mansur Ga’ga., & Andi Hasrianti. 2011. Mari Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Makassar: CV.Permata Ilmu.




[1] Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ;2000), hal. 92
[2] Ibid.,
[3] Syahruddin., Mansur Ga’ga., & Andi Hasrianti. Mari Berbahasa Indonesia yang Baik dan Bena. (Makassar: CV.Permata Ilmu, 2011), hal. 175
[4] Syahruddin., Mansur Ga’ga., & Andi Hasrianti, Op. Cit, hal. 70
[5] Ibid., hal. 175
[6] Lamuddin Finoza,Komposisi Bahasa untuk Mahasiswa Jurusan Non Bahasa,(jakarta : Gramedia, 2008),hal.142
[7] Ibid, hal. 159
[8] Abdul Chaer, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia, (Ende: Nusa Indah, 1990), hal. 59
[9] Harimurti Kridalaksana, Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa.  Cetakan Ke-2, (Ende: Nusa Indah, 1986), hal. 65
[10] Ibid, hal. 66
[11] Ibid, hal. 68
[12] T. Fatimah Djajasudarma, Kajian Pragamtik Kosa Kata Bahasa Sunda, (Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, 1993), hal. 44
[13] M Ramlan, Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yogyakarta: U.P. Karyono, 1980), hal. 81

Tidak ada komentar:

Posting Komentar