.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Selasa, 06 Desember 2016

PENGENALAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING RUMAH SAKIT DAN KONSELING KLINIK



PENGENALAN MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING RUMAH SAKIT DAN
KONSELING KLINIK

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA
NIM
1.      Yaser Arafat
14 302 00
2.      Fitri Melia
14 302 00049



              
Dosen Pengampu:
DARWIN HARAHAP, S.Sos.I, M.Pd.I

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016/2017


KATA PENGANTAR
 Alhamdulillah saya ucapkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi judul“ Pengenalan Manajemen Bimbingan Konseling Rumah Sakit dan Konseling Klinik”. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi kepada siapa pun yang membaca makalah ini.
Makalah ini ditulis guna untuk menyelesaikan tugas hukum bisnis dan juga sebagai bahan informasi bagi siapa saja yang membaca. Dalam hal ini izinkan saya mengucapkan terimah kasih kepada dosen pembimbing Bapak Darwin Harahap, S.Sos.I, M.Pd.I dan seluruh pihak-pihak yang telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya tulis ini, maka saya selaku penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Saya selaku manusia biasa tentu tidak akan luput dari kesalahan karena yang memiliki kesempurnaan itu hanya Allah S.W.T.
Akhirnya saya ucapkan selamat membaca dan semoga makalah yang saya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin


                                                                       
Padangsidimpuan,     September 2016

                       
                                                                        Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C.       Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.       Pengertian Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT......................... 2
B.       Nama-Nama Kitab Allah SWT dan Rasul yang
menerimannya ................................................................................... 2
C.     Cara mengimani Kitab Suci Allah SWT............................................ 5
D.    Fungsi beriman kapada Kitab-Kitab Allah SWT ............................. 6
BAB III PENUTUP..........................................................................................   7
A.       Kesimpulan.........................................................................................   7
DAFTAR PUSTAKA


 


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Layanan bimbingan dan konseling bukan hal baru, karena bimbingan konseling tidak hanya berada di insitusi pendidikan saja namun juga diberbagai institusi seperti halnya rumah sakit, pengadilan agama, dan lembaga-lembaga lainnya. Bimbingan dan konseling di rumah sakit rasanya menjadi hal yang penting untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan pasien di rumah sakit terutama pasien rawat inap bukan hanya menderita berbagai penyakit fisik akan tetapi mereka juga mengalami berbagai tekanan dan gangguan mental yang ringan sampai berat akibat penyakit yang dideritanya.
Gangguan tersebut misalnya ketakutan, kecemasan, keputusasaan, dan berbagai bentuk gangguan-gangguan lain yang sekiranya kondisi tersebut memerlukan pendampingan, layanan, dan bimbingan-bimbingan. Dalam makalah ini, pemakalah mencoba menguraikan bagimana bentuk konseling dirumah sakit dengan membatasi penjelasan berkenaan dengan hakikat penyakit dalam pandangan psikologi, kondisi psikologis di rumah sakit, pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit, dan model-model konseling untuk pasien di rumah sakit.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manajemen Konseling di Rumah Sakit dan Klinik
1.      Hakikat Penyakit Dalam Pandangan Psikologi
Sejak lama para ahli psikologi menduga bahwa di dalam jiwa manusia itu terdapat perasaan, kemauan, dan akal pikiran. Heymans mengistilahkan dengan emosionalitas, aktifitas dan fungsi sekunder. Emosionalitas bersumber dari hati, sedangkan aktifitas bersumber dari hawa nafsu keduanya merupakan inti jiwa. Adapun akal merupakan kulit jiwa dan disebut fungsi sekunder. Muatan kekuatan ketiga macam potensi kejiwaan ini tidak sama. subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam penyakit mental.
Apabila jiwa terguncang, pikiran menjadi tidak setabil, akibatnya mempengaruhi fisik manusia dan dapat menimbulkan penyakit yang disebut psikosomatik. Penderita psikosomatik bukan hanya membutuhkan terapi medis atau terapi fisik semata, tetapi juga membutuhkan terapi sufistik dengan salah satu metodenya, yaitu tobat. Uraian ini bertolak dari pemikiran bahwa sumber penyakit psikosomatik dapat disebabkan oleh konflik-konflik psikis atau dapat juga disebabkan oleh gangguan yang sifatnya organis. Beberapa pendapat ahli tentang defenisi penyakit:[1]
a.         Kathleen Meehan Arias; Penyakit adalah suatu kesakitan yang biasanya memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen atiologik telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat diidentifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten.
b.         DR. Beate Jacob; Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa.
c.         Wahyudin Rajab, M. Epid; Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat subjektif.

2.      Kondisi Psikologis Pasien Di Rumah Sakit
Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:
a.     Shock
b.    Kecemasan dan ketakutan
c.     Penolakan
d.    Keputusasaan
e.     Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan
f.     Stress dll.
secara umum pasien di rumah sakit mengalami penyakit fisik yaitu menurut pemeriksaan medis adanya gangguan atau kelainan pada organ fisik (faal) seperti jantung, lambung, hati dan lain sebagainya. Dimana keadaan ini berpengaruh sigifikan terhadap perubahan hidup yang harus dijalani. Selain menderita sakit fisik, pasien menghadapi berbagai masalah seperti :  
1.     Penyesuaian Diri
Apalagi kata ”rumah sakit” tidak bisa dilepaskan dengan berbagai label yang berkaitan dengan sesuatu yang mengerikan dan menakutkan. Seperti adanya pertanyaan besar dalam diri pasien tentang apakah penyakitnya sedemikian parah sehingga mebutuhkan perawatan disana, adanya ketakutan dengan tindakan operasi/pembedahan, pasien yang dirawat di rumah sakit biasanya adalah mereka yang sakit keras dan berujung pada kematian, dan rumah sakit dipenuhi dengan roh atau syaitan karena banyak orang meninggal disana. Berbagai kondisi yang digambarkan tersebut, menambah beban pasien untuk mampu menyesuaikan diri selama menjalani perawatan di rumah sakit, belum lagi pasien harus membiasakan diri mengikuti aturan-aturan mulai minum obat, istirahat, pola makan dan melepaskan diri untuk sementara waktu dengan kebiasaan hidup sehari-hari seperti berkumpul dengan keluarga, bekerja dan aktivitas sosial lainnya.[2]
2.    Rasa Takut dan Khawatir
Perasaan ini merupakan perasaan yang kerap kali mengiringi manusia hidup, tak terkecuali para pasien di rumah sakit. Pasien umumnya mengalami rasa takut dan khawatir disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pertama, ketakutan terhadap berbagai tindakan medis (operasi, CD Scan dll). Kedua, ketakutan akan kematian. Hal ini umumnya dialami mereka menderita jenis penyakit kronis.[3]
3.    Penerimaan Diri Terhadap Penyakit
Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit terkadang belum mengetahui secara pasti penyakit yang derita. Biasanya dokter menyarankan perawatan karena dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut agar diketahui secara pasti apa sebenarnya penyakit yang bersarang ditubuhnya. Siklus ini merupakan salah satu dinamika yang harus dilewati pasien sebelum adanya diagnosa jelas dari dokter.
4.    Stres dan Depresi
Depresi yang sering kali dialami sebagian besar pasien memiliki penyakit kronis berawal dari perubahan psikis yang agak serius setelah mengetahui hasil pemeriksaan medis. Perubahan psikis ini dipicu pula oleh pengujian medis yang harus dihadapi secara berulang-ulang, treatment yang harus dijalani dan menunggu hasil pengobatan penyakitnya dalam ketidakpastian. Kondisi seperti ini cenderung membuat pasien mengalami kegelisahan yang tinggi, kecemasan setiap saat, dan ketidakmampuan menghadapi kenyataan hidup akibat penyakit yang diderita. [4]


3.        Pola konseling yang dilakukan rohaniawan di rumah sakit
a.      Konsep Dasar Konseling Di Rumah Sakit
Banyak para ahli yang mengistilahkan bimbingan rohani dengan konseling, kedua istilah tersebut memang terlihat sama tapi sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Menurut darminta bimbingan rohani dan konseling kelihatannya sama, keduanya terjadi dengan adanya dua orang yang saling berbicara dan mewawancara pada waktu tertentu, kedua-duanya berkisar pada masalah hidup dan mencari bagaimana mengubah sikap untuk mencari pemecahan masalahnya. Kedua-duanya menghargai pekembangan dan proses, mungkin juga adanya perubahan. Namun pada dasarnya perubahan itu adalah pengalaman hidup dalam hubungannya dengan Allah dengan kata lain hidup religius yang lebih diperhatikan oleh bimbingan rohani.[5]
Sedangkan dalam konseling, banyak membicarakan tentang kehidupan pribadi, hasil-hasil yang sudah dicapai, ketakutan-ketakutan, harapan-harapan, dan ambisi pribadi. Pembicaraan hal tersebut dalam bimbingan rohani hanya sejauh membantu orang untuk membuka diri kepada hubungan yang bersifat personal dengan Allah.
Bimbingan penyuluhan islam yang diberikan tersebut sangat diperlukan dalam upaya memebrikan nasihat untuk mengikuti petunjuk agama Islam yakni agar manusia selalu mengingat Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Sasaran dari konseling itu bukan pada penyakit fisik melainkan pada problema psikologis dan berbagai disabilitas pasien dibalik penyakit yang nampak untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan pemaknaan pasien terhadap penyakitnya. Robert Bor et.al mendefenisikan konseing rumah sakit adalah proses interaksi dalam situasi terapeutik dengan fokus utama percakapan tentang hubungan, kepercayaan, prilaku (perasaan)melalui masalah yang dirasakan pasien, kemudian masalah tersebut ditafsir ulang dan dipahami kembalai dengan cara yang baru bagi pasien.
Dileep Kumar berpendapat bahwa konseling rumah sakit adalah interaksi antara konselor, pasien, dan keluarga pasien dimana konselor mengambil sikap tertentu dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan, keterangan untuk memperkenalkan pasien dalam proses menuju pemahaman diri yang mengarah pada tindakan sehingga terjadi perubahan prilaku pasien untuk memecahkan masalahnya. Tujuan utama konseling di rumah sakit:[6]
1)   Terjadinya serangkaian perubahan pemahaman pada diri pasien terhadap sakit yang dihadapinya.
2)   Membaantu pasien menemukan berbagai makna dari sakit dan proses peawatan yang dijalani.
3)   Membantu pasien menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan yang sangat membantu dalam proses penyembuhan.
4)   Salah satu sumberrujukan untuk menemukan sistem kepercayaan dan keyakinan dari sisi spiritualitas dan keagamaan yang dianut pasien.
                      Tugas konselor dengan tim
1)   Memetakan proses, berbagai tahapan perawatan dan terapi yang akan dijalani pasien bersama tim.
2)   Menjajagi proses penyampaian hasil diagnosa dengan berbagai kemungkinan mengenai penyakit, pengaruhnya terhadap pasien, keluarga, dan pihak-pihak terkait.
3)   Menjaga lalulintas komunikasi dan mekanisme kolaborasi selama proses perawatan berlangsung.
Tugas konselor dengan pasien
1)   Menjalin komunikasi dengan pasien dengan suasana terapeutik.
2)   Memulai konseling dari sejarah dan pengalaman pasien
3)   Mendorong dan membangkitkan semangat pasien untuk dapat bekerja sama dan berpartisipasi aktif dalam semua proses dan sesi terapi
4)   Mengeplorasi sistem kepercayaan untuk mengetahuisejauh mana pasien memiliki pemahaman tentang makna-makna dari sakit yang ia hadapi
5)   Mencegah pasien dari sikap pasif dalam pengobatan, tidak berdaya terhadap segala macam protokoler terapi, dan menjga agar pasien terhindar dari berbagai kesalahpahaman tentang sakit untuk menghindari sikap “wrong doing” dan berbagai tindakan yang merugikan pasien.
6)   Senantiasa memperhatikan hal-hal khusus dari pasien diantaranya; suasana dan keadaan, berbagai keterikatan, tipologi pemahaman sakit-sehat, perkembangan dan siklus hidup pasien, rasa ingin tahu, berbagai ungkapan perasaan, tutur cerita, dan berbagai penekanan, kesadaran, pola prilaku, pengaturan dan disiplin waktu, serta sistem kepercaayaan.
Tugas konselor dengan keluarga
1)   Menjaga support keluaraga terhadap pasien
2)   Menjalani komunikasi dengan keluarga untuk mempermudah menggali informasi tentnag pasien.

B.     Model-Model Konseling Untuk Pasien Di Rumah Sakit dan Klinik
a.      Metode Dan Teknik Untuk Pasien Di Rumah Sakit[7]
Metode konseling dan psikoterapi yang sudah ada memiliki kemungkinan untuk diterapkan sejauh memiliki relevansi dengan berbagai kebutuhan pasien dirumah sakit, setidaknya ada empat bentuk pelayanan:
1)      Bimbingan
2)      Konseling
3)      Kolaborasi dan konsultasi
4)      Psikoterapi
Dalam bimbingan dan konseling, dapat digunakan pendekatan CBT karena memiliki relevansi untuk setting rumah sakit. Misalnya dalam menangani pasien yang mengalami gangguan mental seperti deprese dan antasitas yang umumnya terdapat pada pasien.
Penggunaan metode dan teknik harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan berkenaan dnegan tingkatan konseling yaitu:
1)      Informating giving
   Hanya bersifat pemberian informasi mengenai beberapa hal seperti, rencana pengobatan, hasil tes laboratorium, perawatan dan percobaan obat, pengehan penyakit dan lain-lain. Hal ini biasanya untuk penderita penyakit HIV, kanker, dll. 
2)      Implication counseling
   Merupakan tindak lanjut dari pemberian informasi jika terjadi hal-hal yang harus dirundingkan dengan pihak keluarga pasien atau pihak terkait.
3)      Supportuve cuonseling
Merupakan tahapan konseling selanjutnya jika terjadi berbagai reaksi emosional atas berbagai informasi yang diterima pasien atau keluarga atau mendorong agar memiliki kesiapan menerima kenyataan dan memasuki proses berikutnya.
4)      Psycotherapeutic cunseling
Merupakan tahapan lebih lanjut yang difokuskan pada pennyembuhan, penyesuaian, kemampuan mengatasi dan berbagai hal yang terkait dengan penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Pertimbangan terakhir adalah penggunaan teknik brief focussed counseling, yaitu konseling dirumah sakit yang dilakukan konselor secara singkat, efektif, dan tepat sasaran dengan pertimbangan; 1) dilaksanakan dalam setting medis yang sibuk dan terbatas waktu, 2) karena ada tekanan dan keterbatasan waktu, 3) karena banyak perubahan yang terjadi pada diri pasien sehubungan penyakit yang diderita, 4) dituntuk fokus pada masalah psikologis utama yang dialami pasien.
b.      Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling
Berdasarkan teknik brief focussed counseling, terdapat 4 langkah dalam konseling di rumah sakit:[8]
1)   Forming and therapeutik relationship
Yaitu menjalin komunikasi dengan pasien sebagai konseli, membuka komunikasi dan percakapan.
2)   Making assesment
Pada tahap ini konselor harus sudah mendapatkan gambaran mengenai kondisi psikologis pasien, latar belakang, pemahaman, makna, kepercayaan pasien mengenai sakitnya.
3)   Intervening all the same session
Pada tahah ini konselor sudah harus dapat melakukanberbagai intervensi, penanganan, pemecahan masalah yang dihadapi sambil memantau berbagai kemungkinan masalah baru yang muncul sepanjang sesi konseling dan sesi keperawatan medis untuk dicariakan solusinya secara kolaboratif.
4)   Closing
Merupakan penutupan internal agar dapat melakukan evaluasi terhadap segala bentuk intervensi dan terapi yang dilakukan.
Untuk penanganan kasus khusus yang mengalami ansietas, dapat diilustrasikan dnegan langkah-langkah berikut:[9]
1)      Pastikan pasien dapat dan mau berkomunikasi
2)      Pastikan masalah psikologis yang inti dari pasien
3)      Lakukan konseling dengan kehadiran tim medis dan perawat secar lengkap
4)      Bangun hubungansecara cepat agar pasien dapat segera mengepresikan apa yang paling dikhawatirkan atau menjadi permasalahan.
5)      Dorong pasien untuk memberi informasi secara ringkas, dan efektif
6)      Gali terus pembicaraan pasien untuk mendapatkan masalahpokok pasien, tujuan, dan ekspektasi pasien dan bagaimana muncul pemahaman itu.
7)      Bicarakan bersama pasien renacana dan keinginan yang tepat untuk mencari solusi bagi permasalahan yang dihadapi.
c.       Metode Dalam Melakukan Bimbingan Rohani
Metode-metode yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan rohani diantaranya adalah:[10]
1)        Metode interview
Merupakan salah satu cara memperoleh fakta kejiwaan yang dapat dijadikan pemetaan, dibimbing pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
2)        Metode kelompok (group guidance)
Dengan metode ini pembimbing dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami peranan anak bimbing dalam lingkungan, ingin mendapatkan pandangan baru tentang dirinya dengan orang lain.
3)        Metode yang dipusatkan pada keadaan klien (centered method)
Dalam metode ini terdapat dasar pemikiran klien sebagai makhluk yang bulat yang mempunyai kemampuan lebih memahami keadaan klien yang bersumber dari perasaan dosa yang menimbulkan perasaan-perasaan cemas, konflik kejiwaan, dan lain-lain.
4)        Directive counseling
Dalam metode ini, konselor langsung memberikan jawaban-jawaban terhadap problema yang oleh klien menjadi sumber kecemasannya. 
5)        Metode educative
Metode ini menekankan pada usaha mengorek sumber-sumber perasaan yang dirasa menjadi beban tekanan batin klien atau mengaktifkan kekuatan potensinya.
6)        Metode bimbingan agama
a)      Metode individual
Metode ini pembimbing melakukan komunikasi langsung secar individual dengan puhak yang dibimbingnya.
b)      Metode kelompok
Metode ini sama dngan group guidance, tapi dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbing mengarahkan pembicaraan dan diskusi pada masalah keagamaan dan sasarannya pada klien yang mempunyai masalah yang sama.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ketegangan serta ketakutan yang dialami manusia menjadi persemaian yang subur sekali bagi timbulnya bermacam-macam penyakit mental.
Problematika yang dialami pasien sehubungan dengan masalah fisik yang dialaminya, misalnya ketika pasien divonis kemungkinan untuk sembuh kembali sangat kecil atau ketika pasien akan menjalani pengobatan/penyembuhan dengan jalan operasi atau bedah akan memberi pengaruh terhadap kondisi psikologisnya seperti:
a.       Shock
b.      Kecemasan dan ketakutan
c.       Penolakan
d.      Keputusasaan
e.       Kejenuhan dan kebosanan menjalani perawatan
f.       Stress dll.







DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany. 1996. Penerapan Psikologi dalam Keperawatan, Yogyakarta : Andi
Agus, Taufiq, 2005. Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press.
Prayitno dan Erman Amti.(1994) Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,  Jakarta; Dirjen Dikti Depdikbud.



              



[1] Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta; Dirjen Dikti Depdikbud, 1994),  hal. 251
[2] Andrew, Mc Ghie, Terj. Ika Pattinasarany, Penerapan Psikologi dalam Keperawatan, (Yogyakarta : Andi, 1996), h. 351
[3] ibid 351
[4] Agus, Taufiq, Konseling Kelompok bagi Individu Berpenyakit Kronis, (Bandung: Rizky Press, 2005), h. 335
[5] Amril, Studi Kebutuhan Layanan Informasi bagi  Pasien akan di Operasi di RSUD Pariaman, skripsi , 2001 Padang :FIP UNP, , hal  1
[6] Ibid., hal. 8
[7] Prayitno. Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 170
[8] Ibid., hal. 170
[9] Ibid., hal. 171
[10] Prayitno dan Erman Amti. Op. Cit., hal. 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar