TAFSIRAN
AYAT-AYAT TENTANG
BERLOMBA-LOMBA
DALAM KEBAIKAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA NIM
NUR JANNAH NASUTION 14
201 00178
RIKAH ASRILA RANGKUTI 14 201 00189
DOSEN
PENGAMPU
ALI
ANAS NASUTION, M.A
NIP. 19680715 200003 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah Subhaanahu wata’aala, karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam
dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shalallahi ‘alaihi wa sallam
atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam
mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai “Memahami Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Berlomba-Lomba dalam Kebaikan”
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Materi Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Padangsidimpuan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Pengertian
Berkompetisi.................................................................. 2
B. Pengertian Kebaikan........................................................................ 2
C. Lafal , Arti Dan Kandungan Ayat-Ayat
Tentang
Kompetisi Dalam Kebaikan............................................................. 3
D. Penjelasan Makna Secara Umum Ayat-Ayat Tentang
Kompetisi Dalam Kebaikan ............................................................ 11
BAB III PENUTUP.................................................................................... 15
A. Kesimpulan...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada
kita semua yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita
meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata,
yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan
rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan
yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita
adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan
lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan
berkompetisi dalam meraih kebaikan untuk kehidupan yang akan datang dengan cara
menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita
untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih,
mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan
dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.
Apa pengertian dari berkompetisi?
2.
Apa pengertian kebaikan?
3.
Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT
dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148 untuk berkompetisi ?
4.
Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT
dalam Al-Quran Surat Al-
Faathir : 32 untuk berkompetisi ?
5.
Apa
faedah berkompetisi dalam urusan akhirat ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Berkompetisi
Kompetisi adalah
kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban
kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over
(atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan
dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux,
Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan
cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk
bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu
situasi.
Menurut Chaplin
(1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu,
atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.
B.
Pengertian Kebaikan
Secara umum
kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan
manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut
menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan
itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah
lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul
dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah
jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia
harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus
ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan
hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara
serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak
akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk
setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai
sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir
selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan
kesenangan atau tidak.
Tingkah laku
atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke
arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik
sebagai manusia.
C.
Lafal , Arti Dan Kandungan
Ayat-Ayat Tentang Kompetisi Dalam Kebaikan
1. Surah
Al Ba-Qarah
a. Surah
dan artinya
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
Artinya
: 148. Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b. Arti kata dan Identifikasi tajwid
a) Arti
Kata
No
|
Lafadz
|
Arti
|
1.
|
وَلِكُلِّ
|
Dan bagi tiap tiap ( umat )
|
2.
|
وِّجْهَةُ
|
Kiblat
|
3.
|
هُوَ
|
Ia
|
4.
|
مُوَلِيْهَا
|
Menghadap kepadanya
|
5.
|
فَاسْتَبِقُوا
|
Maka berlomba – lombalah kamu
|
6.
|
الْخَيْرَتِ
|
Kepada kebaikan
|
7.
|
اَيْنَ
مَا
|
Dimana saja
|
8.
|
تَكُوْنُوْ
|
Kamu berada
|
9.
|
يَأْتِ
|
Menghadapkan / mengumpulkan
|
10.
|
بِكُمُ
اللهُ
|
Dengan / padamu Allah
|
11.
|
جَمِيْعًا
|
Semua / sekalian
|
12.
|
اِنَّ
اللهَ
|
Sesungguhnya Allah
|
13.
|
عَلَى
كُلِّ
|
Atas segala
|
14.
|
شَيْئٍ
|
Ssuatu
|
15.
|
قَدِ
يْرٌ
|
Maha kuasa
|
b) Penerapan hukum tajwid
No
|
Lafal
|
Bacaan
|
Cara Membaca
|
Sebab
|
1.
|
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ
|
Idghom bighunnah
|
Walikulliw wijhatun (suara nun tanwin masuk kesuara
wau dengan dengung ditahan kira kira dua ketukan )
|
Ada tanwin kasrah pada huruf lam ber temu dengan huruf wau
|
2.
|
وِجْهَةٌ هُوَ
|
Idhar halqi
|
Wijhatun hua
( dibaca jelas dengan satu ketukan )
|
Ada tanwin dlomah pada huruf ta ber- temu dengan huruf ha
|
3.
|
مُوَلِّيْهَا
|
Mad tabi'i
|
Muwalliihaa
( dibaca panjang 2 ke tukan baik wasal maupun waqaf )
|
Ada ya sukun didahului haro- kat
kasroh dan alif di dahului harakat fathah
|
4.
|
اَلْخَيْرَتِ
|
-mad layin
- idhar qamariyah
|
Al khairat
(dibacalunak)
Alkhairat (dibaca jelas)
|
Ada yak sukun didahu lui harakat fathah
Alif lam ber- temu
dengan huruf kho atau huruf qamariah yang harus dibaca jelas
|
5.
|
تَكُوْنُوْا
|
Mad tabi 'i
|
Takuu nuu
( dibaca panjang dua ketukan baik wasal / waqaf
|
Ada wau sukun dida hului harakat dlomah
|
6.
|
بِكُمُ اللهُ
|
Lam tafkhim
|
Bikumullahu ( lam pada lafal Allah bibaca tebal )
|
Lafal jalalah didahului harakat dlomah
|
7.
|
جَمِيْعًا
|
Mad iwad
|
Jami 'aa ( dibaca panjang dua ketukan )
|
Ada fathah tanwin ber- temu
dengan waqaf
|
c) Kandungan
Isi
Ayat
ini secara global dapat dipahami sebagai dorongan kepada umat Islam untuk
selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Tentunya untuk melihat sebuah perbuatan
tersebut baik atau tidak harus merujuk sesuai dengan aturan Allah SWT yaitu
Al-Qur’an dan sesuai hadits yang shahih.
Dalam
Tafsir Al-Mishbah ayat ini bermakna, Bagi setiap umat ada kiblatnya sendiri
yang ia menghadap kepadanya, sesuai dengan kecenderungan atau keyakinan
masing-masing. Kalaulah mereka dengan mengarah ke kiblat masing-masing
bertujuan untuk mencapai ridha Allah dan melakukan kebajikan, maka wahai kaum
muslimin berlomba-lombalah kamu dengan mereka dalam berbuat aneka kebaikan.[1]
Dalam
ayat ini Allah memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berlomba-lomba dalam
mengerjakan kebaikan (fastabiqul-khairat). Makna dari semua itu adalah
hendaknya kita giat melakukan segala bentuk kebaikan seperti shalat, mengaji,
menuntut ilmu dan amalan-amalan sejenisnya.[2]
Setiap
umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Alloh
subhaanahu wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam
beribadah kepada-Nya dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia
yang taat dan patuh terhadap perintah Alloh, tentu akan melaksanakan dengan
penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat
sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah
akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala
alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Allah subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang
patuh dan taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan
meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan
membalasnya dengan pahala dan surga,
adapun manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah
neraka yang apinya selalu menyala-nyala.
Berlomba-lomba
dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah
Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Perbuatan baik
sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga perbuatan buruk
atau jahat sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan setimpal. Tidak
ada satupun manusia di hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan
Allah swt.[3]
2. Surah Al-Fathir: 32
a. Surah
dan Artinya
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuöyø9$$Î/ ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 Ï9ºs uqèd ã@ôÒxÿø9$# çÎ7x6ø9$# ÇÌËÈ
Artinya
: 32. Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka
sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada
(pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang
demikian itu adalah karunia yang Amat besar.
b. Arti kata dan identifikasi Tajwid
No
|
Lafadz
|
Arti
|
1.
|
ثُمَّ
|
Kemudian
|
2.
|
اَوْرَثْنَا
|
Kami wariskan
|
3.
|
الْكِتَبَ
|
Kitab
|
4.
|
الَّذِيْنَ
|
Orang – orang yang
|
5.
|
اصْطَفَيْنَا
|
Kami pilih
|
6.
|
مِنْ
عِبَادِنَا
|
Diantara hamba – hamba kami
|
7.
|
فَمِنْهُمْ
|
Maka diantara
mereka
|
8.
|
ظَالِمٌ
|
Zalim / aniaya
|
9.
|
لِنَفْسِهِ
|
Pada dirinya sendiri
|
10.
|
وَمِنْهُمْ
|
Dan diantara mereka
|
11.
|
مُقْتَصِدٌ
|
Pertengahan
|
12
|
وَمِنْهُمْ
|
Dan diantara mereka
|
13
|
سَابِقٌ
|
Mendahului
|
14
|
بِالْخَيْرَتِ
|
Dengan berbuat kebaikan
|
16
|
بِاِذْنِ
اللهِ
|
Dengan izin Allah
|
17
|
ذَلِكَ
|
Demikian itu
|
18
|
هُوَ
|
Ia / adalah
|
19
|
الْفَضْلُ
|
Karunia
|
20
|
الْكَبِيْرُ
|
Yang besar
|
c. Penerapan
hukum tajwid dalam surat Fathir ayat 32
No
|
Lafal
|
Bacaan
|
Cara Membaca
|
Sebab
|
1
|
اَلْكِتَبَ
|
Alif lam qamariyah
|
Al kitaba
( lam takrif dibaca jelas dan terang )
|
Ada lam takrif bertemu deng-an
huruf kaf
|
2
|
مِنْ
عِبَادِناَ
|
Idhar halqi
|
Min 'ibadina
( nun sukun dibaca jelas dengan satu ketukan )
|
Ada nun su- bertemu
de- ngan huruf 'ain
|
3
|
فَمِنْهُمْ
|
Mad tabi'i
|
Faminhum
( nun sukun dibaca jelas dengan satu ketukan )
|
Ada nun su- kun
bertemu dengan huruf ha
|
4
|
فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ
|
Idhar syafawi
|
Faninhum dlolimun
( mim di baca jelas dengan merapatkan bibir
satu ketukan )
|
Ada mim su- kun
bertemu dengan huruf dho
|
5
|
ظَالِمٌ
لِّنَفْسِهِ
|
Idghom bilaghu
nah
|
Dholimul linafsihi
( suara tanwin masuk / lebur pada suara lam tanpa dengung
)
|
Ada tanwin dlomah pada huruf mim bertemu de- ngan huruf lam
|
6
|
وَمِنْهُمْ
مُقْتَصِدٌ
|
Idghom mimi
|
Waminhumm muqta- sidun
( suara mim sukun masuk ke suara mim ber- harakat dihadapannya mendengung yang keluar dari pangkal
hidung tiga ketukan )
|
Ada mim sukun berte mu dengan huruf mim
|
7
|
سَابِقٌ
باِلْخَيْرَتِ
|
Saabiqumbil khairat
( suara tanwin menjadi mim tatkala menghadapi
huruf ba /sengau keluar dari pangkal hidung )
|
Ada tanwin dlomah ber-
temu dengan huruf ba
|
d. Kandungan
isi
Al-Hasan
berkata, “Orang yang zalim itu ialah orang yang keburukan-keburukannya lebih
berat daripada kebaikan-kebaikannya. Al-muqtasid ialah orang yang sama antara
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukannya. Sedang sabiq ialah orang yang
kebaikan-kebaikannya lebih berat daripada keburukan-keburukannya.[4]
Bagi
yang berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang kelompok pendurhaka yang
bakal menghuni neraka. Mereka memahaminya dalam arti hamba-hamba Allah, baik
yang taat maupun yang durhaka. Dari hamba-hamba Allah itulah Yang Maha Kuasa
memilih dua kelompok, yakni yang muqtashid dan yang sabiq bi al-khairat. Sedang
yang tidak dipilih adalah yang zalim.[5]
Kesimpulannya,
bahwa umat Islam dalam amal ada tiga golongan. Yaitu, orang lalai dalam
mengamalkan Al-Qur’an dan berlebih-lebihan terhadap dirinya sendiri. Orang yang
kadang-kadang mengamalkannya dan kadang-kadang menyalahinya. Dan orang berlomba
kepada pahala Allah dengan melakukan kebaikan-kebaikan dan amal-amal saleh
karena mendapatkan kemudahan dan taufik dari Allah.
Berdasarkan
Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam tiga derajat
kedudukan manusia yaitu :[6]
a) Golongan
Dhoolimun li nafsih
Golongan yang
selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang
durhaka kepada Allah, dengan meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan
larangan-Nya. Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak
menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat
kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak
kejahatannya
b) Golongan
Mukhtasid
Golongan dari
kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan , bersifat cermat dan
senantiasa berhati-hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi
larangan-larangan-Nya Orang yang semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang
seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.
c) Golongan
Sabiqun bil khoirot
Golongan dari
manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan yang wajib dan
mengerjakan amalan-amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-perkara
yang syubhat dan ragu-ragu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang beruntung,
yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa
dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal
shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari dengan iman
(bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita walaupun sebesar
langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan mendapat nilai di
sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai berikut:[7]
-
orang yang mati dalam kekafiran (tidak
bertobat) tidak akan diterima amalannya
-
orang-orang yang musyrik akan dihapus
amalannya
-
amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
-
orang kafir akan ditimpakan siksa di
dunia dan di akhirat
-
orang kafir dan musyrik akan dimasukkan
ke dalam neraka
D.
Penjelasan Makna Secara Umum Ayat-Ayat Tentang Kompetisi
Dalam Kebaikan
Berlomba dalam
menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk perguruan
tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin
dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang
bahagia kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal
akhirat. Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal
ini. Kalau kita perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal
berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan
lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang
dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di dalam shalat
jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan
shaf terdepan pada orang lain. Akhirat diberikan pada orang lain(?). Padahal
shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat
sehingga rela jadi yang terbelakang.Ayat yang patut direnungkan bersama pada
kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala,
(#þqà)Î/$y 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB óOä3În/§ >p¨Yy_ur $pkÝÎötã ÇÚöyèx. Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ôN£Ïãé& úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä «!$$Î/ ¾Ï&Î#ßâur 4 y7Ï9ºs ã@ôÒsù «!$# ÏmÏ?÷sã `tB âä!$t±o 4 ª!$#ur rè È@ôÒxÿø9$# ÉOÏàyèø9$# ÇËÊÈ
Artinya
: 21. Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan
bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Ada beberapa faedah yang bisa kita
petik dari ayat di atas.
1. Faedah
pertama
Dalam ayat ini begitu jelas bahwa
Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk meraih ampunan dan surga-Nya. Asy Syaukani rahimahullah
mengatakan, “Berlombalah menjadi yang terdepan dalam beramal sholih yang
menyebabkan datangnya ampunan dari Rabb kalian, serta bertaubatlah atas maksiat
yang kalian perbuat.”[8]
Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah memerintahkan untuk
berlomba-lomba dalam meraih ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya. Ini semua
bisa diraih jika seseorang melakukan sebab untuk mendapatkan ampunan dengan
melakukan taubat yang tulus, istighfar yang manfaat, menjauh dari dosa dan
jalan-jalannya. Sedangkan
berlomba untuk meraih ridho Allah dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan
semangat menggapai ridho Allah selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai
ridho Allah tadi adalah dengan berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah
kepada Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk
dari segala segi.”
2. Faedah
kedua.
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk
menjadi yang terdepan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan”
(QS. Al Baqarah: 148).
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ
الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu
hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26).
Artinya, untuk meraih berbagai
nikmat di surga, seharusnya setiap berlomba-lomba.Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah
menerangkan, “Para sahabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba
untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk
menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka
melihat orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena
telah kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang
terdepan.”[9]
Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain
mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.”Wuhaib
bin Al Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang
bisa mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”Sebagian salaf
mengatakan, “Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu,
seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini.”
3. Faedah
ketiga.
Bagaimanakah
luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السماء
والأرض
“Dan surga yang lebarnya selebar
langit dan bumi”. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar
surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah lagi dengan panjangnya.” Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang mengetahui
hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding
akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia.
Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ
خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Satu bagian kecil nikmat di surga
lebih baik dari dunia dan seisinya.” Seharusnya kenikmatan di surga lebih
semangat kita raih.
4. Faedah
keempat.
Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
Iman yang dimaksud di sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman
yang di luar pokok agama (furu’). Dari sini, berarti
bukan hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun pada perkara
yang di luar pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula
diimani. Contohnya, kita punya kewajiban beriman pada hari akhir secara
umum. Namun jika datang ilmu mengenai perinciannya seperti di antara tanda
datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini juga patut diimani.
5. Faedah
kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat
Allah. Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits,
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » .
قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ
يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata,
ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal
seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga
tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun
tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.”
6. Faedah
keenam.
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah
dari Allah Ta’ala. Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan,
“Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak
ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang
dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya
berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan
tidak kikir.”
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berlomba-lomba
dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah
ternyata bukanlah hal yang mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah
merasakan manisnya iman. Bahkan ini merupakan bentuk rahmat yang agung dan
taufik dari Allah yang memudahkan mereka
untuk merasakan indahnya ‘surga dunia yang hakiki’, agar mereka semakin
termotivasi dan bersemangat mengejar tingginya kenikmatan surga di akhirat
nanti.
Imam ibnul
Qayyim berkata: “Maha suci (Allah ) yang memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya
(yang shaleh) surga-Nya (di dunia) sebelum (mereka) bertemu dengan-Nya (di
akhirat kelak), dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu surga-Nya di negeri
(tempat) beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan kesejukan dan
keharumannya, yang itu (semua) menjadikan mereka (termotivasi untuk)
mencurahkan (semua) kemampuan mereka untuk meraihnya dan berlomba-lomba
mendapatkannya”.
Berlomba-lomba
dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah ternyata bukanlah hal yang
mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah merasakan manisnya iman. Bahkan
ini merupakan bentuk rahmat yang agung dan taufik dari Allah yang
memudahkan mereka untuk merasakan indahnya ‘surga dunia yang hakiki’, agar
mereka semakin termotivasi dan bersemangat mengejar tingginya kenikmatan surga
di akhirat nanti.
DAFTAR
PUSTAKA
M. Quraish Shihab, 2011. Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati.
TMBG PAI MA, 2008. Qur’an Hadits Kelas XI,
Jakarta : Akik Pustaka.
Ismail. Abu Fida’
Ibnu Kasir ad-Dimasyqi, 2004. Tafsir Ibnu Katsir , Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Ahmad Mustafa Al Maragi, 1992. Tafsir Al-Maragi, Semarang:
CV. Toha Putra.
[1]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm
424.
[2]
TMBG PAI MA, Qur’an Hadits Kelas XI, (Jakarta : Akik Pustaka, 2008), hlm
28.
[3]
Ismail. Abu Fida’ Ibnu Kasir
ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir , (Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2004),
hlm 35-36
[4]
Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1992),
hlm 227.
[5]
M. Quraish Shihab, Op. Cit,, hlm 70.
[7]
TMBG PAI MA, op.cit., hlm. 30.
[8]
Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7/156.
[9]
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan
pertama, 1428 H, hal. 428.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar