DASAR-DASAR
PEMBELAJARAN BAHASA ASING
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1. ZAINAB
SIREGAR
|
|
2. NURASYAH
|
|
DOSEN
PENGAMPU
JURUSAN BAHASA
ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat
Allah SWT karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Dasar-Dasar Belajar Bahasa Asing” kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Dosen. yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah
satu syarat guna melengkapi tugas mata kuliah ini. Disamping itu, makalah ini
dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang Belajar Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut
masalah pembahasan yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan
kami, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Padangsidimpuan, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................. .. i
DAFTAR
ISI................................................................................................................................. .. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................................. .. 1
A.
Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................................... .. 1
C.
Tujuan.................................................................................................................................... 2
D.
Manfaat ................................................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
A.
Hakikat Bahasa ..................................................................................................................... 4
B.
Proses Berbahasa................................................................................................................... 5
C.
Dasar-Dasar Belajar Bahasa Asing........................................................................................ 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kajian linguistik umum bahasa, baik sebagai langage
maupun langue, didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang bersifat
arbitrer yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat komunikasi
sosial. Sebagai salah satu sistem maka bahasa itu mempunyai struktur dan kaidah
tertentu yang harus ditaati oleh para penuturnya. Sebagai sebuah sistem, bahasa
juga bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Bersifat sistematis, artinya
secara keseluruhan bahasa itu ada kaidah-kaidahnya. Lalu, secara sistemis
artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan ada
subsistem-subsistemnya, yaitu subsistem gramatikal dan subsistem semantik.
Dalam proses pemilihan bahasa yang di lakukan anak bukanlah
suatu yang mudah seperti umumnya di katakan orang. Anak harus mendengarkan
contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat hipotensis, merevisi hipotensi
untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima oleh masyarakat. Selain itu
juga dalam proses pemerolehan dan penguasaan bahasa, anak memerlukan rangsangan
dari luar untuk memicu bahasa itu, dalam bentuk lisan atau ucapan yang di
dengar oleh si anak.
Psikolog dan linguis lebih suka menggunakan istilah akuisisi
bahasa (Language Acquisition) daripada belajar bahasa (Acquisition Learning).
Penggunaan istilah akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dan karena itu
telah digunakan secara umum, yang ditafsirkan sabagai akuisisi suatu bahasa
digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa
pada penutur bahasa. Teori akuisisi bahasa ini dibuat oleh ahli
psikolinguistik. Teori akuisisi ada tiga, yaitu: teori akuisisi bahasa yang
behavioristik, teori akuisisi bahasa yang mentalistik, dan teori akuisisi yang
kognitiftik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat
dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1. Bagaimana
hakikat bahasa?
2. Bagaimana
proses berbahasa?
3. Apa
saja teori-teori dalam belajar bahasa secara umum?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk
mendeskripsikan hakikat bahasa.
2. Untuk
mengetahui proses berbahasa.
3. Untuk
mendeskripsikan teori-teori dalam belajar bahasa asing secara umum.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
pengetahuan tentang “dasar-dasar pembelajaran bahasa asing” bagi kita semua.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Bahasa
Proses pemilihan bahasa
yang di lakukan anak bukanlah suatu yang mudah seperti umumnya di katakan
orang. Anak harus mendengarkan contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat
hipotensis, merevisi hipotensi untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima
oleh masyarakat.[1]
Dalam bidang fonologi ia di tuntun oleh perkembangan biologis dan
neurologisnya, sedangkan di bidang semantik ia berjalan selaras dengan
perkembangan koknisinya. Ia tidak dapat berjalan lebih cepat dari pada jadwal
alam yang dihadapinya.
Dalam proses
pemerolehan dan penguasaan bahasa, anak memerlukan rangsangan dari luar untuk
memicu bahasa, dalam bentuk lisan atau ucapan yang di dengar oleh si anak.
Namun, kenyataan ada anak yang mendapatkan gangguan dalam menerima maupun
memproduksi rangsangan tersebut, yang disebut dengan afasia. Setiap manusia
minimal menguasai satu bahasa, baik secara lisan, tulisan maupun lisan dan
tulisan. Dalam proses penguasaan bahasa, seorang manusia secara tidak langsung
akan mengalami proses pemerolehan bahasa. Proses dan sifat pemerolehan bahasa
itu berjalan dinamis secara berlangsung lewat sebuah pentahapan secara
berjenjang dan di pengaruhi oleh penggunaan bahasa sekitar. Dengan kata lain
perjalanan pemerolehan bahasa akan sangat berpengaruh pada lingkungan bahasa
pemakai. Seorang pemakai bahasa melakukan proses akal atau pikiran yang berlaku
untuk merespon stimulus yang ada dalam berbahasa.
Kemampuan bicara tidak
terlepas juga dari perkembangan kognitif anak. awal proses perkembangan
kognitif dimulai dengan periode dengan sensori motor. Rangsang suara terhadap
telinga telah berfungsi sejak di lahirkan, rangsang penglihatan terhadap mata
mulai berfungsi setelah usia minggu ke dua kelahiran, rangsaang sentuhan dan
rabaan, rangsang penciuman, pengecapan semuanya harus di latih sebagai
pemanasan untuk melaksanakan pengembangan fungsi indra dan gerak.[2]
Proses berbahasa di lakukan setiap manusia karena adanya perangkat lunak
sebagai alat berbahasa. Kita mendengar seorang yang sedang berbicara
sesungguhnya kita hanya mendengar bunyi-bunyi, yaitu bunyi bahasa. Bunyi bahasa
yang kita mengerti menandakan bahwa pembicara memiliki bahasa yang sama dengan
bahasa kita atau antara pembicara dan kita sebagai pendengar, saling mengerti.
Sebaliknya, kalau kita mendengar urutan bunyi bahasa tetapi kita tidak mengerti
apa yang di katakan, itu berarti bahwa bahasa yang di gunakan bukan bahasa kita
atau bahasanya asing bagi kita.
Itu sebapnya dikatakan,
kalau kita sedang berkomunikasi maka syarat utama yakni saling mengerti .
Artinya antara pembicara dan pendengar harus ada persepsi yang sama tentang
bahasa yang di gunakan. Secara operasional komunikasi yang sedang berlangsung itu
bersifat timbal balik. Namun demikian, dalam keadaan tertentu komunikasi itu
bersifat searah.
Bahasa yang di gunakan
dalam proses komunikasi, sebenarnya melalui suatu proses yang di sebut proses
bahasa. Proses bahasa itu dapat di bagi tiga bagian, yaitu:[3]
1. Proses
masih dalam jati diri seseorang
2. Berada
di lingkunagan
3. Berada
dalam jati diri pendengar
Dalam kaitan dengan proses bahasa, Multon dalam
Pateda ( 1990: 28) mengemukakan 11 tahap yang di lalui oleh bunyi bahasa dari
pembicara kepada pendengar. Tahap yang di maksud, yaitu:[4]
1) Membut
kode semantis
2) Membuat
kode gramatikal
3) Membuat
kode fonologis
4) Perintah
otak
5) Gerakan
alat ucap
6) Bunyi
yang berupa getaran
7) Perubahan
gerakan melalui telinga pendengar
8) Getaran
di teruskan ke otak
9) Pemecahan
kode fonologis
10) Pemecahan
kode gramatikal
11) Pemecahan
kode semantik
Proses
bahasa berawal dari situmulus, yang menyebapkan adanya rumusan konsep, konsep
siap untuk di ujarkan, ujaran ini berperoses melalui udara yang kemudian
berproses melalui udara yang kemudian berproses di dalam telinga pendengar.
Ujaran ini akan merupakan stimulus pendengar. Stimulus yang berasal dari
pembicara akan di rumuskan dalam bentuk konsep di dalam otak pendengar konsep
ini berwujud jawaban atau reaksi atas stimulus yang berasal dari pembicara tadi.
B. Proses Berbahasa
Psikolog
dan linguis lebih suka menggunakan istilah akuisisi bahasa (Language
Acquisition) daripada belajar bahasa (Acquisition Learning). Penggunaan istilah
akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dan karena itu telah digunakan secara
umum, yang ditafsirkan sabagai akuisisi suatu bahasa digunakan tanpa
kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur
bahasa.
Pada
umumnya anak yang normal memperoleh kecakapan bahasa melalui bunyi-bunyi bahasa
yang ia dengardi sekelilingnya tanpa disengaja dan tanpa perintah. Kecakapan
berbahasa itu berkembang terus tahap demi tahap dan makin berdiferensi sesuai
dengan perkembangan intelegensi dan latar belakang sosial budaya yang
membentuknya.
Pemerolehan
bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh
anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit
ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali
terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu
ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik serta yang paling
sederhana dari bahasa tersebut.
Dengan
demikian kesejagatan bahasa ditentukan oleh potensi bawaan itu. Dalam
hubungannya ini, kaum ini memberikan alasan:[5]
a. Semua
manusia belajar bahasa tertentu
b. Semua
bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh manusia
c. Semua
bahasa manusia berbeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua bahasa mempunyai ciri
pembeda yang umum
d. Ciri-ciri
pembeda ini yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian
potensi bawaan bahasa tersebut.
C.
Dasar-Dasar
Belajar Bahasa Asing
Mengapa Bahasa Asing
begitu tidak mudah untuk dikuasai? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
sulitnya belajar Bahasa Asing.
Faktor yang pertama dan
yang utama mengapa Bahasa Asing begitu tidak mudah untuk dikuasai adalah karena
Bahasa Asing bukan bahasa ibu kita.
Faktor yang kedua,
tidak memadainya sistim pendidikan yang ada. Dalam arti, pelaku pendidikan
bahasa Asing saat ini, baik tenaga pendidik maupun yang dididik, sama-sama
tidak memahami teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam
mempelajari Bahasa Asing.[6]
Faktor yang ketiga,
tentunya adalah faktor internal, yaitu kurangnya kesungguhan pembelajar Bahasa Asing
itu sendiri dalam mempelajari Bahasa Asing.
Dari ketiga faktor
tersebut, yang perlu penulis bahas adalah faktor yang kedua.
a. Teori
dan Pendekatan Belajar Bahasa Asing
Menurut Evelyn (2010) dalam English
made easy ada 3 teori dalam mempelajari bahasa asing.
a) Teori
Tingkah Laku (Behaviorism Theory)[7]
Menurut
pencetusnya, Skinner dan Parlov, belajar bahasa adalah proses pembentukan
kebiasaan melalui kegiatan : stimulus-renponse-reinforcement.
Teori inilah
yang mendasari munculnya pendekatan audiolingual yang popular pada tahun 50 dan
60an. yaitu metode belajar Bahasa Asing yang menekankan drill atau latihan
pengulangan. Misalnya dengan cara guru mengucapkan kalimat, dan siswa mengulang
ucapan guru tadi beberapa kali. Dengan kata lain, metode ini adalah menghafal
pola kalimat atau percakapan Bahasa Asing dengan cara mengucapkan berulang
ulang.
Kelemahan metode
ini :
ketidakmampuan
siswa untuk membuat kalimat-kalimat baru selain yang telah dihapal. Dan
kenyataannya, sedikit sekali orang yang bisa mempertahankan hafalannya dalam
waktu yang cukup lama.
b) Teori
Kognitif (Cognitive Theory)[8]
Menurut
Chomsky, dalam mempelajari bahasa, manusia diciptakan dengan kemampuan
kognitif, yaitu memproses masukan yang diterima dan menciptakan kalimat-kalimat
baru yang tidak terbatas jumlahnya.
Teori
ini mendasari munculnya pendekatan baru dalam bahasa asing, yaitu penekanan
tata bahasa (Grammar).
Kelemahan
metode ini :
Dengan
pendekatan grammar ini, seseorang kesulitan untuk menggunakan bahasa Asing
lisan secara lancar, karena dalam berbahasa lisan dituntut respon yang cepat.
Selain itu, banyak kalimat yang secara gramatika benar, namun tidak lazim
digunakan dalam bahasa percakapan (lisan).
c) Teori
penyerapan bahasa secara alami ( Acquisition Theory)[9]
Menurut Krashen
(1983), proses belajar bahasa terdiri dari 2 cara yaitu, acquisition dan
learning.
Acquisition
yaitu proses belajar bahasa secara alami dari pengalaman langsung dalam
berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Sedangkan learning adalah proses belajar
bahasa melalui pemahaman unsur-unsur bahasa yang kemudian digunakan untuk
berkomunikasi.
Menurut Krashen,
untuk bisa berbahasa Asing, sesorang tidak perlu belajar secara formal. Cukup
dengan pengalaman langsung berkomunikasi dengan bahasa tersebut, seseorang
dapat menguasinya. Misalnya seorang anak kecil yang secara alami dapat
berbicara sesuai dengan bahasa ibunya.
Kelemahan metode
ini :
Metode Krashen
ini hanya cocok bagi anak kecil, & sulit bagi orang dewasa. Acquisition ini
memerlukan waktu yang lama, yang umumnya tidak dimiliki oleh orang dewasa.
Bayangkan jika untuk mempelajari bahasa Asing kita harus tinggal di negara yang
menggunakan bahasa Asing, tentu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang
besar.
Terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang
menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan
mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan pendidikan masa mendatang.
Perubahan-perubahan pandangan ini berimplikasi terhadap terjadinya perubahan
cara pandang bahkan perubahan konsep dalam memaknai eksistensi, prinsip-prinsip
dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Asing approach yang
memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’.[10] Di
dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of
beginning something ‘cara memulai sesuai. Karena itu, istilah pendekatan
dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas,
pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar.
Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau
keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat
aksiomatis.[11]
Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah
suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran
suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode
pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan
perubahan paradigma tadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan
potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan
dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan mampu mendukung optimalisasi
pengembangan potensi peserta didik sebagaimana diharapkan. Karena itu dalam
proses pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menyampaikan materi pelajaran
akan tetapi harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya
membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
berlaku.
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada
teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi
sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa
mengemukakan asumsi-asumsi dan penemuan tentang hakikat bahasa,
karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai
media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa
mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan
dalam psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam
definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang
digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode
pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa
struktural yang mengemukakan karya linguistik menurut pandangan kaum
strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme
diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar
Method).
Untuk mempermudah
kemampuan berbicara(speaking) kita. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara
/ metode yang cukup berguna bagi kita untuk kita coba. Di antaranya yaitu :[12]
1) Perbanyak
Kosa Kata (vocabulary)
Sebelum kita
menguasai Komunikasi dan tata bahasa asing, maka kita harus memiliki
perbendaharaan kata/ vocabulary yang biasa digunakan setiap hari dalam
percakapan. Di sini kita mengenal dan menguasai sedikita vocabulary untuk
membantu memperlancar kita. Akan terasa
sulit jika kita tidak punya dasar sedikitpun mengenai vocabulary dasar yang
biasa dipakai sehari-hari.
2) dengan Suara Keras
Dengan membaca
Bahasa Asing dengan suara keras, tidak hanya untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan pengucapan kata, namun juga berperan untuk
meningkatkan keterampilan mendengarkan tata bahasa dan kosa kata juga.
Pelajarilah Bahasa Asing dengan membaca.
3) Mengenal
Tata Bahasa Asing Sederhana
Tata bahasa atau
grammar dalam Bahasa Asing mungkin sulit bagi kita untuk menguasainya secara
sempurna. Namun kita sebenarnya tidak harus pusing mempelajari tata bahasa atau
grammar Bahasa Asing lebih mendetail. Yang penting kita mempunyai pemahaman
dasar tentang grammar Bahasa Asing itu menjadi modal kita untuk mengembangkan
kemampuan bahasa asing di level yang lebih tinggi. Contoh grammar sederhana
yang dapat kita pelajari adalah mengenai noun, verb, to be, adjective, adverb,
personal pronoun, tenses sederhana, seperti simple present tense, continuous
tense, past tense future tense dan sebagainya. Dengan kita sedikit mengetahui
grammar dasar itu modal cukup bagi kita untuk mengembangkan kemampuan yang
lebih selanjutnya.
4) Membaca
Tulisan Bahasa Asing
Yang dimaksud
bacaan di sini adalah kita menyukai buku-buku, buku cerita tulisan, cerpen,
novel, komik, majalah, surat kabar, dan lainnya dalam Bahasa Asing. Kebiasaan
membaca teks/tulisan/bacaan Bahasa Asing akan membuat kita familiar dan kita
dapat mengerti dan menikmati cerita/isi/pesan teks tadi. Selain itu kita dapat
menemukan vocab baru sehingga bertambahlah perbendaharaan Bahasa Asing kita.
Membaca tidak harus dipaksa tetapi kesadaran kita sendiri dan kita
menikmatinya.
5) Percakapan
Bahasa Asing
Bahasa tidak
akan ada artinya manakala tidak dipraktekan, manakala tidak diaplikasikan dalam
percapakan kita sehari-hari. Bahasa akan cepat berkembang apabila kita
menggunakannya. Di dalam conversation dengan orang lain dapat membantu kita
untuk percaya diri, dapat membantu kita untuk belajar dari kesalahan, membantu
kita belajar dari orang lain. Silahkan anda mulai bercakap cakap dan
berkomunikasi dalam bahasa Asing kepada teman yang anda anggap mampu dan
lumayan bisa. Tidak apa-apa mungkin Bahasa Asing kita jelek tapi percayalah
bahwa dengan kita membiasakan diri Bahasa Asing kita akan dapat berkembang.
Selain dengan teman, kita juga bisa mencoba berkomunikasi dengan guru kita, dan
jika kita memiliki perkumpulan atau English club itu sangat membantu. Manfaatkan
sewaktu anda bepergian dan berwisata di tempat-tempat yang terdapat para turis
asing, maka ajaklah mereka untuk berkomunikasi dengan kita dengan cara yang
sopan tentunya. Intinya bahasa akan cepat mengena dan berkembang ketika kita
terbiasa menggunakannya.
Sebelum
kita mempelajari Bahasa Asing lebih lanjut, kita punya dasar senang dulu sama
Bahasa Internasional ini. Layaknya kita senang dan sayang sama teman atau sama
pacar kita. Jika di dalam hati kita sudah tertanam rasa senang, rasa antusias
belajar Bahasa Asing, maka itu modal dasar bagi kita untuk memudahkan belajar
Bahasa Asing. Dengan antusiasme dan senang maka tidak mustahil ilmu Bahasa Asing
akan mudah masuk ke dalam memori kita.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari Pembahasan dalam
makalah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut:
a.
Perlu adanya teori dan pendekatan yang
efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa Inggris. Ada tiga teori
yaitu teori tingkah laku, teori kognitif, dan teori penyerapan bahasa secara
alami
b.
Ternyata ada berbagai macam cara agar
bisa mempelajari cara bicara (speaking) diantaranya yaitu memperbanyak kosa
kata, membaca dengan suara keras, mengenal tata bahasa inggris sederhana,
membaca tulisan Bahasa Inggris, melakukan percakapan dengan Bahasa Inggris, mendengarkan
lagu Bahasa Inggris, menonton film Bahasa Inggris, dan senang dengan Bahasa
Inggris.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu, J.S. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Brown, H. Douglas. Principles
of language learning and Teaching, Fifth Edition, (USA: Pearson Education, 2006) , h.17
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta, 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: PT. Nusa Indah, 1997.
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1993.
Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, Springfield: Merriam-Webster, Inc., 2008.
Pei, Mario A. and Frank Gaynor. A Dictionary of
Linguistics. New York: Philosophical Library, 1975.
Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. Padang: Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Padang, 2010.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006.
[1]
Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, (Springfield:
Merriam-Webster, Inc., 2008), h. 913
[2]
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 21
[3]
Mario A. Pei and Frank Gaynor, A Dictionary of Linguistics (New York:
Philosophical Library, 1975), h. 119.
[4]
H. Douglas Brown, Principles of language learning and Teaching, Fifth Edition,
(USA: Pearson Education, 2006) , h.17
[5]
Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1990), h.
4
[6]
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
(Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 74.
[7]
Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. (Padang: Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Padang, 2010), h. 25.
[8]
Ibid., hal. 7
[9]
Brown, op. cit., h. 8.
[10]
Henry Guntur Tarigan. Metodologi Pengajaran
Bahasa. (Bandung: PT. Angkasa. 2009), h. 9.
[11]
J.S. Badudu. Pintar Berbahasa Indonesia
1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka,
1996) h. 17.
[12]
J.S. Badudu. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar