PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAKU DAN TIDAK BAKU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK III (TIGA)
1.
AULIA RAMADHAN 1640100129
2.
WILDA SONJA
FITRIA 1640200241
3.
AL JUPRI 1640200055
DOSEN PEMBIMBING
AHMAD SAINUL, MA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa
Indonesia dengan judul “Bahasa Indonesia Baku dan Tidak baku” tepat pada waktunya.
Terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak dosen pengasuh mata kuliah Bahasa
Indonesia yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan
saya dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah dan teman-teman yang telah
membantu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini .
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya
menyadari masih terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata
maupun tata bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Padangsidimpuan, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalh ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.
Pengertian
Bahasa Baku......................................................................... 3
B.
Bahasa
Indonesia Baku ......................................................................... 4
C.
Bahasa Tidak
Baku................................................................................. 7
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
A.
Kesimpulan......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa Indonesia
merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat
Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari
pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis
yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa
Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan
antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup
penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa
diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita
sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia
perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan
mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa
Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana
bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa
Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun
pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif
konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak
orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan
benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku.
Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa
yang baku”.
Slogan
“pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang
tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang
menarik untuk dibahas tentang pengertian
bahasa baku, pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku,
pengertian bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak
baku, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh
kesalahan berbahasa.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut ;
1. Apa
yang dimaksud dengan bahasa baku?
2. Apa
yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
3. Apa
yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4. Apa
yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
5. Apa
ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
6. Bagaimana
pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
7. Apa
contoh-contoh kesalahan berbahasa?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa Baku
Bahasa baku
ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi
bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang
paling betul” bagi sesuatu bahasa.[1]
Bahasa baku
adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat,
dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.[2]
Bahasa baku atau
bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa.
Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini
bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat
bahasa baku.
Bahasa baku itu
difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan
kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa
baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam
dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem
Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku
sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai
model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Bahasa baku
merupakan bahasa yang dapat
mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa
baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah
bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat
gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.[3]
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
B.
Bahasa Indonesia Baku
1. Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia
baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah
dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh
masyarakat Indonesia secara luas.[4]
Contoh pada
Undang-undang dasar :
Undang-undang
dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari
beberapa kalimat dalam undang-undang
tersebut menunjukkan bahasa baku, dan merupakan
pemakaian bahasa secara baik dan benar.
2. Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri-ciri
bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh
para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain
Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri
bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di
bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang
telah dibuat oleh para pakar tersebut.
Ciri-ciri
Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :[5]
a)
Pelafalan sebagai bahagian fonologi
bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit
diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan /
diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan
b)
Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan
lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung
yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan
baik.
c)
Konjungsi sebagai bahagian morfologi
bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak
percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
d)
Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai
bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di
dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku
itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara
kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita
harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
e)
Preposisi atau kata dengan sebagai
bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap
dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya
kemarin.
Ia benci sekali kepada
orang itu.
f)
Bentuk kata ulang atau reduplikasi
sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus
diawasi setiap saat.
Semua
negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik
pertemuan harus dapat dihasilkan
dalam musyawarah itu.
g)
Kata ganti atau polaritas tutur sapa
sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa
bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama
berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang
harus bisa berpengertian yang sama.
h)
Pola kelompok kata kerja aspek + agen +
kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan
diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia
terima.
i)
Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai
bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas
dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Saudaranya
Dikomentari
Mengotori
harganya
j)
Fungsi gramatikal (subjek, predikat,
objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau
diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
k)
Struktur kalimat baik tunggal maupun
majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat
bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan
dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia
mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
l)
Kosakata sebagai bagian semantik bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam
kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana,
memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silakan.
m) Ejaan
resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan
tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
n)
Peristilahan baku sebagai bahagian
bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan
Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
C.
Bahasa Tidak Baku
1. Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah bahasa
tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa
nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa
nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.[6]
Suharianto
berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu
variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu
dalam pemakaian bahasa tidak resmi.[7]
Alwasilah
berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai
kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak
biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan.
Bahasa tidak
baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard,
Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal
berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak
memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang
berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di
lingkungan tidak resmi.
2. Bahasa
Indonesia Tidak Baku
Bahasa Indonesia
tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model
masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
3. Ciri-Ciri
bahasa Indonesia Tidak Baku[8]
Pembahasan ragam bahasa tidak baku
oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena ragam bahasa baku
merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa
ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan
santai.
Ada 8 penyebab ketidakbakuan
kalimat dalam Bahasa Indonesia :
a) Pelesapan
Imbuhan
(prefiks dan sufiks)
Polisi terus usut kematian Munir.
Presiden resmikan 8 pabrik gula.
Polisi terus mengusut kematian
Munir.
Presiden meresmikan delapan pabrik
gula.
Engkau harus hati-hati jika bertemu
dengan dia.
Saya ingin langganan majalah itu.
Dua orang pemulung hukum dua tahun.
b) Pemborosan
Penggunaan Kata
Kemarin dia bertanding di Beijing
di mana ia kalah angka.
Tempat di mana ditemukannya benda
itu telah dicatat.
Kemarin, dia bertanding di Beijing
dan kalah.
Tempat ditemukannya benda itu telah
dicatat.
Tujuan daripada pertemuan itu
adalah pembuatan kesepakatan.
Semua peserta daripada pertemuan
itu sudah hadir.
Tujuan pertemuan itu adalah
pembuatan kesepakatan.
Semua peserta pertemuan itu sudah
hadir.
c) Ketidaktepatan
Pemilihan Kata
-
Penggunaan Kata Bahasa Jawa
-
Penggunaan Kata yang Termasuk Ragam
Tidak Baku
-
Kesalahan Pembentukan Kata
-
Ketidaktepatan Penggunaan Kata ‘di mana’
-
Ketidaktepatan Penggunaan Imbuhan meN-i
-
Ketidaktepatan Penggunaan Bentuk –nya
-
Ketidaktepatan Penggunaan Kata-kata
Tertentu
Di muara sungai itulah terdapat
sebuah keraton lelembut
Ia sedang membikin rak buku.
Buku itu diberi ke saya.
Kantor di mana ia bekerja tidak
jauh dari rumahnya.
Presiden menghadiahi bintang jasa
kepadanya
Atas bantuannya kami ucapkan terima
kasih.
d) Penggunaan
Konjunsi Ganda
Karena, maka
-
Karena nilai kurang dari batas minimal,
maka Ia tak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit maka Ia tidak masuk
sekolah
-
Karena nilainya kurang dari batas
minimal, Ia tidak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit Ia tidak masuk
sekolah.
Meskipun, tetapi
-
Meskipun kita tidak berperang, tetapi
kita harus waspada. Meskipun turun hujan, tetapi Ia pergi juga ke sekolah.
-
Meskipun tidak berperang, kita harus
waspada. Meskipun turun hujan ia pergi juga kesekolah.
Walaupun, namun
-
Walaupun keringat membasahi seluruh
badan, namun ia tetap bekerja
-
Walaupun mereka maju bersama-sama, namun
mereka belum dapat mengalahkannya.
-
Walaupun keringat membasahi seluruh
badan, ia tetap bekerja
-
Walaupun maju bersama-sama, mereka belum
dapat mengalahkannya.
Setelah, maka
-
Setelah berhari-hari berjalan maka
sampailah beliau di pinggiran hutan Merapi.
-
Setelah segala keperluan Sultan Agung
selesai maka kembalilah beliau ke Mataram.
-
Setelah berhari-hari berjalan, sampailah
beliau di pinggiran hutan Merapi.
-
Setelah segala keperluan Sultan Agung
selesai, kembalilah beliau ke Mataram.
Meskipun, namun
-
Meskipun bentuknya lain-lain, namun
hakikatnya karikatur dapat disebut humor.
-
Meskipun negara Indonesia telah merdeka
sejak tahun 1945, namun masih banyak warganya yang belum berpendidikan.
-
Meskipun bentuknya lain-lain, hakikatnya
karikatur dapat disebut humor.
-
Negara Indonesia telah merdeka sejak
tahun 1945 tetapi masih banyak warganya yang belum berpendidikan.
e) Kerancuan
Bentuk
-
Rancu dalam Hal Bentuk Kata
Hal itu belum dipelajarkan kepada
kami.
Hotel itu dipertinggikan.
Hal itu belum diajarkan kepada
kami.
Hotel itu dipertinggi.
-
Rancu dalam Hal Kelompok Kata
Mereka saling pandang-memandang.
Dia dilarang tidak boleh merokok.
Mereka saling memandang.
Dia dilarang merokok.
f) Kesalahan
Ejaan
-
penggunaan tanda koma yang salah
Ayah mengatakan, bahwa adik sakit.
Saya tidak datang, jika turun
hujan.
-
Pelepasan tanda koma
Jadi definisi demokrasi adalah
sebagai berikut.
Di samping itu kita tidak
beruntung.
-
Kesalahan penulisan sapaan
Siapa nama saudara?
Silakan makan, dik!
g) Pelesapan
Salah Satu Fungsi Kalimat
-
Pelesapan subjek pada induk kalimat.
-
Pelesapan subjek anak kalimat.
-
Pelesapan predikat.
Ketika diangkat menjadi ketua
organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya.
Ketika diangkat menjadi ketua
organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya.
Jika Anda tidak piket, akan
dikenakan denda.
Jika tidak piket, Anda akan
dikenakan denda.
h) Kesalahan
Struktur Kalimat
Surat anda saya sudah baca.
Dia punya HP sudah dijual.
Kalimat itu pembaca tidak tahu
artinya.
Surat Anda sudah saya baca.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa baku
adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar
ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar.
Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.
Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah
kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak
baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa
Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan
Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah, Gramedia, Jakarta.
Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar
Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Widya Duta, Surakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan
Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.
[1]
Suherianto, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar,
(Widya Duta, Surakarta, 1981), hal. 67
[2]
Ibid, hal. 68
[3]
Ibid, hal. 68
[4]
Keraf, G, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah, (Gramedia, Jakarta, 1991), hal. 87
[5]
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. (Bandung:
Angkasa. 1990. ), hal. 54
[6]
Zodarmanto, M. Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka. 1977), hal. 98
[7]
Ibid, hal. 99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar