EFEKTIFITAS
PESANTREN KILAT BAGI REMAJA DALAM ERA GLOBALISASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 4
NAMA
|
NIM
|
1. KHOLIDAH
HANNUM
|
133100142
|
2. KHOLISAH
FITRI
|
133100143
|
3. LINA
RISKI
|
133100144
|
4. MAULIDA
HASIBUAN
|
133100145
|
DOSEN
PENGAMPU
MUHAMMAD
YUSUF PULUNGAN
NIP.
19740527 199903 1 003
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Yang mana atas berkat Rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami kelompok III dapat mengerjakan tugas makalah ini dengan
lancar. Sebagaimana dimaklumi disela-sela kegiatan kami sebagai siswa tugas makalah
ini dapat kami susun untuk memenuhi tugas Fiqih. Dengan adanya makalah ini
pembaca akan mendapatkan sedikit pengetahuan terkait dengan pokok materi kuliah
yang Berjudul Efektifitas Pesantren Kilat Bagi Remaja dalam Era Globalisasi.
Kami
sekelompok telah berusaha secara maksimal untuk menyusun Makalah ini untuk
memenuhi tugas kami. Tentu saja kami sangat menyadari bahwa penyusunan tugas
makalah ini jauh dari sempurna. Apalagi sesuai dengan apa yang diharapkan guru
kami. Menyadari hal ini kami sekalompok senantiasa mengharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca, supaya makalah ini lebih sempurna.
Padangsidimpuan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Pengertian
Pesantren Kilat............................................................... 2
B. Pendidikan
(Akhlak) Di Pesantren Kilat......................................... 4
C. Tujuan
Pesantren Kilat..................................................................... 6
D. Pesantren
Kilat Dan Problemnya .................................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................... 11
A. Kesimpulan...................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekolah
merupakan wadah bagi para manusia untuk menuntut ilmu guna untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Di sekolah siswa akan mendapatkan ilmu
pengetahuan berupa teori yang akan diberikan oleh guru. Dalam hal ini tentunya
guru tidak hanya harus mampu menguasai materi pelajaran yang akan diberikan
kepada siswa guna untuk menampah ilmu pengetahuan. Tetapi juga guru harus mampu
menguasai dan mahir dalam segala aspek yang dapat mengembangkan keterampilan
siswa.
Keterampilan
siswa yang dimaksud disini adalah dengan kegiatan ko-ekstrakurikuler yang
dilakukan di luar jam pelajaran dan tidak menyambung pada pelajaran. Dalam hal
ini guru Bimbingan dan konseling juga harus bisa menjadi peran aktif dalam
kegiatan ko-ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Namun realitanya adalah bahwa
guru Bimbingan dan Konseling selalu dianggap remeh oleh guru mata pelajaran
atau pun personil yang ada di sekolah. Ini akibat guru Bimbingan dan Konseling
tidak begitu mengetahui bagaimana kegiatan ko-ekstrakurikuler itu dilaksanakan.
Maka dari itu
makalah ini membahas mengenai kegiatan koekstrakurikuler di luar jam pelajaran
siswa tujuannya adalah agar guru Bimbingan dan konseling memahami jika di
sekolahnya tempat mengajar ada kegiatan ko-ekstrakurikulernya, guru bimbingan
dan konseling bisa ikut peran aktif di dalamnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pesantren Kilat
Sebagaimana di ketahui bahwa pelaksanaan pendidikan di
sekolah umum atau madrasah, sebagai pelaksanaan undang-undang no.2 tahun 1984
tentang sistem pendikan Nasional berlangsung kurang memenuhi harapan seperti
yang di maksudkan dalam rangka peningkatan iman dan takwa sebagai upaya untuk
membentuk manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.[1]
Meskipun terlambat, akhirnya pemerintah mengeluarkan
instruksinya yang merupakan sejarah baru dalam dunia pendidikan. Yakni sebuah
instruksi langsung dari bapak presiden bahwa seluruh lembaga pendidikan mulai
tingkat SD hingga sekolah menengah atas di haruskan untuk menyelenggarakan
pesantren kilat pada masa-masa liburan sekolah bagi siswa-siswi yang beragama
Islam.[2]
Adalah suatu langkah kebijaksanaan yang sangat
menggembirakan dan sangat di dukung pelaksanaannya oleh semua pihak, MUI,
organisasi Islam dan tentunya oleh pemerintah sendiri yaitu dari aparat dan
instasi departemen pendidikan dan kebudayaan.
Abdurrahman saleh mengatakan dalam bukunya yang berjudul
“Pendidikan Agama Dan Keagamaan” Dengan adanya pesatren kilat yang di
adakan di sekolah-sekolah nantinya akan di hasilkan lulusan seorang anak
Indonesia yang taat beragama, bermoral, cerdas, dan tanggung jawab, serta
tangguh dalam menghadapi pengaruh negatif dan arus globalisasi”.[3]
Dalam kesempatan ini
presiden telah mencanangkan peresmiannya pada libur panjang akhir tahun ajaran
pendidikan ditahun 1996/1997 di Istana Negara.
Perkataan
pesantren kilat brasal dari kata santri, dengan awalan “pe”dan akhiran”an”yang
berarti tempat tinggal santri,[4]
Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan peantren berasal dari kata santri,
yaitu seseorang yang belajar agama Islam, dengan demikian pesantren mempunyai
arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam dan kata kilat berarti
“cepat sekali”.[5]
Dari kedua kata tersebut dapat di artikan bahwa pesantren kilat adalah tempat
para santri belajar agama secara memadai dalam waktu yang tidak terlalu lama,
yaitu jangka waktu tertentu secara terbatas.
Lamanya kegiatan
pesantren kilat berkisar antara satu minggu sampai dengan satu bulan. Adapun
materi yng diajarkan dalam kegiatan pesantren kilat meliputi membaca Al-Qur’an,
keimanan islam, Fiqih (ibadah), dan Ahklaq.
Peserta dalam
pesantren kilat dibagi menurut tingkat kemampuannya, mulai dari kelompok pemula
sampai kelompok lanjutan. Materi yang diajarkan dalam kelompok pemula adalah,
belajar membaca Al-Qur’an dan amalan agama sehari-hari sedangkan dalam kelompok
lanjutan materi yang diajarkan adalah belajar membaca kitab kuning dan diskusi
dalam masalah-masalah islam yang bertemporer.
Peserta yang
mengikuti kegiatan pesantren kilat ada yang menginap dan ada juga yang tidak
menginap (ini yang banyak).
Menurut ahmad
tafsir menjamurnya pesantren kilat itu pada dasarnya akibat kemajuan sains dan
teknologi, ditambah dengan kesibukan orang tua murid, sehingga tidak
tersedianya waktu untuk mendidik anaknya dirumah, gejala kekhawatiran terhadap
akhlak serta amalan agama anaknya, orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi
nakal dan sebagainya.[6]
Dari beberapa
penelitian kecil diketahui, hal-hal atau motif yang mendorong orang tua
memasukkan anaknya ke pesantren kilat antara lain yaitu:
Pertama agar
anaknya tidak nakal. Tujuan ini sebenarnya lebih banyak untuk kepentingan orang
tua itu sendiri dari pada untuk kepentingan anaknya. Mereka tidak terlalu
mementingkan tujuan lain seperti agar anaknya mengetahui ajaran agama atau agar
anaknya tulus dalam beribadah. Akan tetapi ada juga orang tua yang menginginkan
agar anaknya tidak nakal, tujuan tersebut disamping untuk orang tua juga untuk
kepentingan anak itu sendiri.
Kedua, motif
mengisi waktu. Masa remaja adalah masa yang penuh dngan energi, apabila tidak
disalurkan dengan tepat, itu akan sangat berbahaya. Orang tua tahu bahwa waktu
luang bagi anak dan remaja adalah waktu yang amat berbahaya bila tidak diisi
atau dialihkan dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
Ketiga, menutupi
kekurangan pendidikan agama di sekolah. Pada kenyataannya pendidikan agama pada
saat ini, yang diberikan di sekolah kurang memuaskan. Misalnya masih banyak
anak yang belum dapat membaca Al-Qur’an banyak anak yang tidak menjalankan
sholat, banyak tawuran dan banyak anak yang masih suka berbohong.[7]
Berdasarkan
pengamatan, motif-motif orang tua memasukkan anak-anaknya ke pesantren kilat
seperti yang diterangkan diatas sangat beralasan karena mereka merasa khawatir
dengan perkembangan kebudayaan yang bersamaan dengan terjadinya proses
globalisasi kehidupan, kemewahan hidup dan sebagainya, dimana perkembangan di
atas sangat berpengaruh terhadap kehidupan remaja.
B.
Pendidikan
(Akhlak) Di Pesantren Kilat
Bedasarkan
pengamatan penulis metode pendidikan akhlak yang ada di pesantren kilat hampir
sama dengan metode pendidikan akhlak yang diterapkan dalam pendidikan
pesantren.
Pembinaan akhlak
yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau sistem integrated yaitu sistem
yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk
diarahkan kepada pembinaan akhlak. Cara lain yang ditempuh dalam pembinaan
akhlak adalah: pembinaan, keteladanan, bergaul dengan orang baik, pembinaan
secara afektif dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan.
Menurut Tamjiz
Burhanuddin dalam bukunya “Akhlak Pesantren Solusi Bagi Kerusakan Akhlak”
metode pendidikan akhlak yang diterapkan dalam pesantren setidaknya ada enam
metode yaitu:
1. Metode
Keteladanan, secara psikologis manusia sangat memerlukan keteladanan untuk
mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan lewat keteladanan adalah
pendidikan dengan cara memberi contoh-contoh konkrit pada siswa. Contohnya
seorang guru senantiasa memberikan ukuwah yang baik bagi para santri, dalam
ibadah-ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lain.
2. Metode Latihan dan pembiasaan, biasanya metode
ini diterapkan dalam ibadah-ibadah amaliyah, seperti jamaah sholat, kesopanan
pergaulan dengan sesama teman dan sejenisnya.
3. Metode
Ibrah (mengambil pelajaran), menurut Abdurrahman Al-Nawawi sebagaimana dikutip
oleh Tamyiz mendefinisikan ibrah dengan suatu kondisi psikis yang menyampaikan
manusia untuk mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan,
diindukasikan, ditimbang-timbang, diukur dan diputuskan secara nalar sehingga
kesimpulannya dapat mempengaruhi hati untuk tunduk kepadanya, lalu mendorongnya
kepada perilaku berfikir sosial yang sesuai.
4. Metode
Mauidzah (nasehat), Rasyid Ridho mengartikan mauidzah sebagai berikut: mauidzah
adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja
yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengawalkannya. Metode
mauidzah harus mengandung tiga unsur, pertama uraian tentang perbaikan dan
kebenaran yang harus lakukan santri, kedua adanya motivasi, ketiga pernyataan
tentang dosa.
5. Metode
Kedisiplinan, disiplin berarti terarah, teratur dan terorganisir.seorang anak
yang sudah dibiasakan selalu berdisiplin nantinya dalam kehidupannya
sehari-hari akan menjadi lebih terarah. Adapun disiplin yang diterapkan dalam
pesantren kilat di sekolah ini adalah disiplin waktu, dalam disiplin waktu
disini para siswa dilatih untuk selalu menghargai waktu. Contohnya menghargai
waktu dalam belajar, disini siswa dituntut untuk selalu tepat waktu, yaitu
siswa sudah berada di dalam kelas dan memulai waktu untuk selalu tadarusan
bersama-bersama sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, disiplin dalam
memberikan pendapat, disiplin melaksanakan sholat tepat pada waktunya, dan
lain-lain.
6. Metode
Tarkib wa Targhib, pengertian secara ilmiah yang ditemukan oleh Abdurrahman
Al-Nawawi targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk memenunda
kemaslahatan, kelezatan dan kenikmatan namun, penundaan itu bersifat pasti baik
dan murni, serta dilakukan melalui awal sekolah atau pencegahan diri dari
kelezatan yang membahayakan (pekejaan buruk), hal ini dilakukan untuk mencari
keridho’an Allah dan itu merupakan rahmat dari Allah. Sedangkan tarkib adalah,
ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya
sebuah dosa, kesalahan atau perbuatan yang telah dilarang Allah.[8]
Dari keenam metode pembinaan diatas dapat
disimpulkan bahwasanya metode keteladan merupakan metode yang cukup efektif
dalam pembinaan sikap keberagamaan pada diri siswa, karena dalam metode
keteladanan tersebut senantiasa para siswa dibimbing dan dibina berdasarkan
kenyataan serta pengalaman yang diperolehnya dalam kegiatan pesantren kilat
tersebut.
C.
Tujuan
Pesantren Kilat
Tujuan pesantren
kilat sangat jelas, yakni untuk menanamkan iman dan takwa yang lebih kuat lagi.
Tujuan-tujuan
lain dari diadakannya pesantren kilat tentu saja lebih mempererat hubungan
manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama manusia, yakni dalam
bersosialisasi dan membentuk kepribadian remaja menjdi kepribadian yang penuh
dengan warna Islam yang kental. Jika dibahas lebih khusus lagi, maka
sesungguhnya tujuan pesantren kilat bagi remaja adalah:
a. Peningkatan
Ketauhidan
Menurut
Muhaimin dan Abdul Mujib pada dasarnya manusia itu lahir dengan membawa konsep
tauhid, atau paling tidak ia berkecendrungan untuk meng-Esakan Tuhannya dan
berursaha terus mencari untuk mencapai ketauhidan tersebut. Dari kodratnya manusia
telah menemukan at-tauhid walaupun masih dialam immateri(alam roh). Hal itu
terjadi karena adanya konsensus (perjanjian) antara Allah dan roh-roh yang
selanjutnya menjadi konstitusi umum.[9]
“Konsensus itu bermula dari pernyataan Allah
…….الست بربكم……
Artinya
: “… Bukankah Aku ini Tuhanmu…“ (QS.Al-A’raf : 172)
Kemudian
para roh menjawab
قالوبلى
شهدنا
mereka
menjawab tentu (Engkau Tuhan Kami), kami mejadi saksi. (QS. Al-A’raf: 172).
Salah satu tujuan dari diadakannya pesantren kilat
antara lain yaitu untuk lebih meningkatkan kedalaman akan pengertian dan makna
tauhid bagi remaja.[10] Sebab
hampir dipastikan bahwa remaja-remaja bermasalah, mereka sedang mengalami
krisis iman di dalam hatinya. Bukan hanya itu, arti “Tuhan” itu sendiri sangat
tipis dalam hatinya, yang membuat ia tidak ragu untuk berbuat kemungkaran.
Jika dalam diri seorang remaja tercipta hubungan
baik dengan dzat yang maha Kuasa, tentu segala perbuatannya akan terkontrol, sebab
disamping takut untuk berbuat dosa, ia menganggap perbuatan sia-siayang
dilakukannya, tidak akan membawa manfaat sedikitpun bahkan merugikan diri
sendiri. Untuk itu pendalaman ketauhidan bagi remaja bukan hanya sangat
penting, namun suatu keharusan untuk mencegah efek-efek negatif di zaman
globalisasi ini. Melalui pesantren kilat inilah para siswa dikenalkan dengan
moral-moral islami.
Dalam pesantren kilat inilah diharapkan para remaja
yang semula menyimpang dari ajaran-ajaran islam biasa dipergunakan untuk tali
kendali dalam kehidupan sehariannya. Dan para remaja lainnya yang tidak pernah
terlibat dengan kenakalan remaja bisa lebih memperdalam ilmu-ilmu keagamaannya,
agar dapat mempertebal imannya.
Di dalam makna ketauhidan itu sendiri, nantinya
manusia akan menemukan faedah hubungan manusia dengan Allah SWT yakni suatu
penghambaan diri dengan penuh kepasrahan. Karena pada dasarnya hakikat manusia
di ciptakan antara lain agar dia mengabdi kepada Allah. Sebagaimana firman
Allah dalam surat, Adz-Zariyat :56
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya : “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku”.
Karena itu fungsi manusia adalah sebagai hamba
Allah, sebgai hamba Allah manusia diwajibkan beribadah kepada penciptanya dalam
arti selalu tunduk dan taat akan perintah guna mengEsakan dan mengenalnya
sesuai dengan petunjuk yang telah di berikannya.
b. Pengembangan
Kepribadian
Carl Gustaf juga
menilai, kepribadian sebagai wijud pernyataan kejiwaaan yang di tampilkan
seseorang dalam kehidupannya.
JF. Dasbiel,
menyebut kepribadian sebagai nurani dari seluruh tingkah laku seseorang.
Selanjutnya William Stern seorang pakar ilmu jiwa menyatakan bahwa kepribadian
merupakan gambaran totalitas yang penuh arti dalam diri seseorang yang di
tujukan kepada suatu tujuan tertentu secara bebas.[11]
Fuad kauma
mengatakan untuk mencapai kepribadian matang, seseorang memerlukan waktu yang
cukup serta bertahap, karena fitrah manusia yang sejak lahir sampai menemui
ajalnya setelah mengalami berbagai perubahan. Begitu juga pencapaian ke arah
berkembangnya suatu kepribadian diperlukan perubahan-perubahan.[12] Itulah
prinsip perubahan yang sifatnya progresif. Dan perkembangan itu sendiri di
pengeruhi oleh beberapa faktor-faktor antara lain :
1. Hereditas
atau warisan sejak lahir, misalnya bakat, pembawaan potensi, potensipsikis
serta fisik.
2. Faktor-faktor
lingkungan. Ada hokum konvergensi,dalam faktor intern dan ekstern saling
bertemu dan pengaruh mempengaruhi.
Adapun tujuan dari pengembangan suatu kepribadian
adalah : Menjadikan manusia dewasa yang sanggup untuk bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri serta mandiri
Menurut pandangan penulis, dengan di letakkannya
pengembangan kepribadian sebagai salah satu tujuan dari pesantren kilat ini,
karena telah nyata bahwa suatu kepribadian sangat erat hubungannya dengan moral
dan akhlak. Jika seseorang mempunyai kepribadian yang luhur, dinamis positif,
tentu hal-hal buruk tidak akan di lakukannya.
Untuk mencapai kepribadian secara utuh hanya mungkin
di bentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sarana yang
di tuju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak
yang mulia.
Tingkat kemuliaan akhlak seseorang erat kaitannya
dengan tingkat keimanan. Dalam sabdanya Nabi mengemukakan “Orang mukmin yang
paling sempurna imannya, adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”
(hadist)[13].
Pencapaian tingkat akhlak yang mulia merupakan tujuan pembentukkan kepribadian
muslim.
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam
pembentukkan kepribadian muslim, yaitu: iman dan akhlak.
c. Keterampilan
Bersosialisasi.[14]
Satu lagi tujuan
dari pesantren kilat, yakni untuk mengajak kepada santrinya untuk mengasah
ketrampilan dalam berbagai bidang, termasuk ketrampian bersosialissi, sebab
ketrampilan-ketranpilan ini juga sangat mendukung terciptanya keselarasan dalam
pergaulan.
Dengan mengikuti
kegiatan pesantren kilat, baik daalam liburan panjang maupun khusus dalam bulan
ramadhan itu sendiri uintuk para siswa sudah merupakan ajang latihan
bersosialisasi yang baik. Begitu juga dengan mengikuti organisasi-organisasi
seperti remaja masjid, pemuda Islam dan lain sebagainya juga merupakan sosialisasi
yang baik pula.
Seseorang yang
telah mempunyai ketrampilan bersosialisasi akan bisa memilih teman bergaul yang
baik, yang tidak menjerumuskan ke dalam hal-hal yang negatif. Sebab seperti
yang telah disebutkan di atas, factor lingkungan dan pergaulan merupakan factor
yang paling sering menimbulkan keracunan dalam jiwa. Dengan ketrampilan dalam
bergaul, dimana ketrampilan tersebut telah dilandasi dengan dasar-dasar akhlak
yang luhur, maka ia bisa memilih dan memilah, mana teman yang harus diikuti dan
mana teman yang harus dijauhi.
D.
Pesantren
Kilat Dan Problemnya
Pada
perkembangan selanjutnya, pesantren kilat (disadari atau tidak) diadakan hanya
sebatas menjalankan kewajiban undang-undang yang jauh dari makna sebenarnya. Di
sekolah misalnya, pesantren kilat dijadikan ajang “bisnis” buku panduan
keagamaan yang dari segi materi sama seperti pelajaran agama. Hemat saya jika
pesantren kilat ingin digalakkan pada dunia pendidikan, berikanlah materi ajar
yang terencana dan tertata dengan baik, baik metode maupun tenaga pengajarnya.
Walaupun hanya
singkat, pesantren kilat diharapkan dapat memberi pengaruh signifikan terhadap
perubahan tingkah laku dan emosi peserta didik. Jangan sampai ilmu yang
diberikan sekejap, hanya melekat pada saat dilaksanakan program tersebut,
setelah selesai maka selesailah semuanya. Artinya setelah selesai pesantren
kilat, maka pengaruh tersebut hilang dan tidak kentara kalau telah diadakan
pesantren kilat.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman Shaleh, 2008, Pendidikan Agama dan Keagamaan : Visi, misi dan aksi, Jakarta : PT. Gemarindu Panca Perkasa
Fuad Kauma, 2002, Sensasi remaja di Masa Puber,
Jakarta :Kalam Muka.
Zamakkisari Dhofier, 1984, Tradisi Pesantren,
Jakarta : LP3ES.
Soegarda Poerbabawatja, 1976, Ensiklopedi Pendidikan,
Jakarta : Gunung AgungLeonardo D.
Marsan, 1983,
Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Surabaya : CV. Karya Utama.
Ahmad Tafsir, 2001, “Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam”, Bandung : PT. Remaja Roda Karya.
Tamyiz Burhanuddin, 2001, “ Akhlak Pesantren”, Solusi bagi Kerusakan Akhlak .ITTAQA Press.
Abdul mujib dan Muhaimin, 1993, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya,
Bandung : Triganda Karya.
Departemen Agama RI. 1984, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggaraan Penafsiran Al-Qur’an.
Jalaluddin, 2002, Teologi
Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
[1]
Abdurrahman Shaleh, Pendidikan
Agama dan Keagamaan : Visi, misi dan aksi, (Jakarta : PT. Gemarindu Panca Perkasa), cit ke 4, h.217
[6]
Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan
dalam Prespektif Islam”, (Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 2001), cit.
ke-4, h.124-125
[8]
Tamyiz Burhanuddin, “ Akhlak
Pesantren”, Solusi bagi Kerusakan Akhlak (ITTAQA Press, 2001), cit ke-1,
h.54-59
[9]
Tamyiz Burhanuddin, “ Akhlak
Pesantren”, Solusi bagi Kerusakan Akhlak (ITTAQA Press, 2001), cit ke-1,
h.54-59
[10]
Abdul mujib dan Muhaimin, Pemikiran
Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya,
(Bandung : Triganda Karya, 1993), cit ke-1, h.14-15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar