PENGERJAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
NAMA :
JIJA HANNUM
NIM :
163020024
Dosen Pengampu:
NURFITRIANI, M. KOM, M.Pd
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji atas kebesaran Sang Khalik yang telah
menciptakan alam semesta dalam suatu keteraturan hingga dari lisan
terpetik berjuta rasa syukur kehadirat
ALLAH SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami
diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia ini dengan judul “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” yang
merupakan tugas kami dalam mata kuliah Bahasa Indonesia di semester tujuh ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang
diutus ke permukaan bumi ini menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju ke
puncak peradaban seperti sekarang ini.
Kami menyadari sepenuhnya,dalam penyusunan makalah ini tidak
lepas dari tantangan dan hambatan. Namun berkat usaha dan motivasi dari
pihak-pihak langsung maupun tidak langsung yang memperlancar jalannya
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat kami susun seperti sekarang
ini. Olehnya itu, secara mendalam kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dan motivasi yang diberikan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya
dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa hanya kepada ALLAH SWT
jugalah kita menyerahkan segalanya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi
dan tambahan materi pembelajaran bagi kita semua, Aamiin Yaa Robb.
Makassar, 20
September 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Pengertian Ejaan yang Disempurnakan ...................................... 3
B. Pemakaian Huruf ........................................................................ 4
C. Penulisan Kata ............................................................................ 13
BAB III PENUTUP ............................................................................. 23
A. Kesimpulan.................................................................................. 23
B. Saran ........................................................................................... 23
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil
dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen,
ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo.
Adapun yang
disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya yakni tata cara
penulisan yang baku.
Selama ini belum semua
orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan
mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka
anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan
perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya
setiap warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa
Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di
dalamnya.
Dalam rangka
menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam kaitan dengan teknik
penulisan karya ilmiah, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini dapat
memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi masyarakat di semua lingkungan
dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu
saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan pemikiran
dari para pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang masalah ini, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pemakaian
huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
2.
Bagaimana penulisan
huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
3.
Bagaimana penulisan
kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
C. Tujuan Penulisan
Pada makalah ini penulis menguraikan bentuk
tulisan dengan tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana pemakaian huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
2.
Untuk mengetahui
bagaimana penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
3.
Untuk mengetahui
bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ejaan yang Disempurnakan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan
kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga
aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan penyusunan abjad aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan
morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca.[1] Keraf
mengatakan bahwa ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Adapun
menurut KBBI ejaan ialah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk
tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Dengan demikian, secara
sederhana dapat dikatakan bahwa ejaan adalah seperangkat kaidah tulis-menulis
yang meliputi kaidah penulisan huruf, kata, dan tanda baca.
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah
dikenal tiga nama ejaan yang pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah ada dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.[2]
1. Ejaan
van Ophuysen
2. Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi
3. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Sebagaimana
yang telah umum diketahui, Ejaan van Ophuysen
sesuai dengan namanya -- diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen, seorang
berkebangsaan Belanda. Ejaan ini mulai diberlakukan sejak 1901 hingga munculnya
Ejaan Soewandi. Ejaan van Ophuysen ini merupakan ejaan yang pertama kali
berlaku dalam bahasa Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu.
Sebelum
ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendiri-sendiri di dalam
menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat dipahami jika
tulisan mereka cukup bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka itu sering
sulit dipahami. Kenyataan itu terjadi karena belum ada ejaan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam
penulisan. Dengan demikian, ditetapkannya Ejaan van Ophuyson merupakan hal yang
sangat bermanfaat pada masa itu.
Setelah
negara kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan menjadi negara
yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi karena tidak
puas dengan ejaan yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai pada
tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret tahun itu juga diresmikan oleh Mr.
Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan).
Ejaan baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal juga dengan nama Ejaan
Soewandi. [3]
Sejalan
dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari dirasakan bahwa Ejaan
Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu, dibentuklah tim untuk
menyempurnakan ejaan tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu selesai dan
pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972
dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
A. Pemakaian Huruf
1.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan
dalam bahasa Indonesia ada 26 huruf, yaitu:[4]
Huruf
Abjad
|
Dibaca
|
Huruf
Abjad
|
Dibaca
|
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
J j
Kk
Ll
Mm
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
|
N n
O o
P p
Q q
R r
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
|
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
2.
Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.[5]
Huruf
Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengan
|
Di Akhir
|
|
a
e*
i
o
u
|
azrar
enak
emas
itu
oleh
ulang
|
hani
petak
kena
simpan
kota
bumi
|
Ifa
sore
tipe
murni
radio
wahyu
|
3.
Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu:[6]
Huruf
Konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengan
|
Di Akhir
|
|
b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafir
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
anak
apa
furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
Adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
sesak
bapak*
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
Juz
|
* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah
** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan
keperluan ilmu
4.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi.[7]
Huruf
Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengan
|
Di Akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
Pandai
harimau
amboi
|
|
|
|
|
5.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan
huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.[8]
Gabungan
Huruf
Konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengan
|
Di Akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
Tarikh
senang
-
Arasy
|
Singkatan kata (termasuk singkatan kata asing)
yang dibaca huruf demi huruf dilafalkan menurut cara bahasa Indonesia, seperti:
Singkatan
|
Dibaca
|
Bukan Dibaca
|
ABC
BBC
ICCU
LCD
IUD
LCC
LPG
YMCA
MTQ
TV
|
a-be-ce
be-be-ce
i-ce-ce-u
el-ce-de
i-u-de
el-ce-ce
el-pe-ge
ye-em-ce-a
em-te-ki
te-ve
|
ei-bi-si
bi-bi-si
ai-si-si-yu
el-si-di
ai-yu-di
el-si-si
el-pi-ji
wai-em-si-ei
em-te-kyu
ti-vi
|
6.
Pemenggalan Kata pada Kata Dasar
Hal yang terpenting dalam pemenggalan kata pada kata dasar sebagai berikut:[9]
a.
Jika di tengah kata ada huruf vokal yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh:
Ma-in Sa-at
b.
Jika di tengah kata ada dua buah huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan itu.
Contoh:
Pan-dai Cap-lok
Swas-ta Ap-ril
c.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan
atau lebih, pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama (termasuk ng) dengan huruf konsonan yang kedua.
Contoh:
In-stru-men in-tra
Bang-krut ben-trok
d.
Imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk, serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,
dapat dipenggal pada pergantian baris.
Contoh:
Lapa-ngan beri-kan
Mem-bangun pergi-lah
e.
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu
unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan
dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu
sesuai dengan kaidah a, b, c, dan d diatas.
Contoh:
Biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
Kilogram kilo-gram ki-lo-gram
Pascapanen
pasca-panen pas-ca-pa-nen
7. Penulisan Nama Diri
Penulisan nama diri (nama sungai, gunung, jalan
dan sebagainya) disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
kecuali jika ada pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus itu menyangkut segi
adat, hukum atau sejarah. [10]
a.
Penulisan nama diri
Contoh:
Sungai Walanae
Gunung Bawakaraeng
Jalan Sultan Alauddin
b.
Penulisan nama diri dengan pertimbangan khusus
Contoh:
Universitas Gadjah Mada
Husni Djamaluddin
NV Hadji Kalla
Dji Sam Soe
Tjahaja Satoe Lima
B. Penulisan Huruf
1.
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini
disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:[11]
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas
rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan
kuasa-Nya
Al Qur’an dengan
izin-Mu
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama untuk menuliskan kata-kata, seperti imam,
makmum, doa, puasa, dan misa.
Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
Benar
|
Salah
|
ayahnya menunaikan
ibadah haji
sebagai seorang sultan
|
Ayahnya menunaikan
Ibadah Haji
Sebagai seorang Sultan
|
c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur
yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang
dipimpinnya.
(bukan)
Sebagai seorang Gubernur
yang baru, ia berkeliling di daerahnya untuk berkenalan dengan masyarakat yang
dipimpinnya.
d.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan
kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Benar
|
Salah
|
tahun Hijriah
tahun Masehi
bulan Agustus
Perang Diponegoro
Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia
|
Tahun Hijriah
Tahun Masehi
Bulan Agustus
perang Diponegoro
proklamasi kemerdekaan
republik Indonesia
|
f.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
khas dalam geografi.
Contoh:
Benar
|
Salah
|
Teluk Bone
Gunung Bawakaraeng
Danau Tempe
Selat Selayar
Sungai Jeneberang
Asia Tenggara
|
teluk Bone
gunung Bawakaraeng
danau Tempe
selat Selayar
sungai Jeneberang
asia tenggara
|
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk.
Jangan mandi di danau yang kotor.
Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
g.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan
Nasional
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di
salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di
salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
h.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung
kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak
berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara
sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu
Hanifah?
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di
salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
ganti Anda.
Contoh:
Benar
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri
dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri
dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
2.
Huruf Miring[12]
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan
tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1)
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2)
menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3)
menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang telah
disesuaika ejaannya.
Contoh:
Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?
Majalah Dunia
Pendidikan sangat digemari oleh guru.
Harian Fajar
dapat merebut hati pembacanya.
Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana
C. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih
perlu diperhatikan sebagai berikut:[13]
1.
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2.
Kata Turunan
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan
atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis
bawahi
Sebar luaskan
c.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan
d.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasa, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati Mahasiswa
Aerodinamika Mancanegara
Antarkota Narapidana
Audiogram Nonkolaborasi
Pancasila Bikarbonat
Biokimia Paripurna
Dasawarsa Poligami
Pramugari Dekameter
Prasangka Reinkarnasi
3.
Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung (-).[14]
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar
Kupu-kupu tukar-menukar
Laba-laba terus-menerus
Mata-mata sia-sia
4.
Gabungan Kata
a.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.[15]
Contoh:
Duta besar mata
pelajaran
Orang tua simpang
empat
Kambing hitam meja
tulis
Persegi panjang rumah
sakit umum
b.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang
mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami anak-istri saya
c.
Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali manakala
Adakalanya manasuka
Akhirulkalam mangkubumi
Alhamdulillah astagfirullah
Olahraga bagaimana
Padahal barangkali
Beasiswa peribahasa
Belasungkawa bismillah
Radioaktif saputangan
Daripada saripati
Kacamata sukarela
5.
Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku-
dan kau- ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, sedangkan kata -ku,
-mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki
boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6.
Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di
dalam lemari.
Bermalam semalam di
sini.
Di mana Siti sekarang.
Mereka ada di
rumah.
Mari kita berangkat ke
pasar.
Catatan: kata-kata yang
dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada
Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar
lagi.
Bawa kemari
gambar itu.
7.
Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8.
Partikel
a.
Partikel –lah
dan –kah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Makassar
adalah tempat yang indah.
Siapakah gerangan dia?
b.
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun
yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun, meskipun,
seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c.
Partikel per
yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.
9.
Singkatan dan Akronim
a.
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih.
1)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan, atau pangkat, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
A.S. Kramawijaya
Suman Hs.
M. Rais
Sukanto S.A.
M.B.A.
master of business administration
M.Sc. master
of science
S.E. sarjana
ekonomi
Bpk. bapak
2)
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
DRP Dewan
Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan
Guru Rakyat Indonesia
GBHN Garis-Garis
Besar Haluan Negara
KTP Kartu
Tanda Penduduk
3)
Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau
lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. Dan
lain-lain
dsb. Dan
sebagainya
dst. Dan
seterusnya
hlm. Halaman
sda. Sama
dengan atas
Yth. Yang
terhormat
Tetapi:
a.n. atas
nama
d.a. dengan
alamat
u.b. untuk
beliau
u.p. untuk
perhatian
4)
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
Rp rupiah
b.
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan
huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata yang diperlakukan sebagai kata.
1)
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal
dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga
Administrasi Negara
SIM Surat
Izin Mengemudi
2)
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
huruf kapital
Contoh:
Akabri Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres
Wanita Indonesia
3)
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan
umum
rapim rapat
pimpinan
rudal peluru
kendali
10.
Angka dan Lambang Bilangan
a.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan
atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi :
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b.
Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4)
kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1
jam 20 menit
5 kilogram pukul
15.00
10 liter tahun
1928
c.
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor
jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian
karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman
23
Surah Yasin: 9
e.
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut:
Contoh:
1)
Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2)
Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
f.
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat
dilakukan dengan cara yang berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
g.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran
–an mengikuti cara berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V,
Pasal E, Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
h.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga
ratus ekor ayam.
i.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar
dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan
huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
l.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan
huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan
tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan
tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Pemakaian huruf sesuai
dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, dan pemenggalan kata.
2.
Penulisan huruf sesuai
dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan,
kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan,
yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata,
atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya
3.
Penulisan kata sesuai
dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, kata ganti,
kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.
B. Saran
Tentunya dalam penyusunan makalah ini
terdapat kekurangan dan kesalahan olehnya itu :
1.
Diharapkan kepada para pembaca agar
memberikan perbaikan yang semestinya demi kesempuranaan makalah ini.
2.
Diharapkan agar pembaca memberikan
koreksi terhadap materi-materi EYD yang sekiranya ada tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
3.
Diharapkan kepada para pembaca untuk
mencari referensi lain agar dapat menambah wawasan.
DAFTAR PUSTAKA
Rijal, Syamsul dkk. 2008. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia di Provinsi Sulawesi Selatan.
Makassar: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa Balai Bahasa Ujung
Pandang.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Finoza, Lamudin. 1993. Komposisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Mustakim.
1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta:
Gramedia
Pustaka Utama.
Nazar,
Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung:
Humaniora.
[1]
Rijal, Syamsul dkk. Bahan Penyuluhan
Bahasa Indonesia di Provinsi Sulawesi Selatan. (Makassar: Departemen
Pendidikan Nasional Pusat Bahasa Balai Bahasa Ujung Pandang. 2008), hal. 87
[2]
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa
Indonesia. (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 1993), hal. 65
[3]
Sugihastuti, dkk. Editor Bahasa. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2006), hal. 43
[4]
Lamudin Finoza, Op. Cit, hal. 76
[5]
Hasan Alwi, Dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi-2. (Jakarta: Balai Pustaka. 2003), hal. 65
[6]
Ibid, hal. 66
[7]
Ibid, hal. 67
[8]
Sugihastuti, dkk, Op. Cit, hal. 98
[9]
Sugihastuti, dkk, Op. Cit, hal. 99
[10]
Mustakim. 1996. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[11]
Nazar, Noerzisri. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. (Bandung:
Humaniora, 2004), hal. 54
[12]
Ibid,. hal. 64
[13]
Ibid, hal. 65
[14]
Syamsul Rijal dkk, Op. Cit, hal. 65
[15]
Lamudin Finoza, Op. Cit, hal. 74
Tidak ada komentar:
Posting Komentar