BERPIKIR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : SALMAH
NIM : 133100234
DOSEN PENGAMPU
MARA HAMDAN ARITONANG, MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya
bagi Allah atas segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Berpikir”.
Dalam
penyusunan dan penulisannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan kepercayaan yang begitu
besar.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Padangsidimpuan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. Berfikir............................................................................................ 2
B. Alasan Untuk Berpikir.................................................................. 6
C. Unsur-Unsur Berpikir................................................................... 8
D. Hambatan dalam Proses Berpikir................................................ 9
E. Pikiran dan Bahasa........................................................................ 10
BAB III PENUTUP.................................................................................... 13
A. Kesimpulan...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan suatu persoalan penting dalam kehidupan manusia dan tumpuan harapan
untuk mengembangkan individu dan masyarakat. dalam pendidikan, manusia
dituntut untuk berpikir agar dapat melaksanakan dan mencapai apa yang
dicita-citakan, karena manusia merupakan makhuk yang paling sempurna yang
diciptakan oleh Allah dengan akal dan pikiran. Dengan adanya akal dan pikiran
inilah manusia dapat melakukan apa yang diinginkan sesuai dengan jalan pikirnya
masing-masing. Karena apabila manusia tidak dapat berpikir maka suatu
pendidikan dan pekerjaan tidak akan terlaksana dengan baik.
Berpikir adalah
satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada
suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita hendaki. Dalam
berpikir terdapat berbagai masalah tentang berpikir itu sendiri, seperti
pengertian berpikir, berpikir kreatif, proses berpikir dan lainnya, mengenai berpikir akan kami bahas dalam
makalah ini. Dengan makalah ini kita akan tahu bagaimana konsep-konsep dalam
berpikir yang sebenarnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Berfikir
a. Pengertian
Berpikir
Definisi yang
paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri
seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-pengertian
Ada beberapa
pendapat dari pengertian berpikir itu sendiri, diantaranya adalah:
a) Psikologi
Asosiasi mengemukakan bahwa berpikir adalah jalannya tanggapan-tanggapan yang
dikuasai oleh haluan asosiasi. Yang terpenting menurut aliran ini adalah
terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan.
b) Aliran
Behaviourisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang
dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara sama halnya seperti saat kita
berbicara. Jadi menurut aliran ini berpikir sama dengan berbicara. Jika pada
psikologi asosiasi unsur terpenting adalah tanggapan-tanggapan, sedangkan pada
aliran behaviourisme ini unsur terpentingnya adalah refleks. Refleks adalah
reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar.[1]
c) Psikologi
Gestalt mengemukakan bahwa berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak
yang prosesnya tidak dapat diamati dengan menggunakan panca indera kita.
Dari pendapat tersebut dapat kita tarik kesimpulan
bahwa pengertian berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan
penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan
pemahaman dan pengertian yang kita hendaki.[2]
Salah satu sifat dari berpikir adalah goal Directed,
yaitu tentang sesuatu untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan
sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi
dari stikulus yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing
position) atau goal state. Berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi
kognitif baik informasi dari lingkungan
maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir
adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangkan
menurut Drever berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama
yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir adalah sebuah proses dimana
representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan
interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga
pandangan dasar tentang berpikir, yaitu:[3]
(1)
berpikir adalah kognitif, yaitu timbul
secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku,
(2)
berpikir merupakan sebuah proses yang
melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan
(3)
berpikir diarahkan dan menghasilkan
perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
b. Proses
Berpikir
Simbol-simbol
yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata-kata atau bahasa,
karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang
erat. Dengan bahasa dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang
memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila dibandingkan dengan
makhluk lain. Sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh dalam proses
berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang digunakan dalam proses
berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau
gambaran. Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh sebagai berikut. Bayangkan
bahwa Anda ada disuatu tempat di sudut kota misalnyan di Bulaksumur, dan
Anda diminta datang di Kraton. Dalam
kaitan ini Anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta,
khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan Kraton, dan menentukan
jalan-jalan mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai
di Kraton.
Walaupun
berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan, namun
sebagian besar dalam berpikir orang menggunakan bahasa atau verbal yaitu
berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala
ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam
berpikir, maka sering dikemukakan bila seseorang itu berpikir, orang itu bicara
dengan dirinya sendiri.[4]
Dalam islam,
langkah-langkah berpikir terlihat jelas tertulis dalam Al-Quran yaitu antara
lain:
1) Q.
S Al-An'am (6) ayat 74-79
* ΓΈΓ)ur tA$s% ΓOΓdΒΊtΓΆ/Γ) ΓmΓ/L{ uy#uΓ€ Γ€ΓGs?r& $·B$uZΓ΄¹r& ΒΊpygΓ9#uΓ€ ( ΓΎΓoTΓ) y71ur& y7tBΓΆqs%ur ΓΓ» 9@»n=|Γ &ûüΓ7B ΓΓΓΓ Γ9ΒΊxx.ur ΓΌΓΓ§R zOΓdΒΊtΓΆ/Γ) |NqΓ€3n=tB ΓNΒΊuq»yJ¡¡9$# ΓΓΓΆF{$#ur tbqΓ€3uΓ9ur z`ΓB tûüΓYΓ%qΓJΓΈ9$# ΓΓΓΓ $£Jn=sΓΉ £`y_ ΓmΓΈn=tΓ£ Γ£@ΓΈ©9$# #uΓ€u $Y6x.ΓΆqx. ( tA$s% #x»yd Γn1u ( !$£Jn=sΓΉ @sΓΉr& tA$s% Iw =ΓmΓ©& ΓΊΓΌΓ=ΓΓΉFy$# ΓΓΓΓ
Artinya
: 74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim
berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan
berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu
dalam kesesatan yang nyata."75. Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada
Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami
memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.76. Ketika malam telah
gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah
Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam."
2) Q.S
Ash-Saffat (37) ayat 95, yang berbunyi:
tA$s% tbrΓΓ§7÷Γ¨s?r& $tB tbqΓ§GΓ
s÷Ys? ΓΓΓΓ
Artinya
: 95. Ibrahim berkata: "Apakah kamu
menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ?
Dalam berpikir,
tidak jarang kita mengalami kesalahan dalam penarikan sebuah kesimpulan akan
sesuatu yang mana hal ini disebabkan antara lain oleh:
1) Kesalah
formal (batas-batas)
Kesalahan ini dalam bentuk, urutan,
dan kontruksi
Orang yang
mengalami gangguan mental adalah orang yang mengalami akumulasi dari luka lama
yang kemudian dipicu oleh luka baru. Dimana ada kalanya kita keluar dari
batas-batas untuk menemukan sesuatu yang baru
2) Kesalahan
material (isi)
Terjadi karena kita tidak mengenali
masalah
Tidak dapat
memecahkan masalah akibat ketidak tepatan dalam memecahkan masalah. Adapun
kesalah dalam penerikan kesimpulan menurut perspektif islam tertulis ada Al-Quran
yang antara lain:
Q.S Al-Furqan
(25) ayat 14 yang berbunyi:
w (#qããôs? tPΓΆquΓΈ9$# #YqΓ§6Γ¨O #YΓnΒΊur (#qãã÷$#ur #YqΓ§6Γ¨O #ZΓV2 ΓΓΓΓ
Artinya: " (Akan dikatakan kepada mereka),
"JAnganlah kamu mengharapkan pada hari ini satu kebinasaan, melaikan
harapkanlah kebinasaan yang berulang"".
B.
Alasan
Untuk Berpikir
Berpikir
merupakan proses mencari kebenaran tentang fenomena yang terjadi di sekitar.
Dengan berpikir seseorang akan mendapatkan berbagai pengetahuan, baik itu
pengetahuan tentang alam, Tuhan, dan manusia.[5] Di
dalam al-Qur’an Allah juga telah memberikan gambaran kepada manusia untuk
senantiasa berpikir tentang penciptaan alam ini. sebagaimana firman Allah,
"Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir".
Ayat tersebut
sangat jelas memberikan penjelasan kepada kita agar senantiasa memikirkan
fenomena alam baik yang ada di langit maupun di bumi, dan fenomona yang ada ada
siang dan malam, karena di dalam ciptaan Allah itu ada tanda-tanda kekuasaan,
ilmu pengetahuan, pelbagai fenomena, namun semua itu hanya untuk orang yang
berpikir.
Berpikir selain
untuk mendapatkan pelbagai pengetahuan juga sebagai olahraga otak. Berpikir
sangat urgen untuk memberikan kesehatan terhadap otak kita, tanpa berpikir otak
kita akan mengalami gangguan atau sakit. Orang yang sakit otaknya akan
mengalami gangguan kejiwaan atau bisa dibilang stress bahkan bisa gila. Otak
yang sakit juga tidak akan bisa bekerja dengan normal kembali, bahkan otak bisa
berhenti bekerja karena kita tak pernah berpikir.
Otak adalah alat
yang sentral dalam tubuh kita. Otak yang sehat akan menghasilkan pola pikir
yang sehat, namun sebaliknya otak yang sakit akan menghasilkan pemikiran yang
sakit pula. Oleh karena itu, kesehatan otak perlu kita perhatikan dan dijaga
agar jangan sampai sakit. Menjaga dan memelihara otak adalah dengan cara
berpikir.
Saya analogikan
seperti tubuh kita, kalau tubuh tidak berolahraga, maka tubuh tidak akan sehat
dan sakit. Begitu juga halnya dengan otak, kalau otak tidak kita gunakan untuk
berpikir, maka otak akan mengalami gangguan dan sakit. Itulah mengapa manusia
harus berpikir? Karena manusia memerlukan olahraga otak agar tidak sakit.
Berikut adalah
lima alasan untuk selalu berpikir dan menjaga sikap Anda senantiasa positif.[6]
1) Motivasi.
Sebuah sikap yang positif akan membantu Anda untuk mencapai tujuan. Menjadi
positif akan memotivasi Anda untuk mencapai lebih dari yang pernah Anda
harapkan. Motivasi adalah sebuah kualitas positif dan merupakan sifat yang
indah untuk dimiliki di setiap aspek kehidupan. Gemar menunda merupakan cara
yang sangat negatif untuk menjalani hidup. Termotivasi dalam menangani tugas
apapun merupakan cara yang indah untuk mencapai tujuan. Berpikir positif dan
bersikap positif akan memotivasi Anda karena Anda yakin Anda akan berhasil
dalam melakukan apapun yang Anda mulai.
2) Kebahagiaan.
Semua orang ditempatkan di atas muka bumi ini untuk berbahagia dan mengalami
pengalaman terbaik yang ditawarkan kehidupan. Tak peduli dimanapun posisi Anda
di dalam hidup ini, Anda dapat berbahagia. Anda tidak perlu menunggu sampai
Anda memiliki uang berlimpah untuk berbahagia. Berbahagialah saat ini, jangan
tunggu besok atau sampai berat badan Anda turun, atau sampai Anda menikah.
Memiliki pandangan positif terhadap kehidupan secara alami akan membuat Anda
bahagia. Bersikap negatif tidak akan berfaedah dalam meningkatkan kebahagiaan
dan kesenangan hidup Anda.
3) Orang
lain. Saat Anda memiliki sikap positif, orang lain cenderung akan mendekat
kepada Anda. Tidak ada orang yang ingin berteman maupun berhubungan dengan
orang yang masam. Pastilah menyenangkan untuk berada di sekitar orang yang
bahagia dan memiliki sikap positif. Semua orang senang dan menikmati saat
berada di sekitar orang dengan sikap positif. Energi positif membangkitan
semangat, energi negatif dapat menguras semangat Anda dan semangat orang lain
yang ada di sekitar Anda.
4) Percaya
diri. Hal ini sangtatlah jelas, bahwa sikap dan pikiran Anda yang positif
pertama-tama harus dimulai dari diri sendiri. Ambillah keputusan untuk melihat
diri Anda secara positif dan keputusan itu akan meningkatkan percatya diri
Anda. Jangan mengkuatirkan mereka yang berlaku negatif maupun ingin mematahkan
semangat Anda. Karena hal ini tidak relevan dengan apa yang dipikirkan orang
lain mengenai diri Anda. Hal terpenting adalah bagaimana Anda memandang diri
Anda sendiri. Cintai diri Anda, hargai diri Anda, berbahagialah dan pikirkan
hal yang positif mengenai diri Anda sendiri. Kepercayaan diri Anda akan
meningkat dan kepercayaan diri merupakan salah satu kualitas terbaik yang dapat
Anda miliki.
5) Kesehatan
yang lebih baik. Ini adalah fakta yang terbukti bahwa mereka yang berpikir
positif cenderung jarang sakit, atau kalaupun mereka sakit mereka dapat pulih
dengan lebih cepat. Orang yang negatif cenderung sering sakit atau membicarakan
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan hampir sepanjang waktu. Berpikir dan
bersikap positif akan mengurangi stres, dan membuat Anda lebih sehat serta
memiliki sistem imun yang lebih baik.
C.
Unsur-Unsur
Berpikir[7]
a.
Berpikir Induktif
Berpikir
induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang khusus
menuju yang umum. Awalnya orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat dari
berbagai fenomena, kemudian menaruh atau mengambil kesimpulan bahwa sifat-sifat
itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi. Contohnya :
Bayi A
dilahirkan dalam keadaan menangis. Bayi B juga begitu, bayi C, D, E, F, G dan
seterusnya juga demikian pula. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua bayi
yang normal segera menangis ketika dilahirkan.Tepat atau tidaknya kesimpulan
dari cara berpikir yang diambil secara induksi tersebut sangat bergantung pada
representatif atau tidaknya sampel yang diambil yang mewakili fenomena secara
keseluruhan, makin banyak sampel yang diambil berarti semakin representatif dan
smakin dapat dipercaya keunggulan atau kebenaran dari kesimpulan tersebut dan
sebaliknya.
b.
Berpikir Deduktif
Berpikir
deduktif adalah suatu proses berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju
yang khusus orang bertolak dari suatu teori ataupun kesimpulan yang dianggapnya
benar dan bersifat umum. Dan dari yang bersifat umum itu ia menerangkannya
kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang
berlaku bagi fenomena tersebut. Contohnya :
1.
Manusia semua akan mati (kesimpulan
umum)
Aisyah adalah manusia (kesimpulan
khusus)
Jadi jamilah akan mati (kesimpulan
deduktif).
2.
Semua logam jika dipanaskan akan memuai
(kesimpulan umum)
Besi adalah logam (kesimpulan
khusus)
Jadi besi jika dipanaskan akan
memuai (kesimpulan deduktif)
c.
Berpikir Analogis
Berpikir
analogis adalah suatu proses berpikir dengan jalan menyamakan atau
membandingkan fenomena-fenomena yang biasa. Orang beranggapan bahwa kebenaran
dari fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang berlaku
sekarang.
Contohnya :
Setiap hari sekitar jam 09.00 WIB
udara di atas kota Banda Aceh kelihatan berawan tebal, dan tidak lama sesudah
itu hujan lebat turun sampai sore. Pada suatu hari, sekitar jam 09.00 WIB udara
di atas kota banda Aceh berawan tebal, jadi kesimpulannya “sudah pasti sebentar
lagi akan turun hujan lebat sampai sore”.
D.
Hambatan
dalam Proses Berpikir
Dalam proses
berpikir adanya titik tolak yang dijadikan titik awal dalam berpikir. Berpikir
bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh seseorang. Hal-hal atau
fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan masalahnya. Dalam
proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang
menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung
pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah hitungan 6 x 7 akan jauh
lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal statistika
misalnya.
Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses
berpikir dapat disebabkan antara lain karena
(1) data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi
data yang harus diperoleh,
(2) data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu
bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam
proses berfikir. Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan
hambatan dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya
bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam ceritera-ceritera dedektif.
Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat
membawa sulit tidaknya dalam proses berfikir seseorang.[8]
E.
Pikiran
dan Bahasa
Mungkin itu
salah satu pertanyaan yang pernah mampir dalam benak kita. Namun, beberapa
pakar psikolinguistik telah memikirkan hal ini sejak lama dan telah
menelitinya.
Salah satu pakar
Psikolinguistik yang mendalami kaitan antara bahasa dan pikiran adalah
Soenjono. Dalam buku Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
Soenjono berpendapat bahwa orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan
bahasa. Aristotle pada tahun 384-322 Sebelum Masehi telah berbicara soal hati
yang melakukan hal-hal yang kini diketahui dilakukan juga oleh otak. Dari
pendapat Soenjono tersebut dapat dilihat jelas bahwa ada keterkaitan antara
otak dan bahasa. Otak merupakan organ yang berfungsi untuk berpikir. Sehingga
dapat disimpulkan pula bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa.
Pendapat para
ahli mengenai keterkaitan bahasa & pikiran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
:[9]
1. Ahli
yang berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi pikiran
Ahli
yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir.
Menurut mereka pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap
realitas. Pikiran kita dapat terkondisikan oleh kata yang kita digunakan. Whorf
dalam Rahmat (2000) mengatakan bahwa keterkaitan antara bahasa dengan pikiran
terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap
dunia, serta mempengaruhi pemikiran individu pemakai bahasa itu. Sebagai contoh
Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang
Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
2. Ahli
yang berpendapat bahwa pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung
pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif, Jean Piaget. Melalui observasi
yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia
melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang
digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya.
3. Ahli
yang berpendapat bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan
timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky,
seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai
pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi.
Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh
kalangan ahli psikologi kognitif
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kata-kata atau bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan
media yang digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses
berpikir, di sisi yang lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari
aktifitas pikiran.
Bukti lain bahwa “Pikiran mempengaruhi bahasa” dapat
dilihat pada orang yang kilir lidah dan penderita afasia. [10]
1. Kilir
Lidah
Kilir
lidah adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara ‘terkilir’
lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan.
Kesalahan yang berupa kilir lidah seperti kelapa untuk kepalamenunjukkan bahwa
kata ternyata tidak tersimpan secara utuh dan orang harus meramunya (Meyer
dalam Soenjono, 2008:142). Dalam hal ini yang memiliki peran yang sangat besar
dalam meramu sebuah kata agar antaralangue dan parole itu sesuai adalah otak
(pikiran). Biasanya kilir lidah terjadi pada waktu orang yang berbicara merasa
gugup atau ketakutan, sehingga antara konsep yang ada di pikiran dengan bahasa
yang diujarkan mengalami perbedaan.
2. Afasia
Afasia adalah
suatu penyakit wicara di mana orang tidak dapat berbicara dengan baik karena
adanya penyakit pada otaknya. Penyakit ini pada umumnya muncul karena orang
tersebut menderita stroke, yakni, sebagian otaknya kekurangan oksigen sehingga
bagian tadi menjadi cacat.
Penyebab afasia
selalu berupa cedera otak. Pada kebanyakan kasus, afasia dapat disebabkan oleh
pendarahan otak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh kecelakaan atau tumor.
Seseorang mengalami pendarahan otak jika aliran darah di otak tiba-tiba mengalami
gangguan. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara yaitu terjadi penyumbatan pada
pembuluh darah dan kebocoran pada pembuluh darah. Untuk berkomunikasi dengan
penderita afasia sebaiknya menggunakan bahasa isyarat, gambar, tulisan, atau
dengan menunjuk.
Dari kedua contoh di atas, maka jelas ada
keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Sebelum bahasa diujarkan akan diproses
terlebih dahulu di dalam otak.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berpikir adalah
satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada
suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita
hendaki. Berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan,
namun sebagian besar dalam berpikir orang menggunakan bahasa.
Aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari
suatu situasi atau masalah. Gejala bepikir tidak berdiri sendiri, dalam
aktivitasnya membutuhkan bantuan dari gejala jiwa yang lain.
Dengan
mengakarnya kebiasaan berpikir pada anak-anak, pikiran mereka akan cenderung
kritis dan merdeka dalam menilai, sehingga pikiran tak mudah terkena pengaruh
luar.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan
Abu Darda’, 2011. Psikologi Pendidikan, Ponorogo : Penerbit Pondok
Pesantren Darussalam Gontor.
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan
Abu Darda’, 2004. Psikologi Pendidikan… Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ahmadi, Abu, 2009. Psikologi umum, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Ibnu Hasan dan Mohamed A. Khalfan, 2006. Pendidikan
dan Psikologi Anak, Jakatta Selatan : Penerbit Cahaya,2006.
Ubaedy, An. 2008. Kedahsyatan Berpikir Positif.
Depok: PT Visi Gagas Komunika.
[1]
Sutrisno Ahmad, Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, Psikologi
Pendidikan, (Ponorogo : Penerbit Pondok Pesantren Darussalam Gontor 1425
H), hal. 40
[2]
Ibid., hal. 40
[3]
Ubaedy, An. Kedahsyatan Berpikir Positif.( Depok: PT Visi Gagas
Komunika. 2008)., hal. 6
[4]
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2004), hal 178.
[5]
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, Psikologi
Pendidikan (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2004), hal. 42.
[6]
Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009), hal
174
[7]
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’ op. Cit., hal. 42
[8]
Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009), hal
174
[9]
Ibnu Hasan dan Mohamed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakatta
Selatan : Penerbit Cahaya,2006), hal. 140
[10]
Ibid., hal. 141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar