BENTUK-BENTUK
KOMUNIKASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
1. EMMI
SURIANI 14 301 000 18
2. ERNITA
SIREGAR 14 301 000 19
DOSEN
PENGAMPU
MOHD.
RAFIQ, MA
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu
melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini
kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Komunikasi Penyiaran
Islam yang membahas tentang ” Bentuk-Bentuk komunikasi ” dan kami ucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang membina mata kuliah ini.
Saya menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari para
pendengar demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas dari kekurangan makalah ini,
saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pendengar dan menjadi amal
shaleh bagi penulis. Dan hanya kepada Allah kami akan kembali. Amin.
Padangsidimpuan, 13 November
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Komunikasi Manusia dan Tuhan.......................................................... 2
B. Komunikasi
Manusia dengan Mahkluk Lain........................................ 5
C. Komunikasi
Manusia dengan Manusia................................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
A. Kesimpulan........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Komunikasi
adalah salah satu bentuk interaksi yang paling penting dan harus dilakukan oleh
sesama manusia. Pada dasarnya komunikasi tidak hanya dilakukan secara vertikal
yaitu antar sesama manusia, akan tetapi bisa dilakukan secara horizontal.
Misalnya komunikasi kita dengan Tuhan. Sebagai makhluk yang beragama kita pasti
sering berkomunikasi dengan Tuhan untuk mencurahkan segala ganjalan di dalam
hati ataupun untuk meminta sesuatu. Begitu pula komunikasi antar manusia.
Tujuan kita berkomunikasi adalah untuk menyampaikan apa yang ada di dalam
pikiran kita atau akan menyampaikan keluh kesah. Pada dasarnya ketika kita
melakukan komunikasi kita mengadakan tindakan dengan tujuan agar orang lain tau
apa yang ada dalam benak kita. Komunikasi adalah suatu tindakan yang sangat
sering kita lakukan. Hampir setiap saat kita melakukan proses komunikasi. Dalam
komunikasi ada dua pihak yang terkait yaitu komunikator dan komunikan.
Komunikator adalah seseorang yang berperan menyampaikan apa yang ada dalam
pikiran, sedangkan komunikan adalah pihak yang berperan mendengarkan.
Coba bayangkan
ketika di dalam dunia ini tidak ada komunikasi, apakah kita tidak akan sangat
tersiksa karena kita tidak bisa menyampaikan apa yang kita ketahui dan apa yang
kita inginkan. Bayangkan sepi dan hampanya dunia ini. Begitu pula dalam dunia
pendidikan, komunikasi adalah salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah
proses pendidikan. Bayangkan ketika seorang pengajar bisa mengendalikan kelasnya
dengan penguasaan komunikasi yang exceilent maka yang terjadi adalah
keberhasilan penyampaian ilmu dari komunikator dan komunikan.
Komunikasi
sendiri ada macam-macam bentuknya. Di dalam makalah ini akan dijelaskan
mengenai macam-macam bentuk komunikasi yang bisa dilakukan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kelebihan
makhluk-makhluk hidup atas makhluk-makhluk mati adalah bahwa kegiatan makhluk
hidup didasarkan pada pengetahuan. Adapun manusia, ia memiliki kelebihan atas
mereka, karena ia memiliki akal (kebijakan dan kecedersan).[1]
Perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia didasarkan pada pertimbangan baik
dan buruk, manfaat dan mudharat baginya. Dia berbuat setelah meyakini bahwa
perbuatan bermanfaat baginya. Dia mengikuti apa yang diketahuinya dan yang
dinilainya mengandung kebaikan bagi dirinya, sehingga bila menurut akalnya
bermanfaat dan tidak membahayakan, diputuskannya untuk melakukannya, dan bila
dipandangnya membahayakan dan tidak bermanfaat baginya, diputuskannya untuk
tidak melakukannya.[2]
Dalam makalah ini,
Insya Allah akan dipaparkan ayat-ayat Al-Quran yang mengangkat topik mengenai
hubungan manusia (sebagai makhluk berakal) dengan Tuhan, kemudian hubungan
manusia dengan sesama, dan hubungan manusia terhadap alam semesta.
Kepada para pembaca,
segala macam bentuk kritik dan saran yang tentunya bersifat membangun sangat
diharapkan demi kelurusan pemahaman kita dalam menafsirkan ayat-ayat aqidah
dengan topik yang sedang kami angkat ini.
A.
Komunikasi Manusia dan Tuhan
Sifat hubungan
antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu
bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan
dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka
pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah
beribadah, sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat ayat
56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Artinya
: 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Secara
garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk
dan tata caranya telah di tentukan oleh Allah swt, dan ibadah dan bentuk tata
caranya yang tidak di tentukan oleh Allah swt. Ibadah jenis pertama adalah
Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa diubah-ubah
sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji: cara melakukan
ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam melakukan
sholat telah ditentukan oleh Allah SWT.[3] Demikian pula cara melakukan thawaf dan sa’i
dalam haji beserta lafal bacaannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Inti ibadah
jenis ini sebenarnya adalah permohonan ampun dan mohan pertolongan dari Allah
swt.
Jenis
ibadah yang kedua disebut ibadah ghairu mahdoh atau ibadah dalam pengetahuan
umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan,
kesuksesan, dan keuntungan.
Artinya:
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) ÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
Artinya
: 45. Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Melalui
ayat tersebut dapat diketahui bahwa ruh salat adalah ‘inna shalati wa-nusuki‘,
salatku, ibadahku. Penyebutan salat dan nusuk dalam ayat tersebut
bertujuan untuk membedakan bahwa salat itu adalah ibadah mahdhah, sementara nusuk
adalah ibadah ghairu mahdhah. Para mufassir mengatakan kata nusuk tersebut
diterjemahkan dengan insyithatu al-hayat, artinya segala aktivitas hidup
kita. Contoh dari ibadah semacam ini adalah menyingkirkan duri dari jalan,
membantu orang yang kesusahan, mendidik anak, berusaha, bekerja, menjenguk
orang sakit, memaafkan dan sebagainya. Semua perbuatan tersebut, asalkan
diniatkan karena Allah SWT dan bermanfaat bagi kepentingan umum, adalah
pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT.[4]
Jika
inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau ibadah, maka inti
hubungan Tuhan dengan manusia adalah aturan, yaitu perintah dan larangan.
Manusia diperintahkan berbuat menurut aturan yang telah ditetapkan Allah. Jika
manusia menyimpang dari aturan itu, maka ia akan tercela, baik dalam kehidupan
di dunia maupun di akhirat. Aturan itupun ada dua macam, pertama aturan yang
dituangkan dalam bentuk hukum-hukum alam (sunnatullah) dan aturan yang
dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw.
Aturan
yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi, misalnya tentang
perintah sholat, perintah zakat, perintah puasa, perintah haji, larangan
berzina, larangan mencuri, larangan meminum arak, larangan memakan daging babi,
dan lain-lain. Dalam hal ini, manusia diperintahkan menaati segala perintah dan
menjauhi segala larangan. Adapun aturan yang dituangkan dalam hukum alam
adalah, misalnya, api itu bersifat membakar. Oleh karena itu, jika orang mau
selamat, maka ia harus menjauhkan dirinya dari api. Sebagai contoh lain, benda
yang berat jenisnya lebih berat dari air akan tenggelam dalam air. Dengan
demikian, manusia akan celaka (tenggelam) jika masuk ke dalam air laut tanpa
pelampung, sebab berat jenisnya lebih berat dari air. Demikianlah aturan yang
dituangkan dalam kitab suci (āyah qur’āniyah) dan yang dituangkan dalam hukum
alam (āyah kawniyah). Keduanya harus dipatuhi agar orang dapat hidup selamat
dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
Begitulah
prinsip dasar ajaran Islam mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya. Intinya
adalah pengabdian dan penyembahan kepada Allah (ibadah). Berpegang teguh pada
tali agama Allah, lebih tepatnya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Memegang
tali agama Allah berarti kesetiaan melaksanakan semua ajaran agama dan
mendakwahkannya. Selalu meningkatkan amal saleh, mengikatkan hati kepada Allah,
serta ikhlas dalam beribadah.[5]
B.
Komunikasi
Manusia dengan Mahkluk Lain
Manusia dapat
hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi
sekarang. Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka
dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah
yang semuanya diperuntukkan pada manusia.[6]
Untuk memperoleh
informasi lebih jauh mengenai penciptaan alam, berikut akan dikemukakan
beberapa ayat Al-Quran:[7]
a) Surah
Shad ayat 27
$tBur $uZø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºs `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷uqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ
Artinya
: 27. Dan Kami tidak menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu
adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena
mereka akan masuk neraka.
b) Surah
An-Nahl ayat 5.
zO»yè÷RF{$#ur $ygs)n=yz 3 öNà6s9 $ygÏù Öäô$Ï ßìÏÿ»oYtBur $yg÷YÏBur tbqè=à2ù's? ÇÎÈ
Artinya
: 5. Dan Dia telah menciptakan binatang
ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai
manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
Dengan
dijadikannya manusia sebagai khalifah, maka manusia hidup di bumi memiliki
tugas dan amanah. Dimana menjadi khalifah merupakan bentuk pengabdian manusia
kepada Allah. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu beraktivitas yang
berorientasi pada ibadah dan tentu salah satunya dengan cara memakmurkan bumi.
Perwujudan
kepribadian seseorang nampak dalam keseluruhan pribadi manusia dalam antar
hubungan dan antar aksinya dengan lingkungan hidupnya. Penafsiran kita tentang
tingkah laku belum menjamin pengertian kita tentang kepribadian manusia. Karena
itu, realita demikian amat jauh dari sempurnaan. Tetapi usaha untuk mengerti
dan memahami manusia ini jauh lebih baik daripada pengertian dan kesimpulan-
kesimpulan yang kita miliki tentang manusia. Apa yang kita simpulkan sebagai
pengertian itu lebih bersifat statis, sedangkan usaha untuk mengerti manusia
secara aktif dan terus-menerus didalam antar hubungan dan antar aksi sesama itu bersifat dinamis. Asas
dinamis ini merupakan essensi watak manusia, yang terus berkembang, bertumbuh
dan menuju integritas kepribadiannya.
Demikian pula kita tentang seseorang, tentang kepribadiannya selalu
berkembang. itulah sebabnya dikatakan “Tak kenal maka tak cinta”. Bahkan “Cinta
itu tumbuh dari sebuah pengenalan”.
Artinya makin kita mengenalnya, makin kita memahami kepribadiannya yang
positif makin pula kita mencintainya. Implikasi pandangan ini adalah jagan
tergesa-gesa menjauhi atau membenci seseorang, karena kita belum mengenal
seorang itu. Bahkan sesungguhnya, adalah kewajiban kita untuk mengerti tingkah laku, kepribadian
seseorang didalam antar hubungan dan antar aksi sosial. Dan sesuai dengan asas
–asas nilai demokrasi kita wajib menghormati martabat pribadi orang lain.
Prinsip self respect, menghormati pribadi orang lain merupakan pangkal untuk
mengormati diri sendniri. Artinya usaha untuk dihormati, hormati lebih dahulu
orang lain.
C.
Komunikasi
Manusia dengan Manusia
a. Komunikasi
Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal
Communication)
Komunikasi
dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi didalam individu,
atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.[8]
Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi
dengan dirinya sendiri.
Terjadinya
proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap
suatu objekyang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini
bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang
mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun yang ada di
dalam diri seseorang.
Objek
yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah
mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya. Hasil kerja dari
pikiran tadi setelah di evaluasi pad gilirannya akan memberi pengaruh pada
pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam
proses pengambilan keputusan, sering kali manusia dihadapkan pada pilihan kata
ya atau tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi
dengan diri sendiri, terutama dalam menentukan untung rugunya suatu keputusan
yang akan di ambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi
intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri.[9]
Beberapa
kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu yang terjadi
dalam andividu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi, melainkan suatu
aktifitas internal monolog (Asante, 1979).
Studi
komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) kurang begitu
banyak mendapat perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang
psikologi behavioristik.Oleh karena itu, literatur uang membicarakan tentang
komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sanagt langka ditemukan.
Ketika
kita ingin mengaitkan komunikasi dengan diri sendiri atau intrapersonal dengan
berntuk aplikasinya dalam dakwah tentunya akan sulit. Dakwah yang identic
dengan menyeru orang lain dimana komunikator menyampaikan sebuah pesan kepada
penerima atau komunikan, dalam komunikasi dengan diri sendiri hal ini tidak
akan ditemukan. Dalam komunikasi ini seseorang tidak hanya bertindak sebagai
komunikator ataupun komunikan saja akan tetapi keduanya dilakukan oleh
seseorang.
Akan
tetapi jika kita ingin bersikeras untuk mengaitkanya otomatis hasilnya akan
sedikit melenceng dari ciri dari dakwah pada umumnya. Dakwah yang nantinya akan
dilakukan hanya sebatas mendakwahi diri sendiri, membimbing diri sendiri untuk
menuju kepada kebaikan.
b. Komunikasi
Antar Pribadi (Interpersonal
Communication)
Komunikasi antar
pribadi yang dimaksud disini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara
dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace
(1979) bahwa “interpersonal communication
is communication involving two or more people in a face to face setting.”[10]
Menurut
sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas dua macam, yakni
komunikasi Diadik (Dyadic Communication) dan komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication).
Komunikasi
diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi
tatap muka. Komunikasi diadik menrurt Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk,
yakni percakapan, dialog, dan wawancara.Percakapan berlangsung dalam suasana
yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih
intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius,
yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada
posisi menjawab.[11]
Komunikasi
kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau
lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama
lainnya.
Komunikasi
kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi
antarpribadi karena; pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses
komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.
Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua
peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada
pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit
di identifikasi.Dalam situasi seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai
sumber dan juga pembicara. Oleh karena itu pengaruhnya bisa bermacam-macam,
misalnya si A bisa terpengaruh dari si B, dan si C bisa memengaruhi si B.
proses komunikasi seperti ini banyak ditemukan dalam kelompok studi dan
kelompok diskusi.
Pada intinya
komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala antara komunikator dan
komunikan terjadi komunikasi. Untuk maencapai komuniksi efektif, maka persamaan
antara komunikator dan komunikan harus diwujudkan, yaitu situasi komunikasi
yang bersifat hemophyli.Jika situasi seperti ini sudah terwujud maka komunikasi
akan lebih efektif sebab antara
komunikator dan komunikan bisa benar-benar mengerti akan pesan yang
tersampaikan.
c. Komunikasi
Kelompok (Group Communication)
Komunikasi
kelompok (group communication) adalah
komunikasi antara sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan bersama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok
ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, [12]atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan
demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil tersebut (small group communication).komunikasi kelompok dengan
sendirinya melibatkan juga komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan
teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikas kelompok.Namun
demikian jumlah orang dalam kelompok-kelompok itu tidak bisa ditentukan secara
eksak jumlahnya.
Lalu
apa yang membedakan komunikasi kelompok dengan komunikasi antar komunikasi
pribadi(interpersonal)??? Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar
pribadi sebenarnya tidak perlu ditarik garis pemisah. Kedua bidang tersebut
bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat di ungkapkan dalam
berbagai cara sesuai dengan perhatian tujuan si pengamat.
Lalu
dalam hal apa kedua bidang tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan???
Baik
komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi melibatkan dua atau lebih
individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab
pesan-pesan baik secara verbal maupun secara nonverbal. Akan tetapi komunikasi
antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau
mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur,
secangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana berstruktur dimana para
pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai
kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.[13]
Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan
komunikasi antar pribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan
dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi kelompok dapat dan
memang terjadi dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua, tiga, atau empat
individu, ia juga dapat terjadi dalam kelompok tatap muka yang lebih besar dan
kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat permanen daripada kelompok-kelompok
yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi.
Sedangkan
kriteria pokok yang membedakan antar komunikasi kelompok dengan komunikasi
antar pribadi adalah kadar spontanitas, struktural, kesadaran akan sasaran
kelompok, ukuran kelompok, rekativitas sifat permanen dari kelompok serta
identitas diri. Tentunya, mungkin juga mengaitkan kejadian-kejadian antar
pribadi dalam suatu tatanan komunikasi kelompok atau sebaliknya, tetapi ini
tergantung pada perhatian khusus atau kepentingan si pengamat.
d. Komunikasi
publik (public communication)
Komunikasi
publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi
retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication).[14]
Apapun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan
khalayak yang lebih besar.
Komunikasi
publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung
secara tatap muka, tetspi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar
sehingga memiliki ciri masing-masing.
Dalam
komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu.Dapat di
identifikasi siapa berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya.Interaksi antara
sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas.Hal
ini disebabkan karena waktu yang digunakan angat terbatas, dan jumlah khalayak
relatif besar sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu per satu
pendengarnya.[15]
Ciri
lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang disampaikan itu tidak
berlangsung secara spontanitas, tetapi terancana dan dipersiapkan lebih awal.
Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai aktivitas seperti
kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan semacamnya.
Ada
kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa digolongkan komunikasi
massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi terdapat kasus tertentu dimana
pesan yang disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak tertentu.Misalnya
pengarahan, sentiaji, diskusi panel, seminar, dan rapat anggota.Karena itu
komunikasi komunikasi publik bisa juga disebut kominikasi kelompok bila dilihat
dari segi tempat dan situasi.[16]
Sebelum
radio digunakan sebagai sumber informasi, komunikasi publik banyak sekali
digunakan untuk penyampaian informasi di lapangan terbuka.Namun, sekarang
komunikasi publik kembali banyak dilakukan terutama menjelang pemilu
denganpengarahan masa yang sebanyak-banyaknya. Komuniksi publik seperti ini
makin banyak menarik perhatian dan minat pengunjung jika disertai dengna
pertunjukan artis dan ceramah kiai kondang yang khusus di datangkan untuk
menggalang massa.
e. Komunikasi
Massa (Mass Communication)
Terdapat
berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai
dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula dari segi sifat
pesannya.
Komunikasi
massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana
pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepeda khalayak yang sifatnya
massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat
kabar, dan film.[17]
Dibandingkan
dengan bentuk-bentuk komunikasi yang sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri
tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari
segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri
lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh
saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga
atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misal reporter, penyiar, editor,
teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih
formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih
rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan
komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda)
dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan komunikasi yang begitu
cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi, maka umpan
balik dari khalayak bisa dilakukan denga cepat kepada penyiar, misalnya melalui
program interaktif.[18]
Selain
itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat,
serempak dan luas. Ia mampu menagatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bial
di dokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa cukup mahal dan
memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
Untuk
mencapai efektivitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan yang menggunakan
media massa, harus di ketahui karakteristik dari komunikasi massa tersebut,
sebagai berikut:[19]
1)
Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun
komunikan berada pada jarak satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu
membina keserempakan kontak dengna komunikan dalam penyampaian pesannya.
2)
Bersifat umum, ialah pesan yang
disampaikan melalui media massa ditujukan kepada umum dan disamping itu juga
mengenai kepentingan umum.
3)
Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi
daripada penyebaran yang teramat luas (jangkauan audiencenya), maka komunikan
dari komunikasi massa terdiri dari berbagai macam, inilah menjadikan
komunikannya heterogen.
4)
Berlangsung satu arah, ialah bahwa
feedback yang terjadi ialah delayed feedback, berbeda dengan komunikasi tatap
muka.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia adalah
makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya.
Kesempurnaan tersebut dimiliki manusia karena manusia dianugerahi akal dan
nafsu. Dengan dua unsur tersebut, maka akan terdapat beberapa identitas yang
melekat pada diri manusia, di antaranya yaitu sebagai hamba (hubungan manusia
dengan Allah), sebagai makhluk sosial (hubungan manusia dengan sesama), serta
sebagai khalifah (hubungan manusia dengan alam.
Hubungan manusia
dengan Allah, yaitu sebagai hamba, maka manusia wajib beribadah kepada Allah
sepanjang hidupnya, karena semua yang dilakukan manusia akan
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Dalam hal ini ibadah memiliki dua
dimensi yaitu itu ibadah yang bersifat mahdhah (vertikal), maupun ibadah yang
bersifat ghairu mahdhah (horizontal).
Komunikasi yang
merupakan aktivitas penting dalam kehidupanya karena perananya yang amat vital.
Tanpa ada komunikasi kehidupan di dunia ini tidak akan berlangsung karena tanpa
komunikasi berarti tidak ada interaksi dan tanpa interaksi kehidupan manusia
tidak akan pernah berlangsung, karena sifat manusia adalah makhluk sosial.
Terlepas dari
itu, bentuk-bentuk komunikasi sangatlah bervariasi, setiap manusia memiliki
pandangan yang berbeda mngenai bentuk-bentuk komunikasi tergantung siapa dia
dan apa latar belakang dia, dan perbedaan adalah sesuatu yang sah-sah saja
selama mempunyai alasan yang kuat.
Dari sekian
banyak pendapat para pakar komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk
komunikasi secara garis besar terdiri dari 5 bentuk yakniKomunikasi dengan diri
sendiri (intrapersonal communication), Komunikasi antar pribadi (interpersonal
communication), Komunikasi kelompok (group communication), Komunikasi publik
(public communication), Komunikasi massa (mass communication).
DAFTAR
PUSTAKA
Kholili,H.M. 2009. Komunikasi untuk dakwah.Yogyakarta, CV.Amanah.
Cangara, Hafield.H. 2007, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada.
Widjaja,A.W, 1993, KOMUNIKASI (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), Jakarta, BUMI
AKSARA.
A.Goldberg,Alvin dan E.Larson, Carl. 1985. Komunikasi Kelompok, Jakarta, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).
Depari, Eduard dan MacAndrews, Colin. 1998. Peranan Koomunikasi Massa Dalam Pembangunan,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Lestari G, 2003, Komunikasi yang Efektif, Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Suranto, 2005, Komunikasi
Perkantoran, Yogyakarta : Media Wacana.
Onong Uchjana Effendi, 1993. Ilmu
Komunikasi ; Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Najib Sulhan, 2010. Karakter
Guru Masa Depan, JP Books : Surabaya.
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,
2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam
Persfektif Islam .Jakarta: Prenada Media.
M. Thabathaba’I dan Abu Abdullah dan Az-Zanjani,
2009. Mengungkap Rahasia Al-Quran Bandung: PT. Mizan Pustaka,.
Antonius Atoshoki Gea, Noor Rachmat, dan Antonina
Panca Yuni wulandari, 2006. Relasi dengan Tuhan .Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo.
Tim Penceramah Jakarta Islamic Cernter, 2005. Islam
Rahmat bagi Alam Semesta .Jakarta: Afilia Books.
Muhammad Sholikhin, 2008. Hadirkan Allah Di Hatimu, Ed. Sukini
.Solo: Tiga Serangkai,.
Arie Budiaman, Ahmad Jauhar Arief, dan Edy Nasriady
Sambas, 2007. Membaca Gerak Alam Semesta Mengenali Jejak Sang Pencipta,
Ed. Nanik Supriyanti .Jakarta: Lipi Press.
Choiruddin Hadhiri, 2005. Klasifikasi
Kandungan Alquran . Jakarta: Gema Insani Press.
[1]
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Persfektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), 227-228
[2]
M. Thabathaba’I dan Abu Abdullah dan Az-Zanjani, Mengungkap Rahasia Al-Quran
(Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), 157-158
[3]
Antonius Atoshoki Gea, Noor Rachmat, dan Antonina Panca Yuni wulandari, Relasi
dengan Tuhan (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2006), 94-102
[4]
Tim Penceramah Jakarta Islamic Cernter, Islam Rahmat bagi Alam Semesta
(Jakarta: Afilia Books, 2005), 140-142
[5]
Muhammad Sholikhin, Hadirkan Allah Di Hatimu, Ed. Sukini (Solo: Tiga
Serangkai, 2008), 118-122
[6]
Arie Budiaman, Ahmad Jauhar Arief, dan Edy Nasriady Sambas, Membaca Gerak
Alam Semesta Mengenali Jejak Sang Pencipta, Ed. Nanik Supriyanti (Jakarta:
Lipi Press, 2007), 46-47.
[7]
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Alquran (Jakarta: Gema Insani
Press, 2005), 30.
[10]
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ;
Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 57.
[11]
Ibid., hal. 58
[12]
Ibid., hal. 59-60.
[13]
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan,
(JP Books : Surabaya, 2010), hal. 152.
[14]
Lestari G., Op. Cit., hal. 87
[15]
Depari, Eduard dan MacAndrews, Colin. Peranan
Koomunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press, 1998), hal. 85
[16]
Onong Uchjana Effendi, Op. Cit., hal.
76
[17]
Kholili,H.M. Komunikasi untuk dakwah.
(Yogyakarta, CV.Amanah, 2009), hal. 76
[18]
Widjaja,A.W, KOMUNIKASI (Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat), (Jakarta, BUMI AKSARA, 1993), hal. 54
[19]
Cangara, Hafield.H. Pengantar Ilmu
Komunikasi. (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar