BROAD FIELD DALAM MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA :
RUKIAH
NIM :
1420100193
DOSEN PENGAMPU
Hj. ASFIATI, S.Ag, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah saya
ucapkan ke hadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmatnya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi judul“ Broad Field dalam Mencapai
tujuan Pendidikan Agama Islam”. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi
kepada siapa pun yang membaca makalah ini.
Makalah ini ditulis guna
untuk menyelesaikan tugas hukum bisnis dan juga sebagai bahan informasi bagi
siapa saja yang membaca. Dalam hal ini izinkan saya mengucapkan terimah kasih
kepada dosen pembimbing Ibu Hj. Asfiati, S.Ag, M.Pd dan seluruh pihak-pihak
yang telah membantu saya untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya tulis ini, maka saya selaku
penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca. Saya selaku manusia
biasa tentu tidak akan luput dari kesalahan karena yang memiliki kesempurnaan
itu hanya Allah S.W.T.
Akhirnya saya ucapkan
selamat membaca dan semoga makalah yang saya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca. Aamiin
Padangsidimpuan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.
Latar Belakang................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A.
Pengembangan
Kurikulum............................................................ 2
B.
Broad field Curikulim......................................................................... 4
C.
Kurikulum
yang terdiri dari peleburan (fusi)
mata
pelajaran-mata pelajaran sejenis (Broad Field)................... 9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
A.
Kesimpulan...................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
SedangkanPengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana
didalamnyamencakup beberapa hal diantaranya adalah: perencanaan, penerapan dan
evaluasi.Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerjakurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaanyang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum
atau biasadisebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum kedalam tindakan operasional.
Evaluasi
kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan
seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,tingkat ketercapaian program-program
yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulumitu sendiri. Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkaitlangsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang,seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur –
unsur masyarakatlainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan
Kurikulum
Langkah-langkah dapat disebutkan sebagai tahapan-tahapan
atau tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) langkah-langkah dapat
juga diartikan sebagai tahap-tahap atau bagian-bagian untuk mencapai suatu
tujuan.[1]
Sedangkan istilah pengembangan adalah menunjukkan pada suatu
kegiatan yang menghasilkan sesuatu alat atau cara yang ataupun merevisi sesuatu
yang telah ada menjadi baik. Selama kegiatan itu dilaksanakan dengan maksud
mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan yang akhirnya alat atau cara tersebut
dipandang cukup bagus untuk digunakan seterusnya maka berakhirlah kegiatan
pengembangan. Sedangkan pengembangan berasal dari kata kembang yang artinya
besar, luas dan banyak. Maka dari itu pengembangan merupakan suatu proses untuk
menjadikan sesuatu menjadi lebih maju, lebih luas dan menjadi sempurna.
Pengertian pengembangan di atas sangat berlaku dalam bidang
kurikulum. Kegiatan pengembangan kurikulum mencakup segala aspek penyusunan
kurikulum itu sendiri, pelaksanaan di sekolah-sekolah yang disertai dengan
penilaian-penilaian yang intensif, dan penyempurnaan-penyempurnaan yang
dilakukan terhadap komponen-komponen tertentu dari kurikulum tersebut atas
dasar hasil penilaian.
Terdapat banyak pengertian tentang kurikulum, yang
berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan.Selain itu,
juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya.Pengetian kurikulum mulai dari yang sangat sederhana, yakni kurikulum
merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran sampai dengan kurikulum sebagai
kegiatan sosial. Pengertian kuriklum akan mempengaruhi praktik-praktik
pengembangan kurikulum.[2]
Menurut pandangan lama kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran
yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik, seperti
dikemukakan oleh Zais (1976), yaitu kurikulum sebagai: a racecourse of subject
metters to be mastered.[3]
Dalam situasi dan kondisi tertentu pandangan ini masih
dipakai sampai sekarang.Pandangan yang muncul selanjutnya, beralih dari
menekankan pada isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar, sekaligus
perubahan ruang lingkup, yakni dari konsep yang sempit menjadi lebih luas.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga
peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain
keiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.Yang terakhir ini
sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra-kurikuler (co-curriculum atau
extra-curriculum).[4]
Pengertian kurikulum secara Etimologis, Webster’s Third New
International Dictionary menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere. Dalam
bahasa latincurere berarti berlari cepat, tergesa-gesa, menjalani. Curere dikatabendakan menjadu kurikulum
berarti berari cepat, pacuan, balapan, perjalanan, satu pengalaman tanpa
berhenti.Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Dep. P dan K kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh.
Pengertian kurikulum secara tradisioal, menurut William B.
Rogan, beliau mengemukakan Traditionally, the curriculum has meant the subject
thugh in school or course of study. Pada pertengahan abad ke-20
pengertiankurikulum berkembang dan dipakai dalam dunia pendidikan berarti
sejumlah pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk kenaikan kelas atau
memperoleh ijazah.[5]
Pengertian kurikulum secara modern, menurut Saylor dalam
bukunya curriculum planning.Mengemukakan pengertian kurikulum adalah
keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik berlangsung di kelas,
di halaman maupun di luar sekolah.
B.
Broad
field Curikulim
a.
Pengertian
Broad Field Curiculum
Kurikulum broad fields kadang-kadang
disebut dengan kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutnya dengan sebutan
the broad fields of subject matter. Broad fields menghapuskan batas-batas dan
menyatukan mata pelajaran (subject matter) yang berhubungan sangat erat. Hilda
Taba mengatakan the broad field curriculum is essentially an effort to
atoinatization of curriculum by combining several specflc areas into large
fields (usaha meningkatkan dengan imengkombinasikan beberapa mata pelajaran
sebagai contoh: Sejarah, Geografi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik disatukan menjadi
ilmu pengetatuan sosial (IPS).
William B. Ragan mengungkapkan enam
macam broad fields yang umumnya ditemukan di dalam kurikulum. Keenam broad
fields itu adalah: Bahasa(language), Ilmu Pengetahuan Sosial (social studies),
Matematika (maths), Sains (science), Kesehatan dan Pendidikan Olahraga (health
& sport), dan Seni (arts). Phenik, merupakan orang yang pertama mencetuskan
tipe organisasi broad fields mi. Keinginan Phenik adalah agar para pendidik
mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif; manfaat yang
didapatkan dan berbagai ragam disiplin ilmu; dan upaya mendidik anak agar
menghasilkan suatu masyarakat yang civilized.
Phenik mengemukakan macam dasar
logikanya yang kemudian menghasilkan lima broadfields sebagai berikut:
a.
Symblies:
Bahasa, Matematika, dan bentuk-bentuk symbol non diskursif.
b.
Experics
: IPA, Sains, Psikologi, dan Ilmu-Ilmu Sosial.
c.
Esthetics:
Music, Seni Lukis, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan lain sebagainya.
d.
Syuneetics:
Filsafat, Psikologi, Sastra, Agama dan lain sebagainya.
e.
Ethics:
berbagai aspek moral dan tata adab.
Soetopo & Soemanto mengemukakan
bahwa keunggulan kunikulum broad fields adalah adanya kombinasi mata pelajaran
yang kaya akan pengertian dan mementingkan psinsip dasar serta generalisasi.[6]
Sementara itu kelemahannya adalah hanya
memberikan pengetahuan secara sketsa abstrak, kurang logis dan suatu pelajaran.
Fuanuddin&Karya mengungkapkan kunikulum broad fields, dalam kaitannya
dengan kunikulum di Indonesia, mengenal lima macam bidang studi yang menganut
broadfields yaitu:[7]
a.
Ilmu
pengetahuan alam (IPA), merupakan peleburan dan mata pelajaran ilmu alam, ilmu
hayat, ilmu kimia, dan ilmu kesehatan.
b.
Ilmu
pengetahuan sosial (IPS), merupakan peleburan dan mata pelajaran Imu bumi,
sejarah, civic, hukum, ekonomi, dan sejenisnya.
c.
Bahasa,
merupakan peleburan dan pelajaran membaca, menulis, mengarang, menyimak, dan
pengetahuan bahasa.
d.
Matematika,
merupakan pelebunan dan berhitung, al jabar, ilmu ukur sudut, bidang, ruang,
dan statistic.
e.
kesenian,
merupakan peleburan dan seni tar seni suara, seni klasifikasi, seni pahat, dan
drama.
Pendidikan agama di sekolah umum,
seperti:SD, SMP, SMA, SMK dan lainlainnya. Maka termasuk broad fields, yang
dapat dilihat dan dan pernyataannya atas beberapa mata pelajaran.
Broad-filed
design merupakan pengembangan dari subject design dan disciplines design. Dari
dua desain tersebut masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata pelajaran.
Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan
mengembangkan the broad field design yakni desain yang menyatukan beberapa mata
pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti
sejarah, geografi, dan ekonomi digabung dalam pengetahuan sosial, dan sebagainya.[8]
Broad field
sudah merupakan perpaduan atau fusi dari sejumlah mata pelajaran yang
berhubungan. Ciri umum dari broad-fields ini adalah kurikulum terdiri dari
suatu bidang pengajaran dimana di dalamnya berpadu sejumlah mata pelajaran yang
saling berhubungan.
Tujuan dari
desain ini adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia
informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh.
Kurikulum
sebagai perangkat yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan anak secara
keseluruhan, khususnya kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapi
sehari-hari perlu dipikirkan pengalaman apa yang diperlukan oleh siswa untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam
pengembangannya, kurikulum melibatkan berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang
secara langsung ataupun tidak langsung memiliki kepentingan dengan keberadaan
pendidikan yang dirancang, yaitu mulai dari ahli pendidikan, ahli bidang studi,
guru, siswa, pejabat pendidikan, para praktisi maupun tokoh panutan atau
anggota masyarakat lainnya.
Perkembangan
kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk
merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan.
Sebuah model dapat mengatur proses.
Baik
subject design maupun disciplines design masih menunjukkan adanya pemisahan
antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut
adalah mengembangkan the board fields design. Dalam model ini mereka menyatukan
beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang
studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung menjadi ilmu pengetahuan
social, aljabar, ilmu ukur, dan berhitung menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan
pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini
hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialitis, dengan pemahaman yang
bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas
apalagi diperguruan tinggi sedikit sekali.[9]
Ada dua
kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan yang
terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah masih
memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis dan teratur.
Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik
melihat hubungan antara berbagai hal.
Di samping
kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini. Pertama
kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu menguasi bidang yang
luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi diperguruan tinggi sukar
sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat
diberikan secara mendetil, yang diajarkan hanya permukaannya saja. Ketiga, pengintegrasian
bahan ajar terbatas sekali, tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan
pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan
minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan
subject design, tetapi model ini tetap menekankan tujuan penguasaan bahan dan
informasi. Kurang menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan
kognitif tingkat tinggi.
C. Kurikulum
yang terdiri dari peleburan (fusi) mata pelajaran-mata pelajaran sejenis (Broad
Field).
Bentuk separated subject terdiri dari mata pelajaran-mata
pelajaran yang terpisah sate dengan yang lain. Bentuk ini termasuk paling tua
dalam sejarah kurikulum. Sejak jaman dahulu orangYunani maupun orang Romawi
sudah menggunakan bentuk kurikulum semacam ini.[10]
Orang Yunani mengajarkan di sekolah mata pelajaran-mata pelajaran seperti
kesusasteraan, matematika, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan orang
Romawi mengajarkan gramatika, retorika dan logika yang dinamakan sebagai
trivium, serta aritmatika, geometri, astronomi dan musik yang dinamakan dengan
quadrivium. Ketujuh mata pelajaran dalam tivium dan quadrivium itu kemudian
dikenal dengan The Seven Liberal Arts.
Mata pelajaran-mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa
secara logis dan sistematis, sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan baik.
Akibat dari penggunaan bentuk kurikulum semacam ini adalah jika muncul suatu
cabang bare dalam ilmu pengetahuan, maka mata pelajaran-mata pelajaran menjadi
berubah.[11]
Essensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa
ia mengikuti disiplin yang balk dari logis. Dengan demikian baik materi
pembelajaran maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat terpisah-pisah.
Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh ahli-ahli mata pelajaran
masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi untuk mencari cara bagaimana agar
siswa dapat menguasai mata pelajaram dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
metode pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan adalah metode exposisi
-penyampaian materi pembelajaran. Untuk itu sumber utama yang patut dan paling
penting dalam belajar adalah buku teks siswa.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
digolongkan ke dalam mata pelajaran yang diutamakan dan tidak diutamakan. Hal
ini dibuat berdasarkan pada nilai suatu mata pelajaran yang berfungsi untuk
mendisiplin mental. Dengan demikian mata pelajaran-mata pelajaran yang termasuk
kategori sulit, seperti Matematika sangat diutamakan dibandingkan dengan yang
lain. Meskipun bagi individu tertentu n-iata pelajaran ini mempunyai arti atau
nilai tersendiri.
Keunggulan dari bentuk organisasi separated subject yang
paling menonjol adalah karena materi pembelajaran disusun secara logis dari
sistematis. Sehingga metode untuk mernpelajarinya dapat efektif, demikian juga
metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian siswa dapat menghimpun
sebanyak mungkin ilmu pengetahuan secara efektif dan ekonomis. Pada saat
dibutuhkan ia dapat menggunakan pengetahuan itu.[12]
Di samping itu, dengan mempelajari mata pelajaran seseorang
dapat mengikuti suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, juga terlatih untuk
menggunakan sistem berfikir tertentu. Dengan demikian kekuatan intelektualnya
berkembang.
Manfaat praktis lain adalah karena bentuk kurikulum ini
sudah lama digunakan, maka pada umumnya banyakpeiguruan tinggi menetapkan
syarat masuk berdasarkan kemampuan dalam mata pelajaran. Juga pada umumnya guru
sudah terbiasa dan terdidik dalam mata pelajaran-mata pelajaran terpisah-pisah.
Dengan demikian separated subject dipandang lebih mudah dilaksanakan.
Di samping mempunyai berbagai keunggulan, terdapat pula
berbagai kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah, oleh karena
kurikulum terdiri dari mata pelajaran terpisah-pisah, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berfikir aktif dan terpadu. Materi/isi kurikulum merupakan warisan
kebudayaan masa lampau, bukan masalah¬masalah yang dihadapi pada situasi
sekarang. Ini menyebabkan tidak diperhatikannya prinsip psikologis yaitu
minatdan motivasi. Sehinggamateri pembelajaran yang dipelajari sering kali
mudah dilupakan, juga tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan dibutuhkan
siswa.[13]
Baik kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field
sebenarnya mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject. Karena
ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran. Sehingga organisasi
materi pembelajaran terpusat pada mata pelajaran-mata pelajaran. Perbedaan
terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi materi pembelajaran
itudalam matapelajaran. Pada separated subject materi pembelajaran dikelompokan
pada mata pelajaran yang sempit, sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan
menjadi sempit ruang lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated
dan broadfzeld mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan
yang lain, sehingga ruang lingkupnya menjadi lebih luas. Bahkan pada broad
field, oleh karena mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu
mata pelajaran, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih
memperhuas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.
Correlated curriculum merupakan bentuk organisasi yang
menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Hubungan
itu dapat dilakukan, baik secara sewaktu-waktu atau pun secara diupayakan.[14]
Pada cara yang pertama, hubungan antara mata pelajaran-mata pelajaran terjadi
secara kebetulan. Jika suatu materi pembelajaran kebetulan mempunyai pertalian
dengan pelajaran lain. Sebagai contoh dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan
materi pembelajaran yang diajarkan mempunyai hubungan dengan geografi,
dilakukan korelasi. Demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan di lakukan
dengan cara membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam berbagai
mata pelajaran.
Broadfield merupakan bentuk organisasi kurikulum yang dibuat
dengan melebur mata pelajaran-mata pelajaran sejenis ke dalam satu mata
pelajaran. Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu menjadi kabur.
Bahkan jenis matapelajaran peleburan mempunyai namayang lain dari nama mata
pelajaran asalnya. Kita mengenal lima macam broad field dalam kurikulum, yaitu:[15]
1)
Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata pelajaran-mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah, hukum dan kewarganegaraan, ekonomi, dan sejenis.
2)
Bahasa
(Language Arts), peleburan dari mata pelajaran-mata pelajaran membaca, tata
bahasa, menulis, mengarang, menyimak, pengetahuan bahasa.
3)
Ilmu
Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari ilmu alam, ilmu hayat/ ilmu
bumi, ilmu kimia, ilmu kesehatan.
4)
Matematika,
peleburan dad berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut, bidang dan ruang, serta
statistika.
5)
Kesenian,
peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat, dan seni drama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Baik subject design maupun disciplines design masih
menunjukkan adanya pemisahan antara mata pelajaran. Salah satu usaha untuk
menghilangkan pemisahan tersebut adalah mengembangkan the board fields design.
Dalam model ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi
digabung menjadi ilmu pengetahuan social, aljabar, ilmu ukur, dan berhitung
menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapkan
para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya
spesialitis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini
banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, di sekolah
menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi diperguruan tinggi sedikit
sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena
dasarnya bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa
mata kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara
sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah
memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah
Idi dan Safarina HD, 2014. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Arifin,
Zaenal, 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: Rosda.
Ali,
Mohammad, 1992. Pengembanhan Kurikulum di Sekolah, Bandung:Sinar Baru.
Sanjaya,
Wina , 2011. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
S.Nasution,
2012. Kurikulum Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Syaodih, Sukmadinata, Nana, 2010. Pengembangan kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ornstein
A.C dan Hunkins, F.P, 1988. Curriculum: Foundation, Principles, and
theory, Boston: Allyn and Bacon.
Nurdin,
Syarifuddin. 2005. Guru Profesional &
Implementasi Kurikulum. Jakarta : Cipusat.
Soetopo
Hendayat & Wasty Soemanto., 1993. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan.,
Jakarta : Bumi Aksara.
Arifin,
Zaenal, 2012. Konsep dan Model
Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosda.
Widyastono,
Herry, 2004. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, dari
Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013, Cahaya Prima Sentosa, PT Bumi
Aksara.
Hasan,
Alwi,2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakrta: Balai Pustaka.
[1]
Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakrta: Balai Pustaka, 2003),
h. 83
[2]
Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, dari
Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013, (Cahaya Prima Sentosa, PT Bumi
Aksara, 2014), h. 1
[3]
Ibid.,h..2
[4]
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta, Sinar Grafika Offest,
2012), h. 5
[5]
Zaenal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Rosda,
2012), h. 31
[6]
Syarifuddin Nurdin. Guru Profesional
& Implementasi Kurikulum (Jakarta : Cipusat, 2005)., hal. 48-49
[7]
Soetopo Hendayat & Wasty Soemanto., Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan.,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1993)., hal. 30-32
[8]
Ornstein A.C dan Hunkins, F.P,
Curriculum: Foundation, Principles, and theory, (Boston: Allyn and Bacon,
1988), h.245
[9]
Abdullah Idi dan Safarina HD, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada,2014), h.183-184
[10]
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum: Teori dan Praktik, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 201
[11]
Mohammad Ali, Pengembanhan Kurikulum di Sekolah, (Bandung:Sinar Baru,
19920,h.66
[12]
Zaenal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
Rosda,2012),h.31
[13]
Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. (Jakarta: Kencana halaman, 2011),h.46.
[14]
S.Nasution, Kurikulum Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),h.9-11.
[15]
Wina sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. (Jakarta: Kencana halaman, 2011),h.46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar