.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Jumat, 27 Januari 2017

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAKU DAN TIDAK BAKU

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAKU DAN TIDAK BAKU






D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
KELOMPOK III (TIGA)
1.      AULIA RAMADHAN                                     1640100129
2.      WILDA SONJA FITRIA                                 1640200241
3.      AL JUPRI                                                          1640200055
  

DOSEN PEMBIMBING
AHMAD SAINUL, MA


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN

T.A 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa Indonesia dengan judul “Bahasa Indonesia  Baku dan Tidak baku” tepat pada waktunya. Terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak dosen pengasuh mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan saya dalam penulisan Makalah ini semakin bertambah dan teman-teman yang telah membantu untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini .
Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu saya menyadari masih terdapat banyak kesalahan yang tanpa sengaja dibuat, baik kata maupun tata bahasa di dalam makalah ini. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



                                                            Padangsidimpuan,     September 2016


                                                                        Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A.       Latar Belakang..................................................................................... 1
B.       Rumusan Masalh ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A.    Pengertian Bahasa Baku......................................................................... 3
B.     Bahasa Indonesia Baku ......................................................................... 4
C.     Bahasa Tidak Baku................................................................................. 7
BAB III PENUTUP..........................................................................................   12
A.       Kesimpulan.........................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................   11

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar  sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”.
Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk  dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan berbahasa.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut ;
1.      Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?
2.      Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
3.      Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
4.      Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
5.      Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
6.      Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
7.      Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bahasa Baku
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.[1]
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan  norma bahasa dan penggunaannya.[2]
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.
Bahasa baku merupakan  bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali.[3] Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

B.     Bahasa Indonesia Baku
1.      Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.[4]
Contoh pada Undang-undang dasar :
Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat dalam  undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.
2.      Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah dibuat oleh para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu dijelaskan di bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang telah dibuat oleh para pakar tersebut.
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :[5]
a)         Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan
b)        Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kata.
Misalnya:
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah berjalan dengan baik.
c)         Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena semua diangapnya penipu.
d)        Partikel -kah-lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
e)         Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
f)         Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam kalimat.
Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.
Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
g)        Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.
Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.
Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.
h)        Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Surat Anda sudah saya baca.
Kiriman buku sudah dia terima.
i)          Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya:
Saudaranya
Dikomentari
Mengotori
harganya
j)          Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Kepala Kantor pergi keluar negeri.
Rumah orang itu bagus.
k)        Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya:
Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I. Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
l)          Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya:
Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.
m)      Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
n)        Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

C.    Bahasa Tidak Baku
1.      Pengertian Bahasa Tidak Baku
Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam nonstandar”.[6]
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi.[7]
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan.
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)
Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau nonbaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi.
2.      Bahasa Indonesia Tidak Baku
Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
3.      Ciri-Ciri bahasa Indonesia Tidak Baku[8]
Pembahasan ragam bahasa tidak baku oleh penulis tidak akan secara lebar diterangkan, karena ragam bahasa baku merupakan sistem paradoks dari bahasa baku. Berdasarkan penggunaannya bahasa ini lebih banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam percakapan santai.
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia :
a)      Pelesapan Imbuhan
(prefiks dan sufiks)
Polisi terus usut kematian Munir.
Presiden resmikan 8 pabrik gula.
Polisi terus mengusut kematian Munir.
Presiden meresmikan delapan pabrik gula.
Engkau harus hati-hati jika bertemu dengan dia.
Saya ingin langganan majalah itu.
Dua orang pemulung hukum dua tahun.
b)      Pemborosan Penggunaan Kata
Kemarin dia bertanding di Beijing di mana ia kalah angka.
Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat.
Kemarin, dia bertanding di Beijing dan kalah.
Tempat ditemukannya benda itu telah dicatat.
Tujuan daripada pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Semua peserta daripada pertemuan itu sudah hadir.
Tujuan pertemuan itu adalah pembuatan kesepakatan.
Semua peserta pertemuan itu sudah hadir.
c)      Ketidaktepatan Pemilihan Kata
-          Penggunaan Kata Bahasa Jawa
-          Penggunaan Kata yang Termasuk Ragam Tidak Baku
-          Kesalahan Pembentukan Kata
-          Ketidaktepatan Penggunaan Kata ‘di mana’
-          Ketidaktepatan Penggunaan Imbuhan meN-i
-          Ketidaktepatan Penggunaan Bentuk –nya
-          Ketidaktepatan Penggunaan Kata-kata Tertentu
Di muara sungai itulah terdapat sebuah keraton lelembut
Ia sedang membikin rak buku.
Buku itu diberi ke saya.
Kantor di mana ia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
Presiden menghadiahi bintang jasa kepadanya
Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
d)     Penggunaan Konjunsi Ganda
Karena, maka
-          Karena nilai kurang dari batas minimal, maka Ia tak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit maka Ia tidak masuk sekolah
-          Karena nilainya kurang dari batas minimal, Ia tidak dapat diterima sebagai siswa. Karena sakit Ia tidak masuk sekolah.
Meskipun, tetapi
-          Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada. Meskipun turun hujan, tetapi Ia pergi juga ke sekolah.
-          Meskipun tidak berperang, kita harus waspada. Meskipun turun hujan ia pergi juga kesekolah.
Walaupun, namun
-          Walaupun keringat membasahi seluruh badan, namun ia tetap bekerja
-          Walaupun mereka maju bersama-sama, namun mereka belum dapat mengalahkannya.
-          Walaupun keringat membasahi seluruh badan, ia tetap bekerja
-          Walaupun maju bersama-sama, mereka belum dapat mengalahkannya.
Setelah, maka
-          Setelah berhari-hari berjalan maka sampailah beliau di pinggiran hutan Merapi.
-          Setelah segala keperluan Sultan Agung selesai maka kembalilah beliau ke Mataram.
-          Setelah berhari-hari berjalan, sampailah beliau di pinggiran hutan Merapi.
-          Setelah segala keperluan Sultan Agung selesai, kembalilah beliau ke Mataram.
Meskipun, namun
-          Meskipun bentuknya lain-lain, namun hakikatnya karikatur dapat disebut humor.
-          Meskipun negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, namun masih banyak warganya yang belum berpendidikan.
-          Meskipun bentuknya lain-lain, hakikatnya karikatur dapat disebut humor.
-          Negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945 tetapi masih banyak warganya yang belum berpendidikan.
e)      Kerancuan Bentuk
-          Rancu dalam Hal Bentuk Kata
Hal itu belum dipelajarkan kepada kami.
Hotel itu dipertinggikan.
Hal itu belum diajarkan kepada kami.
Hotel itu dipertinggi.
-          Rancu dalam Hal Kelompok Kata
Mereka saling pandang-memandang.
Dia dilarang tidak boleh merokok.
Mereka saling memandang.
Dia dilarang merokok.
f)       Kesalahan Ejaan
-          penggunaan tanda koma yang salah
Ayah mengatakan, bahwa adik sakit.
Saya tidak datang, jika turun hujan.
-          Pelepasan tanda koma
Jadi definisi demokrasi adalah sebagai berikut.
Di samping itu kita tidak beruntung.
-          Kesalahan penulisan sapaan
Siapa nama saudara?
Silakan makan, dik!
g)      Pelesapan Salah Satu Fungsi Kalimat
-          Pelesapan subjek pada induk kalimat.
-          Pelesapan subjek anak kalimat.
-          Pelesapan predikat.
Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya.
Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya.
Jika Anda tidak piket, akan dikenakan denda.
Jika tidak piket, Anda akan dikenakan denda.
h)      Kesalahan Struktur Kalimat
Surat anda saya sudah baca.
Dia punya HP sudah dijual.
Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya.
Surat Anda sudah saya baca.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.
Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA
Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.
Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.
Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah, Gramedia, Jakarta.
Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Widya Duta, Surakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.  Bandung: Angkasa.
Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.



[1] Suherianto, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar, (Widya Duta, Surakarta, 1981), hal. 67
[2] Ibid, hal. 68
[3] Ibid, hal. 68
[4] Keraf, G, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Menengah, (Gramedia, Jakarta, 1991), hal. 87
[5] Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.  (Bandung: Angkasa. 1990. ), hal. 54
[6] Zodarmanto, M. Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka. 1977), hal. 98
[7] Ibid, hal. 99
[8] Dardjowidjojo, Soenjono. Tata Bahasa Baku.( Jakarta: Balai Pustaka,1997), hal. 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar