.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Jumat, 27 Januari 2017

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

1.     EMMI SURIANI                14 301 000 18
2.     ERNITA SIREGAR           14 301 000 19


DOSEN PENGAMPU
MOHD. RAFIQ, MA


JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN

T.A 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayahnya sehingga kita mampu melaksanakan segala aktivitas rutinitas dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
Selanjutkan makalah ini kami persembahkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Komunikasi Penyiaran Islam yang membahas tentang ” Bentuk-Bentuk komunikasi ” dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing yang membina mata kuliah ini.
Saya menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik dari para pendengar demi kesempurnaan makalah ini. Terlepas dari kekurangan makalah ini, saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pendengar dan menjadi amal shaleh bagi penulis. Dan hanya kepada Allah kami akan kembali. Amin.
                                                                       
Padangsidimpuan, 13 November 2016


Penulis













DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.    Latar Belakang .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A.    Komunikasi Manusia dan Tuhan.......................................................... 2
B.     Komunikasi Manusia dengan Mahkluk Lain........................................ 5
C.     Komunikasi Manusia dengan Manusia................................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 16
A.    Kesimpulan........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi adalah salah satu bentuk interaksi yang paling penting dan harus dilakukan oleh sesama manusia. Pada dasarnya komunikasi tidak hanya dilakukan secara vertikal yaitu antar sesama manusia, akan tetapi bisa dilakukan secara horizontal. Misalnya komunikasi kita dengan Tuhan. Sebagai makhluk yang beragama kita pasti sering berkomunikasi dengan Tuhan untuk mencurahkan segala ganjalan di dalam hati ataupun untuk meminta sesuatu. Begitu pula komunikasi antar manusia. Tujuan kita berkomunikasi adalah untuk menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran kita atau akan menyampaikan keluh kesah. Pada dasarnya ketika kita melakukan komunikasi kita mengadakan tindakan dengan tujuan agar orang lain tau apa yang ada dalam benak kita. Komunikasi adalah suatu tindakan yang sangat sering kita lakukan. Hampir setiap saat kita melakukan proses komunikasi. Dalam komunikasi ada dua pihak yang terkait yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator adalah seseorang yang berperan menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, sedangkan komunikan adalah pihak yang berperan mendengarkan.
Coba bayangkan ketika di dalam dunia ini tidak ada komunikasi, apakah kita tidak akan sangat tersiksa karena kita tidak bisa menyampaikan apa yang kita ketahui dan apa yang kita inginkan. Bayangkan sepi dan hampanya dunia ini. Begitu pula dalam dunia pendidikan, komunikasi adalah salah satu faktor penentu kesuksesan sebuah proses pendidikan. Bayangkan ketika seorang pengajar bisa mengendalikan kelasnya dengan penguasaan komunikasi yang exceilent maka yang terjadi adalah keberhasilan penyampaian ilmu dari komunikator dan komunikan.
Komunikasi sendiri ada macam-macam bentuknya. Di dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai macam-macam bentuk komunikasi yang bisa dilakukan.


BAB II
PEMBAHASAN
Kelebihan makhluk-makhluk hidup atas makhluk-makhluk mati adalah bahwa kegiatan makhluk hidup didasarkan pada pengetahuan. Adapun manusia, ia memiliki kelebihan atas mereka, karena ia memiliki akal (kebijakan dan kecedersan).[1] Perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia didasarkan pada pertimbangan baik dan buruk, manfaat dan mudharat baginya. Dia berbuat setelah meyakini bahwa perbuatan bermanfaat baginya. Dia mengikuti apa yang diketahuinya dan yang dinilainya mengandung kebaikan bagi dirinya, sehingga bila menurut akalnya bermanfaat dan tidak membahayakan, diputuskannya untuk melakukannya, dan bila dipandangnya membahayakan dan tidak bermanfaat baginya, diputuskannya untuk tidak melakukannya.[2]
Dalam makalah ini, Insya Allah akan dipaparkan ayat-ayat Al-Quran yang mengangkat topik mengenai hubungan manusia (sebagai makhluk berakal) dengan Tuhan, kemudian hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia terhadap alam semesta.
Kepada para pembaca, segala macam bentuk kritik dan saran yang tentunya bersifat membangun sangat diharapkan demi kelurusan pemahaman kita dalam menafsirkan ayat-ayat aqidah dengan topik yang sedang kami angkat ini.
A.    Komunikasi Manusia dan Tuhan
Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia. Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini adalah beribadah, sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Quran surat Adz-Dzariat ayat 56:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya : 56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Secara garis besar, ibadah kepada Allah itu ada dua macam, yaitu ibadah yang bentuk dan tata caranya telah di tentukan oleh Allah swt, dan ibadah dan bentuk tata caranya yang tidak di tentukan oleh Allah swt. Ibadah jenis pertama adalah Mahdhoh, yaitu ibadah dalam arti ritual khusus, dan tidak bisa diubah-ubah sejak dulu hingga sekarang, misalnya sholat, puasa, dan haji: cara melakukan ruku’ dan sujud dan lafal-lafal apa saja yang harus dibaca dalam melakukan sholat telah ditentukan oleh Allah SWT.[3]  Demikian pula cara melakukan thawaf dan sa’i dalam haji beserta lafal bacaannya telah ditentukan oleh Allah SWT. Inti ibadah jenis ini sebenarnya adalah permohonan ampun dan mohan pertolongan dari Allah swt.
Jenis ibadah yang kedua disebut ibadah ghairu mahdoh atau ibadah dalam pengetahuan umum, yaitu segala bentuk perbuatan yang ditujukan untuk kemaslahatan, kesuksesan, dan keuntungan.
Artinya:
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur 3 ãø.Ï%s!ur «!$# çŽt9ò2r& 3 ª!$#ur ÞOn=÷ètƒ $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ  
Artinya : 45. Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Melalui ayat tersebut dapat diketahui bahwa ruh salat adalah ‘inna shalati wa-nusuki‘, salatku, ibadahku. Penyebutan salat dan nusuk dalam ayat tersebut bertujuan untuk membedakan bahwa salat itu adalah ibadah mahdhah, sementara nusuk adalah ibadah ghairu mahdhah. Para mufassir mengatakan kata nusuk tersebut diterjemahkan dengan insyithatu al-hayat, artinya segala aktivitas hidup kita. Contoh dari ibadah semacam ini adalah menyingkirkan duri dari jalan, membantu orang yang kesusahan, mendidik anak, berusaha, bekerja, menjenguk orang sakit, memaafkan dan sebagainya. Semua perbuatan tersebut, asalkan diniatkan karena Allah SWT dan bermanfaat bagi kepentingan umum, adalah pengabdian atau ibadah kepada Allah SWT.[4]
Jika inti hubungan manusia dengan Allah adalah pengabdian atau ibadah, maka inti hubungan Tuhan dengan manusia adalah aturan, yaitu perintah dan larangan. Manusia diperintahkan berbuat menurut aturan yang telah ditetapkan Allah. Jika manusia menyimpang dari aturan itu, maka ia akan tercela, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Aturan itupun ada dua macam, pertama aturan yang dituangkan dalam bentuk hukum-hukum alam (sunnatullah) dan aturan yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad saw.
Aturan yang dituangkan dalam kitab suci Al-Quran dan hadis Nabi, misalnya tentang perintah sholat, perintah zakat, perintah puasa, perintah haji, larangan berzina, larangan mencuri, larangan meminum arak, larangan memakan daging babi, dan lain-lain. Dalam hal ini, manusia diperintahkan menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan. Adapun aturan yang dituangkan dalam hukum alam adalah, misalnya, api itu bersifat membakar. Oleh karena itu, jika orang mau selamat, maka ia harus menjauhkan dirinya dari api. Sebagai contoh lain, benda yang berat jenisnya lebih berat dari air akan tenggelam dalam air. Dengan demikian, manusia akan celaka (tenggelam) jika masuk ke dalam air laut tanpa pelampung, sebab berat jenisnya lebih berat dari air. Demikianlah aturan yang dituangkan dalam kitab suci (āyah qur’āniyah) dan yang dituangkan dalam hukum alam (āyah kawniyah). Keduanya harus dipatuhi agar orang dapat hidup selamat dan sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.
Begitulah prinsip dasar ajaran Islam mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya. Intinya adalah pengabdian dan penyembahan kepada Allah (ibadah). Berpegang teguh pada tali agama Allah, lebih tepatnya menyelamatkan diri dari kemunafikan. Memegang tali agama Allah berarti kesetiaan melaksanakan semua ajaran agama dan mendakwahkannya. Selalu meningkatkan amal saleh, mengikatkan hati kepada Allah, serta ikhlas dalam beribadah.[5]

B.     Komunikasi Manusia dengan Mahkluk Lain
Manusia dapat hidup di bumi karena Allah telah menetapkan keadaan bumi yang ada pada posisi sekarang. Pemikiran yang murni yang berdasarkan kenyataan dan tanpa prasangka dapat dengan mudah memahami alam semesta diciptakan dan dikendalikan oleh Allah yang semuanya diperuntukkan pada manusia.[6]
Untuk memperoleh informasi lebih jauh mengenai penciptaan alam, berikut akan dikemukakan beberapa ayat Al-Quran:[7]
a)      Surah Shad ayat 27
$tBur $uZø)n=yz uä!$yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ WxÏÜ»t/ 4 y7Ï9ºsŒ `sß tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. 4 ×@÷ƒuqsù tûïÏ%©#Ïj9 (#rãxÿx. z`ÏB Í$¨Z9$# ÇËÐÈ  
Artinya : 27. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
b)      Surah An-Nahl ayat 5.
zO»yè÷RF{$#ur $ygs)n=yz 3 öNà6s9 $ygŠÏù Öäô$ÏŠ ßìÏÿ»oYtBur $yg÷YÏBur tbqè=à2ù's? ÇÎÈ  
Artinya : 5. Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
Dengan dijadikannya manusia sebagai khalifah, maka manusia hidup di bumi memiliki tugas dan amanah. Dimana menjadi khalifah merupakan bentuk pengabdian manusia kepada Allah. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan selalu beraktivitas yang berorientasi pada ibadah dan tentu salah satunya dengan cara memakmurkan bumi.
Perwujudan kepribadian seseorang nampak dalam keseluruhan pribadi manusia dalam antar hubungan dan antar aksinya dengan lingkungan hidupnya. Penafsiran kita tentang tingkah laku belum menjamin pengertian kita tentang kepribadian manusia. Karena itu, realita demikian amat jauh dari sempurnaan. Tetapi usaha untuk mengerti dan memahami manusia ini jauh lebih baik daripada pengertian dan kesimpulan- kesimpulan yang kita miliki tentang manusia. Apa yang kita simpulkan sebagai pengertian itu lebih bersifat statis, sedangkan usaha untuk mengerti manusia secara aktif dan terus-menerus didalam antar hubungan dan antar  aksi sesama itu bersifat dinamis. Asas dinamis ini merupakan essensi watak manusia, yang terus berkembang, bertumbuh dan menuju integritas kepribadiannya.  Demikian pula kita tentang seseorang, tentang kepribadiannya selalu berkembang. itulah sebabnya dikatakan “Tak kenal maka tak cinta”. Bahkan “Cinta itu tumbuh dari sebuah pengenalan”.  Artinya makin kita mengenalnya, makin kita memahami kepribadiannya yang positif makin pula kita mencintainya. Implikasi pandangan ini adalah jagan tergesa-gesa menjauhi atau membenci seseorang, karena kita belum mengenal seorang itu. Bahkan sesungguhnya, adalah kewajiban kita  untuk mengerti tingkah laku, kepribadian seseorang didalam antar hubungan dan antar aksi sosial. Dan sesuai dengan asas –asas nilai demokrasi kita wajib menghormati martabat pribadi orang lain. Prinsip self respect, menghormati pribadi orang lain merupakan pangkal untuk mengormati diri sendniri. Artinya usaha untuk dihormati, hormati lebih dahulu orang lain.

C.    Komunikasi Manusia dengan Manusia
a.       Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi didalam individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.[8] Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap suatu objekyang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun yang ada di dalam diri seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya. Hasil kerja dari pikiran tadi setelah di evaluasi pad gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali manusia dihadapkan pada pilihan kata ya atau tidak. Keadaan semacam ini membawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri, terutama dalam menentukan untung rugunya suatu keputusan yang akan di ambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri.[9]
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap sesuatu yang terjadi dalam andividu, belum dapat dinilai sebagai proses komunikasi, melainkan suatu aktifitas internal monolog (Asante, 1979).
Studi komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) kurang begitu banyak mendapat perhatian, kecuali dari kalangan yang berminat dalam bidang psikologi behavioristik.Oleh karena itu, literatur uang membicarakan tentang komunikasi intrapersonal bisa dikatakan sanagt langka ditemukan.
Ketika kita ingin mengaitkan komunikasi dengan diri sendiri atau intrapersonal dengan berntuk aplikasinya dalam dakwah tentunya akan sulit. Dakwah yang identic dengan menyeru orang lain dimana komunikator menyampaikan sebuah pesan kepada penerima atau komunikan, dalam komunikasi dengan diri sendiri hal ini tidak akan ditemukan. Dalam komunikasi ini seseorang tidak hanya bertindak sebagai komunikator ataupun komunikan saja akan tetapi keduanya dilakukan oleh seseorang.
Akan tetapi jika kita ingin bersikeras untuk mengaitkanya otomatis hasilnya akan sedikit melenceng dari ciri dari dakwah pada umumnya. Dakwah yang nantinya akan dilakukan hanya sebatas mendakwahi diri sendiri, membimbing diri sendiri untuk menuju kepada kebaikan.
b.      Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa “interpersonal communication is communication involving two or more people in a face to face setting.”[10]
Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi bisa dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi Diadik (Dyadic Communication)  dan komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication).
Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menrurt Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.[11]
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
Komunikasi kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena; pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka.  Kedua, pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit di identifikasi.Dalam situasi seperti ini, semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga pembicara. Oleh karena itu pengaruhnya bisa bermacam-macam, misalnya si A bisa terpengaruh dari si B, dan si C bisa memengaruhi si B. proses komunikasi seperti ini banyak ditemukan dalam kelompok studi dan kelompok diskusi.
Pada intinya komunikasi antar pribadi itu akan terjadi manakala antara komunikator dan komunikan terjadi komunikasi. Untuk maencapai komuniksi efektif, maka persamaan antara komunikator dan komunikan harus diwujudkan, yaitu situasi komunikasi yang bersifat hemophyli.Jika situasi seperti ini sudah terwujud maka komunikasi akan lebih efektif  sebab antara komunikator dan komunikan bisa benar-benar mengerti akan pesan yang tersampaikan.
c.       Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antara sekumpulan manusia yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, [12]atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small group communication).komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antar pribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi berlaku juga bagi komunikas kelompok.Namun demikian jumlah orang dalam kelompok-kelompok itu tidak bisa ditentukan secara eksak jumlahnya.
Lalu apa yang membedakan komunikasi kelompok dengan komunikasi antar komunikasi pribadi(interpersonal)??? Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak perlu ditarik garis pemisah. Kedua bidang tersebut bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat di ungkapkan dalam berbagai cara sesuai dengan perhatian tujuan si pengamat.
Lalu dalam hal apa kedua bidang tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan???
Baik komunikasi kelompok maupun komunikasi antar pribadi melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun secara nonverbal. Akan tetapi komunikasi antar pribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur, secangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung melihat dirinya sebagai kelompok serta mempunyai kesadaran tinggi tentang sasaran bersama.[13] Komunikasi kelompok cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua, tiga, atau empat individu, ia juga dapat terjadi dalam kelompok tatap muka yang lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut lebih bersifat permanen daripada kelompok-kelompok yang terlibat dalam komunikasi antar pribadi.
Sedangkan kriteria pokok yang membedakan antar komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi adalah kadar spontanitas, struktural, kesadaran akan sasaran kelompok, ukuran kelompok, rekativitas sifat permanen dari kelompok serta identitas diri. Tentunya, mungkin juga mengaitkan kejadian-kejadian antar pribadi dalam suatu tatanan komunikasi kelompok atau sebaliknya, tetapi ini tergantung pada perhatian khusus atau kepentingan si pengamat.
d.      Komunikasi publik (public communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication).[14] Apapun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetspi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan berlangsung secara kontinu.Dapat di identifikasi siapa berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya.Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga tanggapan balik juga terbatas.Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan angat terbatas, dan jumlah khalayak relatif besar sumber sering kali tidak dapat mengidentifikasi satu per satu pendengarnya.[15]
Ciri lain yang dimiliki komunikasi publik bahwa pesan yang disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terancana dan dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemukan dalam berbagai aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah, dan semacamnya.
Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa digolongkan komunikasi massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi terdapat kasus tertentu dimana pesan yang disampaikan itu terbatas pada segmen khalayak tertentu.Misalnya pengarahan, sentiaji, diskusi panel, seminar, dan rapat anggota.Karena itu komunikasi komunikasi publik bisa juga disebut kominikasi kelompok bila dilihat dari segi tempat dan situasi.[16]
Sebelum radio digunakan sebagai sumber informasi, komunikasi publik banyak sekali digunakan untuk penyampaian informasi di lapangan terbuka.Namun, sekarang komunikasi publik kembali banyak dilakukan terutama menjelang pemilu denganpengarahan masa yang sebanyak-banyaknya. Komuniksi publik seperti ini makin banyak menarik perhatian dan minat pengunjung jika disertai dengna pertunjukan artis dan ceramah kiai kondang yang khusus di datangkan untuk menggalang massa.
e.       Komunikasi Massa (Mass Communication)
Terdapat berbagai macam pendapat tentang pengertian komunikasi massa. Ada yang menilai dari segmen khalayaknya, dari segi medianya, dan ada pula dari segi sifat pesannya.
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepeda khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.[17]
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi yang sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misal reporter, penyiar, editor, teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan tetapi, dengan perkembangan komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan denga cepat kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.[18]
Selain itu, sifat penyebaran pesan melalui media massa berlangsung begitu cepat, serempak dan luas. Ia mampu menagatasi jarak dan waktu, serta tahan lama bial di dokumentasikan. Dari segi ekonomi, biaya komunikasi massa cukup mahal dan memerlukan dukungan tenaga kerja relatif banyak untuk mengelolanya.
Untuk mencapai efektivitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan yang menggunakan media massa, harus di ketahui karakteristik dari komunikasi massa tersebut, sebagai berikut:[19]
1)           Bersifat simultan, ialah bahwa walaupun komunikan berada pada jarak satu sama lain terpisah, tetapi media massa mampu membina keserempakan kontak dengna komunikan dalam penyampaian pesannya.
2)           Bersifat umum, ialah pesan yang disampaikan melalui media massa ditujukan kepada umum dan disamping itu juga mengenai kepentingan umum.
3)            Komunikannya heterogen, sebagai konsekuensi daripada penyebaran yang teramat luas (jangkauan audiencenya), maka komunikan dari komunikasi massa terdiri dari berbagai macam, inilah menjadikan komunikannya heterogen.
4)           Berlangsung satu arah, ialah bahwa feedback yang terjadi ialah delayed feedback, berbeda dengan komunikasi tatap muka.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia adalah makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya. Kesempurnaan tersebut dimiliki manusia karena manusia dianugerahi akal dan nafsu. Dengan dua unsur tersebut, maka akan terdapat beberapa identitas yang melekat pada diri manusia, di antaranya yaitu sebagai hamba (hubungan manusia dengan Allah), sebagai makhluk sosial (hubungan manusia dengan sesama), serta sebagai khalifah (hubungan manusia dengan alam.
Hubungan manusia dengan Allah, yaitu sebagai hamba, maka manusia wajib beribadah kepada Allah sepanjang hidupnya, karena semua yang dilakukan manusia akan dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Dalam hal ini ibadah memiliki dua dimensi yaitu itu ibadah yang bersifat mahdhah (vertikal), maupun ibadah yang bersifat ghairu mahdhah (horizontal).
Komunikasi yang merupakan aktivitas penting dalam kehidupanya karena perananya yang amat vital. Tanpa ada komunikasi kehidupan di dunia ini tidak akan berlangsung karena tanpa komunikasi berarti tidak ada interaksi dan tanpa interaksi kehidupan manusia tidak akan pernah berlangsung, karena sifat manusia adalah makhluk sosial.
Terlepas dari itu, bentuk-bentuk komunikasi sangatlah bervariasi, setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda mngenai bentuk-bentuk komunikasi tergantung siapa dia dan apa latar belakang dia, dan perbedaan adalah sesuatu yang sah-sah saja selama mempunyai alasan yang kuat.
Dari sekian banyak pendapat para pakar komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk komunikasi secara garis besar terdiri dari 5 bentuk yakniKomunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), Komunikasi kelompok (group communication), Komunikasi publik (public communication), Komunikasi massa (mass communication).


DAFTAR PUSTAKA
Kholili,H.M. 2009. Komunikasi untuk dakwah.Yogyakarta, CV.Amanah.
Cangara, Hafield.H. 2007, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada.
Widjaja,A.W, 1993, KOMUNIKASI (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), Jakarta, BUMI AKSARA.
A.Goldberg,Alvin dan E.Larson, Carl. 1985. Komunikasi Kelompok, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Depari, Eduard dan MacAndrews, Colin. 1998. Peranan Koomunikasi Massa Dalam Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Lestari G, 2003, Komunikasi yang Efektif, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Suranto, 2005, Komunikasi Perkantoran, Yogyakarta : Media Wacana.
Onong Uchjana Effendi, 1993.  Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Najib Sulhan, 2010.  Karakter Guru Masa Depan, JP Books : Surabaya.
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004.  Psikologi Suatu Pengantar dalam Persfektif Islam .Jakarta: Prenada Media.
M. Thabathaba’I dan Abu Abdullah dan Az-Zanjani, 2009. Mengungkap Rahasia Al-Quran Bandung: PT. Mizan Pustaka,.
Antonius Atoshoki Gea, Noor Rachmat, dan Antonina Panca Yuni wulandari, 2006. Relasi dengan Tuhan .Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
Tim Penceramah Jakarta Islamic Cernter, 2005. Islam Rahmat bagi Alam Semesta .Jakarta: Afilia Books.
Muhammad Sholikhin, 2008.  Hadirkan Allah Di Hatimu, Ed. Sukini .Solo: Tiga Serangkai,.
Arie Budiaman, Ahmad Jauhar Arief, dan Edy Nasriady Sambas, 2007. Membaca Gerak Alam Semesta Mengenali Jejak Sang Pencipta, Ed. Nanik Supriyanti .Jakarta: Lipi Press.

Choiruddin Hadhiri, 2005.  Klasifikasi Kandungan Alquran . Jakarta: Gema Insani Press.



[1] Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Persfektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), 227-228
[2] M. Thabathaba’I dan Abu Abdullah dan Az-Zanjani, Mengungkap Rahasia Al-Quran (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009), 157-158
[3] Antonius Atoshoki Gea, Noor Rachmat, dan Antonina Panca Yuni wulandari, Relasi dengan Tuhan (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2006), 94-102
[4] Tim Penceramah Jakarta Islamic Cernter, Islam Rahmat bagi Alam Semesta (Jakarta: Afilia Books, 2005), 140-142
[5] Muhammad Sholikhin, Hadirkan Allah Di Hatimu, Ed. Sukini (Solo: Tiga Serangkai, 2008), 118-122
[6] Arie Budiaman, Ahmad Jauhar Arief, dan Edy Nasriady Sambas, Membaca Gerak Alam Semesta Mengenali Jejak Sang Pencipta, Ed. Nanik Supriyanti (Jakarta: Lipi Press, 2007), 46-47.
[7] Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Alquran (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 30.
[8] Lestari G, Komunikasi yang Efektif, ( Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003), hal. 48.
[9] Suranto, Komunikasi Perkantoran, (Yogyakarta : Media Wacana, 2005), hal. 30
[10] Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ; Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), hal.  57.
[11] Ibid., hal. 58
[12] Ibid., hal. 59-60.
[13] Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (JP Books : Surabaya, 2010), hal. 152.
[14] Lestari G., Op. Cit., hal. 87
[15] Depari, Eduard dan MacAndrews, Colin. Peranan Koomunikasi Massa Dalam Pembangunan, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1998), hal. 85
[16] Onong Uchjana Effendi, Op. Cit., hal. 76
[17] Kholili,H.M. Komunikasi untuk dakwah. (Yogyakarta, CV.Amanah, 2009), hal. 76
[18] Widjaja,A.W, KOMUNIKASI (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), (Jakarta, BUMI AKSARA, 1993), hal. 54
[19] Cangara, Hafield.H. Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar