.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Jumat, 27 Januari 2017

BERPIKIR

BERPIKIR


D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA     : SALMAH
NIM          : 133100234


DOSEN PENGAMPU
MARA HAMDAN ARITONANG, MA



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN

TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan. Segala puji hanya bagi Allah atas segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Berpikir”.
Dalam penyusunan dan penulisannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan kepercayaan yang begitu besar.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

                                              Padangsidimpuan,    Oktober 2016




                                                          Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................   i
DAFTAR ISI...............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................   1
A.    Latar Belakang.................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................   2
A.    Berfikir............................................................................................   2
B.     Alasan Untuk Berpikir..................................................................   6
C.     Unsur-Unsur Berpikir...................................................................   8
D.    Hambatan dalam Proses Berpikir................................................   9
E.     Pikiran dan Bahasa........................................................................   10
BAB III PENUTUP....................................................................................   13
A.    Kesimpulan......................................................................................   13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................   14


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu persoalan penting dalam kehidupan manusia dan tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat.  dalam pendidikan, manusia dituntut untuk berpikir agar dapat melaksanakan dan mencapai apa yang dicita-citakan, karena manusia merupakan makhuk yang paling sempurna yang diciptakan oleh Allah dengan akal dan pikiran. Dengan adanya akal dan pikiran inilah manusia dapat melakukan apa yang diinginkan sesuai dengan jalan pikirnya masing-masing. Karena apabila manusia tidak dapat berpikir maka suatu pendidikan dan pekerjaan tidak akan terlaksana dengan baik.
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita hendaki. Dalam berpikir terdapat berbagai masalah tentang berpikir itu sendiri, seperti pengertian berpikir, berpikir kreatif, proses berpikir dan lainnya, mengenai berpikir akan kami bahas dalam makalah ini. Dengan makalah ini kita akan tahu bagaimana konsep-konsep dalam berpikir yang sebenarnya.  


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Berfikir
a.       Pengertian Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian
Ada beberapa pendapat dari pengertian berpikir itu sendiri, diantaranya adalah:
a)      Psikologi Asosiasi mengemukakan bahwa berpikir adalah jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh haluan asosiasi. Yang terpenting menurut aliran ini adalah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tanggapan-tanggapan.
b)      Aliran Behaviourisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara sama halnya seperti saat kita berbicara. Jadi menurut aliran ini berpikir sama dengan berbicara. Jika pada psikologi asosiasi unsur terpenting adalah tanggapan-tanggapan, sedangkan pada aliran behaviourisme ini unsur terpentingnya adalah refleks. Refleks adalah reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar.[1]
c)      Psikologi Gestalt mengemukakan bahwa berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak yang prosesnya tidak dapat diamati dengan menggunakan panca indera kita.
Dari pendapat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pengertian berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita hendaki.[2]
Salah satu sifat dari berpikir adalah goal Directed, yaitu tentang sesuatu untuk memperoleh pemecahan masalah atau untuk mendapatkan sesuatu yang baru. Berpikir juga dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stikulus yang ada (starting position), sampai pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif  baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu:[3]
(1)          berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku,
(2)          berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan
(3)          berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
b.      Proses Berpikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa kata-kata-kata atau bahasa, karena itu sering dikemukakan bahwa bahasa dan berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa dapat menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat berpikir begitu sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Sekalipun bahasa merupakan alat yang cukup ampuh dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang digunakan dalam proses berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran. Untuk menjelaskan hal ini diberikan contoh sebagai berikut. Bayangkan bahwa Anda ada disuatu tempat di sudut kota misalnyan di Bulaksumur, dan Anda  diminta datang di Kraton. Dalam kaitan ini Anda akan menggunakan gambaran atau bayangan kota Yogyakarta, khususnya yang berkaitan dengan Bulaksumur dan Kraton, dan menentukan jalan-jalan mana saja yang akan ditempuh untuk berangkat dari Bulaksumur sampai di Kraton.
Walaupun berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan, namun sebagian besar dalam berpikir orang menggunakan bahasa atau verbal yaitu berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa dengan segala ketentuan-ketentuannya. Karena bahasa merupakan alat yang penting dalam berpikir, maka sering dikemukakan bila seseorang itu berpikir, orang itu bicara dengan dirinya sendiri.[4]
Dalam islam, langkah-langkah berpikir terlihat jelas tertulis dalam Al-Quran yaitu antara lain:
1)      Q. S Al-An'am (6) ayat 74-79
* øŒÎ)ur tA$s% ÞOŠÏdºtö/Î) ÏmŠÎ/L{ uy#uä äÏ­Gs?r& $·B$uZô¹r& ºpygÏ9#uä ( þÎoTÎ) y71ur& y7tBöqs%ur Îû 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇÐÍÈ   šÏ9ºxx.ur ü̍çR zOŠÏdºtö/Î) |Nqä3n=tB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur tbqä3uÏ9ur z`ÏB tûüÏYÏ%qßJø9$# ÇÐÎÈ   $£Jn=sù £`y_ Ïmøn=tã ã@ø©9$# #uäu $Y6x.öqx. ( tA$s% #x»yd În1u ( !$£Jn=sù Ÿ@sùr& tA$s% Iw =Ïmé& šúüÎ=ÏùFy$# ÇÐÏÈ  
Artinya : 74. Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."75. Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.76. Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
2)      Q.S Ash-Saffat (37) ayat 95, yang berbunyi:
tA$s% tbrßç7÷ès?r& $tB tbqçGÅs÷Ys? ÇÒÎÈ  
Artinya : 95. Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ?
Dalam berpikir, tidak jarang kita mengalami kesalahan dalam penarikan sebuah kesimpulan akan sesuatu yang mana hal ini disebabkan antara lain oleh:
1)      Kesalah formal (batas-batas)
Kesalahan ini dalam bentuk, urutan, dan kontruksi
Orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang mengalami akumulasi dari luka lama yang kemudian dipicu oleh luka baru. Dimana ada kalanya kita keluar dari batas-batas untuk menemukan sesuatu yang baru
2)      Kesalahan material (isi)
Terjadi karena kita tidak mengenali masalah
Tidak dapat memecahkan masalah akibat ketidak tepatan dalam memecahkan masalah. Adapun kesalah dalam penerikan kesimpulan menurut perspektif islam tertulis ada Al-Quran yang antara lain:
Q.S Al-Furqan (25) ayat 14 yang berbunyi:
žw (#qããôs? tPöquø9$# #Yqç6èO #YÏnºur (#qãã÷Š$#ur #Yqç6èO #ZŽÏVŸ2 ÇÊÍÈ  
Artinya: " (Akan dikatakan kepada mereka), "JAnganlah kamu mengharapkan pada hari ini satu kebinasaan, melaikan harapkanlah kebinasaan yang berulang"".

B.     Alasan Untuk Berpikir
Berpikir merupakan proses mencari kebenaran tentang fenomena yang terjadi di sekitar. Dengan berpikir seseorang akan mendapatkan berbagai pengetahuan, baik itu pengetahuan tentang alam, Tuhan, dan manusia.[5] Di dalam al-Qur’an Allah juga telah memberikan gambaran kepada manusia untuk senantiasa berpikir tentang penciptaan alam ini. sebagaimana firman Allah, "Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir".
Ayat tersebut sangat jelas memberikan penjelasan kepada kita agar senantiasa memikirkan fenomena alam baik yang ada di langit maupun di bumi, dan fenomona yang ada ada siang dan malam, karena di dalam ciptaan Allah itu ada tanda-tanda kekuasaan, ilmu pengetahuan, pelbagai fenomena, namun semua itu hanya untuk orang yang berpikir.
Berpikir selain untuk mendapatkan pelbagai pengetahuan juga sebagai olahraga otak. Berpikir sangat urgen untuk memberikan kesehatan terhadap otak kita, tanpa berpikir otak kita akan mengalami gangguan atau sakit. Orang yang sakit otaknya akan mengalami gangguan kejiwaan atau bisa dibilang stress bahkan bisa gila. Otak yang sakit juga tidak akan bisa bekerja dengan normal kembali, bahkan otak bisa berhenti bekerja karena kita tak pernah berpikir.
Otak adalah alat yang sentral dalam tubuh kita. Otak yang sehat akan menghasilkan pola pikir yang sehat, namun sebaliknya otak yang sakit akan menghasilkan pemikiran yang sakit pula. Oleh karena itu, kesehatan otak perlu kita perhatikan dan dijaga agar jangan sampai sakit. Menjaga dan memelihara otak adalah dengan cara berpikir.
Saya analogikan seperti tubuh kita, kalau tubuh tidak berolahraga, maka tubuh tidak akan sehat dan sakit. Begitu juga halnya dengan otak, kalau otak tidak kita gunakan untuk berpikir, maka otak akan mengalami gangguan dan sakit. Itulah mengapa manusia harus berpikir? Karena manusia memerlukan olahraga otak agar tidak sakit.
Berikut adalah lima alasan untuk selalu berpikir dan menjaga sikap Anda senantiasa positif.[6]
1)      Motivasi. Sebuah sikap yang positif akan membantu Anda untuk mencapai tujuan. Menjadi positif akan memotivasi Anda untuk mencapai lebih dari yang pernah Anda harapkan. Motivasi adalah sebuah kualitas positif dan merupakan sifat yang indah untuk dimiliki di setiap aspek kehidupan. Gemar menunda merupakan cara yang sangat negatif untuk menjalani hidup. Termotivasi dalam menangani tugas apapun merupakan cara yang indah untuk mencapai tujuan. Berpikir positif dan bersikap positif akan memotivasi Anda karena Anda yakin Anda akan berhasil dalam melakukan apapun yang Anda mulai.
2)      Kebahagiaan. Semua orang ditempatkan di atas muka bumi ini untuk berbahagia dan mengalami pengalaman terbaik yang ditawarkan kehidupan. Tak peduli dimanapun posisi Anda di dalam hidup ini, Anda dapat berbahagia. Anda tidak perlu menunggu sampai Anda memiliki uang berlimpah untuk berbahagia. Berbahagialah saat ini, jangan tunggu besok atau sampai berat badan Anda turun, atau sampai Anda menikah. Memiliki pandangan positif terhadap kehidupan secara alami akan membuat Anda bahagia. Bersikap negatif tidak akan berfaedah dalam meningkatkan kebahagiaan dan kesenangan hidup Anda.
3)      Orang lain. Saat Anda memiliki sikap positif, orang lain cenderung akan mendekat kepada Anda. Tidak ada orang yang ingin berteman maupun berhubungan dengan orang yang masam. Pastilah menyenangkan untuk berada di sekitar orang yang bahagia dan memiliki sikap positif. Semua orang senang dan menikmati saat berada di sekitar orang dengan sikap positif. Energi positif membangkitan semangat, energi negatif dapat menguras semangat Anda dan semangat orang lain yang ada di sekitar Anda.
4)      Percaya diri. Hal ini sangtatlah jelas, bahwa sikap dan pikiran Anda yang positif pertama-tama harus dimulai dari diri sendiri. Ambillah keputusan untuk melihat diri Anda secara positif dan keputusan itu akan meningkatkan percatya diri Anda. Jangan mengkuatirkan mereka yang berlaku negatif maupun ingin mematahkan semangat Anda. Karena hal ini tidak relevan dengan apa yang dipikirkan orang lain mengenai diri Anda. Hal terpenting adalah bagaimana Anda memandang diri Anda sendiri. Cintai diri Anda, hargai diri Anda, berbahagialah dan pikirkan hal yang positif mengenai diri Anda sendiri. Kepercayaan diri Anda akan meningkat dan kepercayaan diri merupakan salah satu kualitas terbaik yang dapat Anda miliki.
5)      Kesehatan yang lebih baik. Ini adalah fakta yang terbukti bahwa mereka yang berpikir positif cenderung jarang sakit, atau kalaupun mereka sakit mereka dapat pulih dengan lebih cepat. Orang yang negatif cenderung sering sakit atau membicarakan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan hampir sepanjang waktu. Berpikir dan bersikap positif akan mengurangi stres, dan membuat Anda lebih sehat serta memiliki sistem imun yang lebih baik.

C.    Unsur-Unsur Berpikir[7]
a.              Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang khusus menuju yang umum. Awalnya orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat dari berbagai fenomena, kemudian menaruh atau mengambil kesimpulan bahwa sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi. Contohnya :
Bayi A dilahirkan dalam keadaan menangis. Bayi B juga begitu, bayi C, D, E, F, G dan seterusnya juga demikian pula. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua bayi yang normal segera menangis ketika dilahirkan.Tepat atau tidaknya kesimpulan dari cara berpikir yang diambil secara induksi tersebut sangat bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil yang mewakili fenomena secara keseluruhan, makin banyak sampel yang diambil berarti semakin representatif dan smakin dapat dipercaya keunggulan atau kebenaran dari kesimpulan tersebut dan sebaliknya.
b.              Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif adalah suatu proses berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju yang khusus orang bertolak dari suatu teori ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan bersifat umum. Dan dari yang bersifat umum itu ia menerangkannya kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut. Contohnya :
1.             Manusia semua akan mati (kesimpulan umum)
Aisyah adalah manusia (kesimpulan khusus)
Jadi jamilah akan mati (kesimpulan deduktif).
2.             Semua logam jika dipanaskan akan memuai (kesimpulan umum)
Besi adalah logam (kesimpulan khusus)
Jadi besi jika dipanaskan akan memuai (kesimpulan deduktif)
c.              Berpikir Analogis
Berpikir analogis adalah suatu proses berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan fenomena-fenomena yang biasa. Orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang berlaku sekarang.
Contohnya :
Setiap hari sekitar jam 09.00 WIB udara di atas kota Banda Aceh kelihatan berawan tebal, dan tidak lama sesudah itu hujan lebat turun sampai sore. Pada suatu hari, sekitar jam 09.00 WIB udara di atas kota banda Aceh berawan tebal, jadi kesimpulannya “sudah pasti sebentar lagi akan turun hujan lebat sampai sore”.

D.    Hambatan dalam Proses Berpikir
Dalam proses berpikir adanya titik tolak yang dijadikan titik awal dalam berpikir. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam pemecahan masalahnya. Dalam proses berpikir tidak selalu berlangsung dengan begitu mudah, sering orang menghadapi hambatan-hambatan dalam proses berpikirnya. Sederhana tidaknya dalam memecahkan masalah bergantung pada masalah yang dihadapinya. Memecahkan masalah hitungan 6 x 7 akan jauh lebih mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal statistika misalnya.
Hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam proses berpikir dapat disebabkan antara lain karena
(1)      data yang kurang sempurna, sehingga masih banyak lagi data yang harus diperoleh,
(2)      data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain, sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir. Kekurangan data dan kurang jelasnya data akan menjadikan hambatan dalam proses berfikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya bertentangan satu dengan yang lain, misalnya dalam ceritera-ceritera dedektif. Karena itu ruwet tidaknya suatu masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya dalam proses berfikir seseorang.[8]

E.     Pikiran dan Bahasa
Mungkin itu salah satu pertanyaan yang pernah mampir dalam benak kita. Namun, beberapa pakar psikolinguistik telah memikirkan hal ini sejak lama dan telah menelitinya.
Salah satu pakar Psikolinguistik yang mendalami kaitan antara bahasa dan pikiran adalah Soenjono. Dalam buku Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Soenjono berpendapat bahwa orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan bahasa. Aristotle pada tahun 384-322 Sebelum Masehi telah berbicara soal hati yang melakukan hal-hal yang kini diketahui dilakukan juga oleh otak. Dari pendapat Soenjono tersebut dapat dilihat jelas bahwa ada keterkaitan antara otak dan bahasa. Otak merupakan organ yang berfungsi untuk berpikir. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa.
Pendapat para ahli mengenai keterkaitan bahasa & pikiran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :[9]
1.      Ahli yang berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi pikiran
Ahli yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Menurut mereka pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran kita dapat terkondisikan oleh kata yang kita digunakan. Whorf dalam Rahmat (2000) mengatakan bahwa keterkaitan antara bahasa dengan pikiran terletak pada asumsi bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta mempengaruhi pemikiran individu pemakai bahasa itu. Sebagai contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
2.      Ahli yang berpendapat bahwa pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif, Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
3.      Ahli yang berpendapat bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata-kata atau bahasa dan pikiran memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi yang lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktifitas pikiran.
Bukti lain bahwa “Pikiran mempengaruhi bahasa” dapat dilihat pada orang yang kilir lidah dan penderita afasia. [10]
1.      Kilir Lidah
Kilir lidah adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara ‘terkilir’ lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Kesalahan yang berupa kilir lidah seperti kelapa untuk kepalamenunjukkan bahwa kata ternyata tidak tersimpan secara utuh dan orang harus meramunya (Meyer dalam Soenjono, 2008:142). Dalam hal ini yang memiliki peran yang sangat besar dalam meramu sebuah kata agar antaralangue dan parole itu sesuai adalah otak (pikiran). Biasanya kilir lidah terjadi pada waktu orang yang berbicara merasa gugup atau ketakutan, sehingga antara konsep yang ada di pikiran dengan bahasa yang diujarkan mengalami perbedaan.
2.      Afasia
Afasia adalah suatu penyakit wicara di mana orang tidak dapat berbicara dengan baik karena adanya penyakit pada otaknya. Penyakit ini pada umumnya muncul karena orang tersebut menderita stroke, yakni, sebagian otaknya kekurangan oksigen sehingga bagian tadi menjadi cacat.
Penyebab afasia selalu berupa cedera otak. Pada kebanyakan kasus, afasia dapat disebabkan oleh pendarahan otak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh kecelakaan atau tumor. Seseorang mengalami pendarahan otak jika aliran darah di otak tiba-tiba mengalami gangguan. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara yaitu terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dan kebocoran pada pembuluh darah. Untuk berkomunikasi dengan penderita afasia sebaiknya menggunakan bahasa isyarat, gambar, tulisan, atau dengan menunjuk.
Dari kedua contoh di atas, maka jelas ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Sebelum bahasa diujarkan akan diproses terlebih dahulu di dalam otak.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah pada suatu tujuan. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dan pengertian yang kita hendaki. Berpikir dapat menggunakan gambaran-gambaran atau bayangan-bayangan, namun sebagian besar dalam berpikir orang menggunakan bahasa.
 Aktivitas berpikir tidak pernah lepas dari suatu situasi atau masalah. Gejala bepikir tidak berdiri sendiri, dalam aktivitasnya membutuhkan bantuan dari gejala jiwa yang lain.
Dengan mengakarnya kebiasaan berpikir pada anak-anak, pikiran mereka akan cenderung kritis dan merdeka dalam menilai, sehingga pikiran tak mudah terkena pengaruh luar.


DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, 2011. Psikologi Pendidikan, Ponorogo : Penerbit Pondok Pesantren Darussalam Gontor.
Walgito, Bimo, 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, 2004. Psikologi Pendidikan… Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ahmadi, Abu, 2009. Psikologi umum, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Ibnu Hasan dan Mohamed A. Khalfan, 2006. Pendidikan dan Psikologi Anak, Jakatta Selatan : Penerbit  Cahaya,2006.
Ubaedy, An. 2008. Kedahsyatan Berpikir Positif. Depok: PT Visi Gagas Komunika.



[1] Sutrisno Ahmad, Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, Psikologi Pendidikan, (Ponorogo : Penerbit Pondok Pesantren Darussalam Gontor 1425 H), hal. 40
[2] Ibid., hal. 40
[3] Ubaedy, An. Kedahsyatan Berpikir Positif.( Depok: PT Visi Gagas Komunika. 2008)., hal. 6
[4] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2004), hal 178.
[5] Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2004), hal. 42.
[6] Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009), hal 174
[7] Sutrisno Ahmad,Suyoto Ahmad, Syamsudin Basyir dan Abu Darda’ op. Cit., hal. 42
[8] Abu Ahmadi, Psikologi umum, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2009), hal 174
[9] Ibnu Hasan dan Mohamed A. Khalfan, Pendidikan dan Psikologi Anak, (Jakatta Selatan : Penerbit  Cahaya,2006), hal. 140
[10] Ibid., hal. 141

Tidak ada komentar:

Posting Komentar