.arrow { font-size: 18px; font-family: serif; font-weight: 900; } .readmore-link { margin-top: 20px; border-bottom: 1px solid gainsboro; margin-left: 250px; }
SELAMAT DATANG DI BLOG HOLONG MARINA COMPUTER/ INANG GROUP CORPORATION

RAJA MAKALAH

RAJA MAKALAH

Jumat, 27 Januari 2017

DASAR-DASAR PEMBELAJARAN BAHASA ASING

DASAR-DASAR PEMBELAJARAN BAHASA ASING


D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

1.     ZAINAB SIREGAR

2.     NURASYAH




DOSEN PENGAMPU





JURUSAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN

T.A 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Dasar-Dasar Belajar Bahasa Asing” kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen. yang telah membimbing kami pada mata kuliah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi tugas mata kuliah ini. Disamping itu, makalah ini dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang Belajar Bahasa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut masalah pembahasan yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Padangsidimpuan,   Agustus 2016

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. .. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. .. 1
A.    Latar Belakang....................................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................... .. 1
C.     Tujuan.................................................................................................................................... 2
D.    Manfaat ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN  ............................................................................................................... 4
A.    Hakikat Bahasa ..................................................................................................................... 4
B.     Proses Berbahasa................................................................................................................... 5
C.     Dasar-Dasar Belajar Bahasa Asing........................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA
 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kajian linguistik umum bahasa, baik sebagai langage maupun langue, didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan manusia sebagai alat komunikasi atau alat komunikasi sosial. Sebagai salah satu sistem maka bahasa itu mempunyai struktur dan kaidah tertentu yang harus ditaati oleh para penuturnya. Sebagai sebuah sistem, bahasa juga bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Bersifat sistematis, artinya secara keseluruhan bahasa itu ada kaidah-kaidahnya. Lalu, secara sistemis artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, melainkan ada subsistem-subsistemnya, yaitu subsistem gramatikal dan subsistem semantik.
Dalam proses pemilihan bahasa yang di lakukan anak bukanlah suatu yang mudah seperti umumnya di katakan orang. Anak harus mendengarkan contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat hipotensis, merevisi hipotensi untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima oleh masyarakat. Selain itu juga dalam proses pemerolehan dan penguasaan bahasa, anak memerlukan rangsangan dari luar untuk memicu bahasa itu, dalam bentuk lisan atau ucapan yang di dengar oleh si anak.
Psikolog dan linguis lebih suka menggunakan istilah akuisisi bahasa (Language Acquisition) daripada belajar bahasa (Acquisition Learning). Penggunaan istilah akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dan karena itu telah digunakan secara umum, yang ditafsirkan sabagai akuisisi suatu bahasa digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa. Teori akuisisi bahasa ini dibuat oleh ahli psikolinguistik. Teori akuisisi ada tiga, yaitu: teori akuisisi bahasa yang behavioristik, teori akuisisi bahasa yang mentalistik, dan teori akuisisi yang kognitiftik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas sebagai berikut.
1.      Bagaimana hakikat bahasa?
2.      Bagaimana proses berbahasa?
3.      Apa saja teori-teori dalam belajar bahasa secara umum?

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mendeskripsikan hakikat bahasa.
2.      Untuk mengetahui proses berbahasa.
3.      Untuk mendeskripsikan teori-teori dalam belajar bahasa asing secara umum.

D.    Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan tentang “dasar-dasar pembelajaran bahasa asing” bagi kita semua.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa
Proses pemilihan bahasa yang di lakukan anak bukanlah suatu yang mudah seperti umumnya di katakan orang. Anak harus mendengarkan contoh dari orang dewasa, mencerna, membuat hipotensis, merevisi hipotensi untuk kemudian mendapatkan bentuk yang diterima oleh masyarakat.[1] Dalam bidang fonologi ia di tuntun oleh perkembangan biologis dan neurologisnya, sedangkan di bidang semantik ia berjalan selaras dengan perkembangan koknisinya. Ia tidak dapat berjalan lebih cepat dari pada jadwal alam yang dihadapinya.
Dalam proses pemerolehan dan penguasaan bahasa, anak memerlukan rangsangan dari luar untuk memicu bahasa, dalam bentuk lisan atau ucapan yang di dengar oleh si anak. Namun, kenyataan ada anak yang mendapatkan gangguan dalam menerima maupun memproduksi rangsangan tersebut, yang disebut dengan afasia. Setiap manusia minimal menguasai satu bahasa, baik secara lisan, tulisan maupun lisan dan tulisan. Dalam proses penguasaan bahasa, seorang manusia secara tidak langsung akan mengalami proses pemerolehan bahasa. Proses dan sifat pemerolehan bahasa itu berjalan dinamis secara berlangsung lewat sebuah pentahapan secara berjenjang dan di pengaruhi oleh penggunaan bahasa sekitar. Dengan kata lain perjalanan pemerolehan bahasa akan sangat berpengaruh pada lingkungan bahasa pemakai. Seorang pemakai bahasa melakukan proses akal atau pikiran yang berlaku untuk merespon stimulus yang ada dalam berbahasa.
Kemampuan bicara tidak terlepas juga dari perkembangan kognitif anak. awal proses perkembangan kognitif dimulai dengan periode dengan sensori motor. Rangsang suara terhadap telinga telah berfungsi sejak di lahirkan, rangsang penglihatan terhadap mata mulai berfungsi setelah usia minggu ke dua kelahiran, rangsaang sentuhan dan rabaan, rangsang penciuman, pengecapan semuanya harus di latih sebagai pemanasan untuk melaksanakan pengembangan fungsi indra dan gerak.[2] Proses berbahasa di lakukan setiap manusia karena adanya perangkat lunak sebagai alat berbahasa. Kita mendengar seorang yang sedang berbicara sesungguhnya kita hanya mendengar bunyi-bunyi, yaitu bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang kita mengerti menandakan bahwa pembicara memiliki bahasa yang sama dengan bahasa kita atau antara pembicara dan kita sebagai pendengar, saling mengerti. Sebaliknya, kalau kita mendengar urutan bunyi bahasa tetapi kita tidak mengerti apa yang di katakan, itu berarti bahwa bahasa yang di gunakan bukan bahasa kita atau bahasanya asing bagi kita.
Itu sebapnya dikatakan, kalau kita sedang berkomunikasi maka syarat utama yakni saling mengerti . Artinya antara pembicara dan pendengar harus ada persepsi yang sama tentang bahasa yang di gunakan. Secara operasional komunikasi yang sedang berlangsung itu bersifat timbal balik. Namun demikian, dalam keadaan tertentu komunikasi itu bersifat searah.
Bahasa yang di gunakan dalam proses komunikasi, sebenarnya melalui suatu proses yang di sebut proses bahasa. Proses bahasa itu dapat di bagi tiga bagian, yaitu:[3]
1.      Proses masih dalam jati diri seseorang
2.      Berada di lingkunagan
3.      Berada dalam jati diri pendengar
Dalam kaitan dengan proses bahasa, Multon dalam Pateda ( 1990: 28) mengemukakan 11 tahap yang di lalui oleh bunyi bahasa dari pembicara kepada pendengar. Tahap yang di maksud, yaitu:[4]
1)      Membut kode semantis
2)      Membuat kode gramatikal
3)      Membuat kode fonologis
4)      Perintah otak
5)      Gerakan alat ucap
6)      Bunyi yang berupa getaran
7)      Perubahan gerakan melalui telinga pendengar
8)      Getaran di teruskan ke otak
9)      Pemecahan kode fonologis
10)  Pemecahan kode gramatikal
11)  Pemecahan kode semantik
Proses bahasa berawal dari situmulus, yang menyebapkan adanya rumusan konsep, konsep siap untuk di ujarkan, ujaran ini berperoses melalui udara yang kemudian berproses melalui udara yang kemudian berproses di dalam telinga pendengar. Ujaran ini akan merupakan stimulus pendengar. Stimulus yang berasal dari pembicara akan di rumuskan dalam bentuk konsep di dalam otak pendengar konsep ini berwujud jawaban atau reaksi atas stimulus yang berasal dari pembicara tadi.

B.     Proses Berbahasa
Psikolog dan linguis lebih suka menggunakan istilah akuisisi bahasa (Language Acquisition) daripada belajar bahasa (Acquisition Learning). Penggunaan istilah akuisisi bahasa dirasakan lebih sederhana dan karena itu telah digunakan secara umum, yang ditafsirkan sabagai akuisisi suatu bahasa digunakan tanpa kualifikasi untuk proses yang menghasilkan pengetahuan bahasa pada penutur bahasa.
Pada umumnya anak yang normal memperoleh kecakapan bahasa melalui bunyi-bunyi bahasa yang ia dengardi sekelilingnya tanpa disengaja dan tanpa perintah. Kecakapan berbahasa itu berkembang terus tahap demi tahap dan makin berdiferensi sesuai dengan perkembangan intelegensi dan latar belakang sosial budaya yang membentuknya.
Pemerolehan bahasa atau language acquisition adalah suatu proses yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang makin bertambah rumit ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi dengan ucapan-ucapan orang tuanya sampai dia memilih berdasarkan suatu ukuran atau takaran penilaian tata bahasa yang paling baik serta yang paling sederhana dari bahasa tersebut.
Dengan demikian kesejagatan bahasa ditentukan oleh potensi bawaan itu. Dalam hubungannya ini, kaum ini memberikan alasan:[5]
a.       Semua manusia belajar bahasa tertentu
b.      Semua bahasa manusia sama-sama dapat dipelajari oleh manusia
c.       Semua bahasa manusia berbeda dalam aspek lahirnya, tetapi semua bahasa mempunyai ciri pembeda yang umum
d.      Ciri-ciri pembeda ini yang terdapat pada semua bahasa merupakan kunci terhadap pengertian potensi bawaan bahasa tersebut.

C.    Dasar-Dasar Belajar Bahasa Asing
Mengapa Bahasa Asing begitu tidak mudah untuk dikuasai? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sulitnya belajar Bahasa Asing.
Faktor yang pertama dan yang utama mengapa Bahasa Asing begitu tidak mudah untuk dikuasai adalah karena Bahasa Asing bukan bahasa ibu kita.
Faktor yang kedua, tidak memadainya sistim pendidikan yang ada. Dalam arti, pelaku pendidikan bahasa Asing saat ini, baik tenaga pendidik maupun yang dididik, sama-sama tidak memahami teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa Asing.[6]
Faktor yang ketiga, tentunya adalah faktor internal, yaitu kurangnya kesungguhan pembelajar Bahasa Asing itu sendiri dalam mempelajari Bahasa Asing.
Dari ketiga faktor tersebut, yang perlu penulis bahas adalah faktor yang kedua.

a.       Teori dan Pendekatan Belajar Bahasa Asing
Menurut Evelyn (2010) dalam English made easy ada 3 teori dalam mempelajari bahasa asing.
a)      Teori Tingkah Laku (Behaviorism Theory)[7]
Menurut pencetusnya, Skinner dan Parlov, belajar bahasa adalah proses pembentukan kebiasaan melalui kegiatan : stimulus-renponse-reinforcement.
Teori inilah yang mendasari munculnya pendekatan audiolingual yang popular pada tahun 50 dan 60an. yaitu metode belajar Bahasa Asing yang menekankan drill atau latihan pengulangan. Misalnya dengan cara guru mengucapkan kalimat, dan siswa mengulang ucapan guru tadi beberapa kali. Dengan kata lain, metode ini adalah menghafal pola kalimat atau percakapan Bahasa Asing dengan cara mengucapkan berulang ulang.
Kelemahan metode ini :
ketidakmampuan siswa untuk membuat kalimat-kalimat baru selain yang telah dihapal. Dan kenyataannya, sedikit sekali orang yang bisa mempertahankan hafalannya dalam waktu yang cukup lama.
b)      Teori Kognitif (Cognitive Theory)[8]
Menurut Chomsky, dalam mempelajari bahasa, manusia diciptakan dengan kemampuan kognitif, yaitu memproses masukan yang diterima dan menciptakan kalimat-kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya.
Teori ini mendasari munculnya pendekatan baru dalam bahasa asing, yaitu penekanan tata bahasa (Grammar).
Kelemahan metode ini :
Dengan pendekatan grammar ini, seseorang kesulitan untuk menggunakan bahasa Asing lisan secara lancar, karena dalam berbahasa lisan dituntut respon yang cepat. Selain itu, banyak kalimat yang secara gramatika benar, namun tidak lazim digunakan dalam bahasa percakapan (lisan).
c)      Teori penyerapan bahasa secara alami ( Acquisition Theory)[9]
Menurut Krashen (1983), proses belajar bahasa terdiri dari 2 cara yaitu, acquisition dan learning.
Acquisition yaitu proses belajar bahasa secara alami dari pengalaman langsung dalam berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Sedangkan learning adalah proses belajar bahasa melalui pemahaman unsur-unsur bahasa yang kemudian digunakan untuk berkomunikasi.
Menurut Krashen, untuk bisa berbahasa Asing, sesorang tidak perlu belajar secara formal. Cukup dengan pengalaman langsung berkomunikasi dengan bahasa tersebut, seseorang dapat menguasinya. Misalnya seorang anak kecil yang secara alami dapat berbicara sesuai dengan bahasa ibunya.
Kelemahan metode ini :
Metode Krashen ini hanya cocok bagi anak kecil, & sulit bagi orang dewasa. Acquisition ini memerlukan waktu yang lama, yang umumnya tidak dimiliki oleh orang dewasa. Bayangkan jika untuk mempelajari bahasa Asing kita harus tinggal di negara yang menggunakan bahasa Asing, tentu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
Terjadinya perubahan-perubahan paradigma pendidikan yang menempatkan manusia sebagai sumber daya yang utuh memberikan arah kebijakan mendasar dalam meletakkan kerangka bagi pembangunan pendidikan masa mendatang. Perubahan-perubahan pandangan ini berimplikasi terhadap terjadinya perubahan cara pandang bahkan perubahan konsep dalam memaknai eksistensi, prinsip-prinsip dan pendekatan-pendekatan pembelajaran.
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Asing approach yang memiliki beberapa arti di anataranya diartikan dengan ’pendekatan’.[10] Di dalam dunia pengajaran, kata approach lebih tepat diartikan a way of beginning something ‘cara memulai sesuai. Karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis.[11] Aksiomatis artinya bahwa kebenaran kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran suatu bidang studi/mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
Secara praktis, proses pembelajaran yang diharapkan dengan perubahan paradigma tadi adalah suatu proses yang dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu. Pengembangan dimensi-dimensi individu secara parsial tidak akan mampu mendukung optimalisasi pengembangan potensi peserta didik sebagaimana diharapkan. Karena itu dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya dituntut menyampaikan materi pelajaran akan tetapi harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku.
Istilah pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan penemuan  tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistik. Pendekatan pembelajaran lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan karya linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).
Untuk mempermudah kemampuan berbicara(speaking) kita. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa cara / metode yang cukup berguna bagi kita untuk kita coba. Di antaranya yaitu :[12]
1)      Perbanyak Kosa Kata (vocabulary)
Sebelum kita menguasai Komunikasi dan tata bahasa asing, maka kita harus memiliki perbendaharaan kata/ vocabulary yang biasa digunakan setiap hari dalam percakapan. Di sini kita mengenal dan menguasai sedikita vocabulary untuk membantu memperlancar kita.  Akan terasa sulit jika kita tidak punya dasar sedikitpun mengenai vocabulary dasar yang biasa dipakai sehari-hari.
2)       dengan Suara Keras
Dengan membaca Bahasa Asing dengan suara keras, tidak hanya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan pengucapan kata, namun juga berperan untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan tata bahasa dan kosa kata juga. Pelajarilah Bahasa Asing dengan membaca.
3)      Mengenal Tata Bahasa Asing Sederhana
Tata bahasa atau grammar dalam Bahasa Asing mungkin sulit bagi kita untuk menguasainya secara sempurna. Namun kita sebenarnya tidak harus pusing mempelajari tata bahasa atau grammar Bahasa Asing lebih mendetail. Yang penting kita mempunyai pemahaman dasar tentang grammar Bahasa Asing itu menjadi modal kita untuk mengembangkan kemampuan bahasa asing di level yang lebih tinggi. Contoh grammar sederhana yang dapat kita pelajari adalah mengenai noun, verb, to be, adjective, adverb, personal pronoun, tenses sederhana, seperti simple present tense, continuous tense, past tense future tense dan sebagainya. Dengan kita sedikit mengetahui grammar dasar itu modal cukup bagi kita untuk mengembangkan kemampuan yang lebih selanjutnya.
4)      Membaca Tulisan Bahasa Asing
Yang dimaksud bacaan di sini adalah kita menyukai buku-buku, buku cerita tulisan, cerpen, novel, komik, majalah, surat kabar, dan lainnya dalam Bahasa Asing. Kebiasaan membaca teks/tulisan/bacaan Bahasa Asing akan membuat kita familiar dan kita dapat mengerti dan menikmati cerita/isi/pesan teks tadi. Selain itu kita dapat menemukan vocab baru sehingga bertambahlah perbendaharaan Bahasa Asing kita. Membaca tidak harus dipaksa tetapi kesadaran kita sendiri dan kita menikmatinya.
5)      Percakapan Bahasa Asing
Bahasa tidak akan ada artinya manakala tidak dipraktekan, manakala tidak diaplikasikan dalam percapakan kita sehari-hari. Bahasa akan cepat berkembang apabila kita menggunakannya. Di dalam conversation dengan orang lain dapat membantu kita untuk percaya diri, dapat membantu kita untuk belajar dari kesalahan, membantu kita belajar dari orang lain. Silahkan anda mulai bercakap cakap dan berkomunikasi dalam bahasa Asing kepada teman yang anda anggap mampu dan lumayan bisa. Tidak apa-apa mungkin Bahasa Asing kita jelek tapi percayalah bahwa dengan kita membiasakan diri Bahasa Asing kita akan dapat berkembang. Selain dengan teman, kita juga bisa mencoba berkomunikasi dengan guru kita, dan jika kita memiliki perkumpulan atau English club itu sangat membantu. Manfaatkan sewaktu anda bepergian dan berwisata di tempat-tempat yang terdapat para turis asing, maka ajaklah mereka untuk berkomunikasi dengan kita dengan cara yang sopan tentunya. Intinya bahasa akan cepat mengena dan berkembang ketika kita terbiasa menggunakannya.
Sebelum kita mempelajari Bahasa Asing lebih lanjut, kita punya dasar senang dulu sama Bahasa Internasional ini. Layaknya kita senang dan sayang sama teman atau sama pacar kita. Jika di dalam hati kita sudah tertanam rasa senang, rasa antusias belajar Bahasa Asing, maka itu modal dasar bagi kita untuk memudahkan belajar Bahasa Asing. Dengan antusiasme dan senang maka tidak mustahil ilmu Bahasa Asing akan mudah masuk ke dalam memori kita.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari Pembahasan dalam makalah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut:
a.              Perlu adanya teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa Inggris. Ada tiga teori yaitu teori tingkah laku, teori kognitif, dan teori penyerapan bahasa secara alami
b.              Ternyata ada berbagai macam cara agar bisa mempelajari cara bicara (speaking) diantaranya yaitu memperbanyak kosa kata, membaca dengan suara keras, mengenal tata bahasa inggris sederhana, membaca tulisan Bahasa Inggris, melakukan percakapan dengan Bahasa Inggris, mendengarkan lagu Bahasa Inggris, menonton film Bahasa Inggris, dan senang dengan Bahasa Inggris.


DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Brown, H. Douglas. Principles of language learning and Teaching, Fifth Edition, (USA: Pearson Education, 2006) , h.17

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineke Cipta, 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: PT. Nusa Indah, 1997.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, Springfield: Merriam-Webster, Inc., 2008.

Pei, Mario A.  and Frank Gaynor. A Dictionary of Linguistics. New York: Philosophical Library, 1975.

Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2010.

Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006.


[1] Merriam Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary, (Springfield: Merriam-Webster, Inc., 2008), h. 913
[2] Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 21
[3] Mario A. Pei and Frank Gaynor, A Dictionary of Linguistics (New York: Philosophical Library, 1975), h. 119.
[4] H. Douglas Brown, Principles of language learning and Teaching, Fifth Edition, (USA: Pearson Education, 2006) , h.17
[5] Djago Tarigan, Proses Belajar Mengajar Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1990), h. 4
[6] Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 74.
[7] Purwadinata dalam Widyawati, Belajar dan Pembelajaran. (Padang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, 2010), h. 25.
[8] Ibid., hal. 7
[9] Brown, op. cit., h. 8.
[10] Henry Guntur Tarigan. Metodologi Pengajaran Bahasa. (Bandung: PT. Angkasa. 2009), h. 9.
[11] J.S. Badudu. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 17.
[12] J.S. Badudu. Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar